You are on page 1of 31

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM PERTANIAN TERPADU






Disusun Oleh :
Dewandono Bimo Sakti
H0809024




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011


I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang
!ertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan
kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan
membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan
di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanIaatkan bahan-bahan limbah
organik. !eningkatan kaenekaragaman hayati merupakan hal penting dalam
menanggulangi hama penyakit, pengurangan resiko, sedangkan pemanIaatan
limbah organik perlu untuk menciptakan keseimbangan siklus energi
(terutama unsur hara) yang berkelanjutan, serta untuk kepentingan konservasi
tanah dan air.
!ertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanIaatkan seluruh
potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang.!ertanian melibatkan
makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang
untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalamproses produksi. Dengan
pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik didalam tanah dan
penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertaniankonvensional yang pakai
pupuk nitrogen dan sebagainya. IntensiIikasi !ertanian membawa
konsekwensi: (1) !eningkatan produksi tinggi dengan diversitas tanaman
yang rendah. (2) !engabaian terhadap pengaturan alam dengan pemanIaatan
organisme hidup, karena Iokus hanya pada Biota !roduktiI (varietas unggul)
dan biota destruktiI (hama penyakit). !engelolaan secara mekanis dan
penggunaan bahan agrokimia (pupuk, pestisida, pengolahan tanah, pengairan)
akan meningkatkan resiko kehilangan sumberdaya dan mengakibatkan
hilangnya Iungsi tertentu & mengurangi kemampuan sistem pertanian untuk
bertahan bila ada cekaman yang mendadak.
emadukan tanaman, ternak, air, nutrient, hama penyakit, dan
jaringan pemasaran secara terpadu di tanah pertanian petani kecil memiliki
manIaat ekologis dan ekonomis. Sistem-sistem seperti itu menghasilkan
pelestarian alam karena meningkatkan stabilitas habitat dan keanekaragaman
margasatwa yang hidup dilahan dan di daerah sekitarnya. Karena sistem-
sistem terpadu ini mengoptimalkan pemanIaatan sumberdaya yang ada di
lahan dan yang ada di sekitarnya, sistem-sistem ini lebih mendorong
pelestarian habitat, bukan malah merusaknya. Sistem-sistem seperti itu
produktiI dan menguntungkan karena memanIaatkan sampah sebagai input
dalam lahan itu dan karena ikan merupakan sumber gizi dan merupakan
makanan tradisional bernilai tinggi. Sistem-sistem itu memanIaatkan
lingkungan mikro dalam suatu sistem pertanian yang menambah
produktivitas dan keamanan pertanian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen budidaya tanaman kangkung organik?
2. Bagaimana perbedaan perlakuan pada pengairan yang terdiri dari:
a. Air Sumur?
b. Air kolam budidaya lele?
c. Air limbah kotoran ternak burung puyuh?
3. Bagaimana manajemen nutrisi yang berasal dari cara nomor 2?
4. Bagaimana manajemen pemberantasan hama scara mekanis?
. Bagaimana manajemen ternak dengan cara pemberian pakan dari tanaman
kangkung?
. Bagaimana manajemen tanah dengan cara perlakuan pupuk organik?
. Bagaimana manajemen pemasaran dengan cara pemasaran hasil
peternakan dan tanaman kangkung hasil budidaya manusia?
C. Tujuan
!raktikum Sistem !ertanian Terpadu berusaha mendekatkan antara
teori yang didapatkan oleh mahasiswa di bangku kuliah dengan kenyataan
yang ada atau pernerapan oleh pelaku usaha. Tujuan praktikum ini adalah
untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam menerapkan
konsep Sistem !ertanian Terpadu dan merupakan bekal penting bagi para
mahasiswa untuk terjun di masyarakat.
































II. TIN1AUAN PUSTAKA


A. Budidaya Kangkung
Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran
tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam
Iamili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-
putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat
tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: Kangkung darat,
hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan Kangkung air, hidup ditempat
yang berair dan basah (Zailani, 1993).
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-
kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-
tumbuhan diklasiIikasikan ke dalam:
a) Divisio : Spermatophyta
b) Sub-divisio : Angiospermae
c) Kelas : Dicotyledonae
d) Famili : Convolvulaceae
e) Genus : Ipomoea
I) Species : Ipomoea reptans
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan
hasil dalam waktu 4- minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal
dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu
Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang
tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit (Susila, 200).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat
sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman
kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung
sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila
ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan
lemas sehingga disukai konsumen serta dapat terjual dengan cepat
(Rahardian, 200)
Integrated Crop Management
!engelolaan Tanaman dan Sumber daya secara Terpadu yang sering
diringkas !engelolaan Tanaman Terpadu (!TT) merupakan suatu pendekatan
holistik yang semakin populer dewasa ini. !endekatan ini bersiIat partisipatiI
yang disesuaikan dengan kondisi spesiIik lokasi sehingga bukan merupakan
paket teknologi yang harus diterapkan petani di semua lokasi. Tujuan !TT
adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan teknologi
yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan
mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan (Zaini, 2002).
Keunggulan dari pertanian terpadu dan organik adalah petani akan
memiiki beragam sumber penghasilan. Sistem !ertanian terpadu
memperhatikan diversiIikasi tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa
menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan menanam
sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk
sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani
masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual
kambing untuk mendapatkan penghasilan (Tantri, 200).
!engelolaan Tanaman Terpadu (!TT) bukanlah suatu paket teknologi
produksi, melainkan merupakan suatu pendekatan dalam produksi agar
teknologi dan atau proses produksi yang diterapkan sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat. Lingkungan yang dimaksud meliputi kondisi bioIisik
lahan (iklim, tanah, air, dan organisme pengganggu tanaman atau (O!T),
keadaan sosial-ekonomi masyarakat di antaranya kemampuan dan keinginan
petani, serta status kelembagaan yang terkait dengan pembangunan pertanian
(Fatmawati, 200).
C Integrated Pest Management
Dalam pengembangan produksi pangan khususnya padi, petani
dihadapkan kepada beberapa kendala baik yang bersiIat Iisik, sosio-ekonomi
maupun kendala yang bersiIat biologi (biological constraint). Salah satu
kendala biologi adalah gangguan spesies organisme yang menyebabkan
penurunan baik kuantitas maupun kualitas produk bahkan sampai
menggagalkan panen. Sebelum swasembada pangan, kebijaksanaan
pemerintah dalam pengendalian hama sangat mengandalkan pada penggunaan
pestisida. Waktu itu, penyemprotan pestisida pada tanaman dilakukan secara
terjadwal (scheduled) baik ada maupun tidak ada serangan hama. !enggunaan
pestisida terjadwal dimasukan sebagai salah satu paket teknologi produksi
padi dan petani bebas menggunakan berbagai jenis pestisida termasuk
pestisida presisten (undegradable) (Kartasapoetra, 2001).
!HT merupakan konsep sekaligus strategi penanggulangan hama
dengan pendekatan ekologi dan eIisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Ini berarti
bahwa pengendalian hama harus terkait dengan pengelolaan ekosistem secara
keseluruhan. !engelolaan ekosistem dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh
sehat sehingga memiliki ketahanan ekologis yang tinggi terhadap hama. Untuk
itu, petani harus melakukan pemantauan lapang secara rutin. Dengan
demikian, perkembangan populasi dan Iaktor-Iaktor penghambat lainnya dapat
diatasi/diantisipasi dan Iaktor-Iaktor pendukung dapat dikembangkan. Apabila
dengan pengelolaan ekosistem tersebut masih terjadi peningkatan populasi dan
serangan hama, langkah selanjutnya adalah tindakan pengendalian
(Untung, 1993).
Introduksi teknologi !HT bertujuan agar petani menjadi tahu dan
mampu merubah perilaku dalam pengendalian hama tanaman dari cara lama
(sistem kalender) ke cara baru (konsep !HT). Disamping itu, jenis pesisida
yang boleh digunakan untuk tanaman padi juga dibatasi, hanya boleh
menggunakan jenis pestisida yang mudah terurai /egra/able) dan
berspektrum sempit narrow spectrum). Dalam pelaksananya, ditetapkan
melalui Inpres No.3 tahun 198 mengenai berbagai jenis pestisida yang
dilarang penggunaanya untuk tanaman padi (Kusmayadi, 200).


Integrated Soil Management
+ !engelolaan sumber daya tanah dipandang penting dan didasari oleh
pertimbangan bahwa proses-proses pembangunan yang akan terjadi di
Indonesia masih akan ditumpukan pada potensi sumber daya tanah. Oleh
karenanya, sumber daya tanah dengan segala komponen yang ada di
dalamnya termasuk air, biota, dan lainnya harus dikelola secara baik. Empat
subagenda dirumuskan dalam hal ini yakni:
1. penatagunaan sumberdaya tanah
2. pengelolaan hutan
3. pengembangan pertanian dan pedesaan,
4. pengelolaan sumberdaya air
(Endarwati, 200)
Tujuan dari pengolahan salah satunya adalah membantu pengendalian
erosi. Sehubungan dengan tujuan tersebut, seharusnya dijelaskan bahwa
pengolahan lebih bertanggung jawab pada percepatan erosi dibandingkan
untuk mengurangi erosi. Bagaimanapun, garis luar pengolahan dapat
membantu dalam pengendalian erosi. !roses pengolahan dasar pada kondisi
sebagian besar kondisi adalah pembajakan. Semua keuntungan dari
pembajakan mungkin belum dimengerti tetapi salah satu keuntungan
utamanya adalah menghasilkan perusakan gulma (!earson,19)
!engolahan tanah dan penyiangan gulma merupakan usaha yang sering
dilakukan petani untuk memperoleh produksi tanaman yang optimal.
!engolahan tanah baik secara manual maupun mekanik dapat membantu
menggemburkan tanah sehingga memperbaiki perkembangan akar tanaman.
!engolahan tanah dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik
tanah dan mineralisasi hara sehingga memperbaiki pertumbuhan tanaman
untuk beberapa tahun. Oleh karena proses dekomposisi bahan organik tanah
berlangsung lebih cepat, maka penambahan bahan organik harus selalu
dilakukan. Jika penambahan bahan organik dari luar tidak dilakukan, maka
tanah akan mengalami pemadatan kembali lebih cepat (R. J. Aldrich, 2004).

Integrated Autrient Management
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan nutrisi tersebut selain dari
unsur hara yang siIatnya alami dari dalam tanah juga dapat diperoleh dari
penggunaan pupuk yang ditambahkan. !upuk adalah zat hara yang
ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai genetis dan
potensi produksinya. !upuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-
organik (sintetis). anIaat dari penggunaan pupuk organik yaitu
meningkatkan eIisiensi penggunaan pupuk, baik eIisiensi Iisik maupun
eIisiesi ekonomi bila dikombinasi dengan pupuk anorganik, meningkatkan
kualitas hasil, dan meningkatkan kadar bahan organik tanah, meningkatkan
mikroba tanah, empermudah pengolahan tanah karena membaiknya struktur
tanah, memperbaiki !h tanah, meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi,
serta meningkatkan produksi 10-30 (Ahira, 2011).
!upuk organik (pupuk kandang) merupakan bahan pembenah tanah
yang paling baik dibandingkan bahan pembenah lainnya. Nilai pupuk yang
dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat bervariasi,
misalkan unsur nitrogen (N), IosIor (!), dan kalium (K) tetapi juga
mengandung unsur mikro esensial lainnya. Sebagai bahan pembenah tanah
pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi
terjadinya retakan tanah. !emberian pupuk organik mampu meningkatkan
kelembaban dan memperbaiki pengatusan dakhil (internal drainage)
(Sutanto, 2002).
Terdapat kecenderungan petani lahan sawah irigasi di sentra produksi
beras untuk selalu menambah takaran pupuk, terutama Nitrogen guna
mengatasi permasalahan pelandaian produksi, seperti contoh penggunaan
urea dapat mencapai 00 kg/ha/musim tanam. Hal ini dapat dipandang
sebagai tindakan ineIisiensi pemupukan, dan dengan penerapan model !TT
dimana aplikasi urea didasarkan pada kepekaan warna daun dengan panduan
BWD ternyata hanya dengan takaran 2 kg/ha yang dikombinasikan dengan
penerapan komponen teknologi sinergis yang lain justru mampu
meningkatkan hasil gabah. !emupukan urea dengan panduan BWD mampu
meningkatkan eIisiensi pemupukan urea mencapai 40
(!ramono, et al. 2001).
Integrated Water Management
!engelolaan sumber daya air terpadu adalah praktek membuat
keputusan dan mengambil tindakan sementara mempertimbangkan berbagai
sudut pandang tentang bagaimana air harus dikelola. Keputusan-keputusan
dan tindakan berhubungan dengan situasi seperti perencanaan daerah aliran
sungai, organisasi gugus tugas, perencanaan Iasilitas modal baru,
pengendalian rilis reservoir, mengatur dataran banjir, dan mengembangkan
undang-undang dan peraturan baru. Kebutuhan beberapa sudut pandang
disebabkan oleh persaingan untuk air dan oleh kendala institusional yang
kompleks. !roses pengambilan keputusan seringkali panjang dan melibatkan
banyak peserta (Adi Basukriadi, 2010).
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan/diserap oleh masa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang
baik. Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
1. Sebagai unsur hara tanaman; tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2
dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses
Iotosintesa.
2. Sebagai pelarut unsur hara; unsur-unsur hara yang terlarut dalam air
diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
3. Sebagai bagian dari sel tanaman; air merupakan bagian dari protoplasma
(Saptadji, 2010).
!engelolaan sumber daya air terpadu mempertimbangkan sudut
pandang lembaga pengelolaan air dengan tujuan tertentu, kelompok
pemerintah dan stakeholder, wilayah geograIis, dan disiplin ilmu pengetahuan
(lihat gambar). Sudut pandang yang telah dijelaskan dalam berbagai cara.
pengelolaan air terpadu yang melibatkan tiga aspek: dimensi air (air
permukaan dan air tanah, dan kuantitas dan kualitas); interaksi dengan lahan
dan lingkungan, dan keterkaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi
(Kodoatie, 200).
Integrated Livestock Management
!emuliaan ternak adalah usaha jangka panjang dengan suatu tantangan
utama adalah memperkirakan ternak macam apa yang menjadi permintaan di
masa mendatang serta merencanakan untuk menghasilkan ternak -ternak yang
diharapkan tersebut. !eran pemuliaan dalam kegiatan produksi ternak sangat
penting diantaranya untuk menghasilkan ternak-ternak yang eIisien dan
adaptiI terhadap lingkungan. !roduksi ternak yang eIisien bergantung pada
keberhasilan memadu sistem managemen, makanan, kontrol penyakit dan
perbaikan genetik (urtijo, 2000).
!emanIaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu
alternatiI yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan
kelangkaan bahan bakar minyak. Namun sampai saat ini pemanIaatan kotoran
ternak sebagai pupuk belum dilakukan oleh petani secara optimal, terkecuali
di daerah-daerah sentra produk sayuran. Sedangkan didaerah-daerah yang
banyak ternak dan bukan daerah sentra produksi sayuran, kotoran ternak
banyak yang tertumpuk di sekitar kandang dan belum banyak yang
dimanIaatkan sebagai sumber pupuk. Apalagi pemanIaatan kotoran ternak
sebagai sumber sumber bahan bakar dalam bentuk gas bio dan biorang.
Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat, petani
dan peternak kita (Ridwan, 200).
Dalam agribisnis, limbah peternakan merupakan bahan andalan
pemenuhan kebutuhan pupuk. Namun, karena pengelolaannya yang belum
memadai maka sebagian besar limbah peternakan justru masih menjadi
penyebab utama pencemaran lingkungan. !engelolaan limbah peternakan
terpadu merupakan salah satu alternatiI yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan eIektiIitas, eIisiensi dan produktivitas agribisnis disertai
meningkatnya daya dukung lingkungan. Keberhasilan usaha pertanian
tanaman, sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pupuk. Sampai saat ini,
sebagian besar masih menggunakan pupuk buatan, padahal selain
ketersediaannya terus berkurang, penggunaan yang tidak bijaksana juga
berdampak terhadap keseimbangan ekologis sehingga daya dukung
lingkungan terus menurun dan produktivitas usaha pertanian rendah. Salah
satu alternatiI penanggulangan adalah meningkatkan produksi pupuk organik
melalui pengelolaan dan pemanIaatan limbah peternakan secara optimal.
!engolahan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk harus dilakukan
sesuai dengan kaidah alamiah, yaitu melalui proses biokonversi
(Sudiarto, 2010).
Integrated Market Link Management
Integrated arketing Communications adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan pendekatan holistik untuk komunikasi pemasaran. Hal
ini bertujuan untuk memastikan konsistensi pesan dan penggunaan media
pelengkap. Konsep ini mencakup saluran pemasaran online dan oIIline.
saluran pemasaran online termasuk kampanye e-marketing atau program, dari
optimasi search engine (SEO), bayar per-klik, dan aIiliasi, dan email, banner
untuk saluran web terbaru terkait untuk webinar, blog, micro-blogging, RSS,
podcast , dan Internet TV. saluran pemasaran OIIline cetak tradisional (koran,
majalah), mail order, hubungan masyarakat, hubungan industri, billboard,
radio, dan televisi. Sebuah perusahaan mengembangkan pemasaran terpadu
program komunikasi menggunakan semua elemen dari bauran pemasaran
(produk, harga, tempat, dan promosi) (Kotler, 2002).
!roduktivitas hasil pertanian selalu mengalami Iluktuasi, sedangkan
harga hasil pertanian ditingkat prodesen cenderung mengalami peningkatan
yang cukup berarti, hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya produktivitas
dari hasil pertanian. Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh siIat
alami dari produksi pertanian, yaitu dalam jangka pendek tidak dapat
merespon tambahan permintaan atau tidak dapat mengurangi produksi pada
saat harga yang rendah. !engaruh Iluktuasi harga pertanian lebih besar bila
dibandingkan dengan Iluktuasi produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan
petani menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan
kurangnya keinginan untuk melakukan investasi di sektor pertanian atau
petani akan beralih ke komoditas yang memiliki harga jual yang lebih tinggi
(Darius, 2009).
Sebagai suatu sistem, pemasaran pertanian mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
1. Sistem pemasaran pertanian mempunyai tujuan spesiIik yang ingin
dicapai, ada kriteria normatiI dari masyarakat.
2. Untuk mencapai tujuan mempunyai komponen yang melaksanakan
bebagai Iungsi : transportasi, prosesing, grading, standarisasi dan
inIormasi pasar.
3. Sistem pemasaran mempunyai dimensi ruang dan waktu.
4. Sistem pemasaran membutuhkan pengaturan atas keberadaan Iungsi
pemasaran
(Nugroho, 2011)




















III. HASIL PENGAMATAN


A. Perbandingan Budidaya
1. Kangkung
Tabel 3.1. !engamatan inggu 1 pada tanggal 18 April 2011
Tanaman sampel Tinggi tanaman Diameter batang Jumlah cabang
1 0,2 1
2 8 0,3 1
3 8 0,3 1
4 8, 0,3 1
8, 0,3 1
, 0,2 1
8, 0,3 1
8 8 0,2 1
9 8 0,3 1
10 8 0,3 1
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3.2. !engamatan inggu 2 pada tanggal 2 April 2011
Tanaman
sampel
Tinggi
tanaman
Diameter
batang
Jumlah
cabang
1 1 0,3 1
2 21 0,3 1
3 1 0,3 1
4 14, 0,3 1
19 0,3 1
19, 0,3 1
18, 0,3 1
8 20 0,3 1
9 1 0,3 1
10 1, 0,3 1
Sumber : Laporan Sementara





Tabel 3. !engamatan inggu 3 pada tanggal 2 ei 2011
Tanaman sampel Tinggi tanaman Diameter batang Jumlah cabang
1 23 1 1
2 33, 1,1 1
3 21 0,8 1
4 28 1 2
2 1,2 1
32 1,3 2
2 1 1
8 28 1 1
9 2 1,2 2
10 28 1,2 2
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3.4. !engamatan inggu 4 pada tanggal 9 ei 2011
Tanaman sampel Tinggi tanaman Diameter batang Jumlah cabang
1 30 1,1 1
2 41 1,2 1
3 29 1 1
4 3 1,3 2
40 1 1
44 1,3 2
38 1,1 1
8 3 1 1
9 3 1,3 2
10 38 1,2 2
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3.. !engamatan inggu pada tanggal 18 ei 2011
Tanaman sampel Tinggi tanaman Diameter batang Jumlah cabang
1 38 1,1 1
2 4 1,3 1
3 34 1,1 1
4 48 1,4 3
4 1,3 2
8 1, 2
44, 1,2 2
8 42, 1 1
9 44 1,3 3
10 4, 1,2 2
Sumber : Laporan Sementara

2. !emasaran Hasil Komoditi
a) !roduksi
Tabel 3. Jumlah !roduksi Tanaman Kangkung

Komoditas _ Berat
Kangkung
Bny.
Kangkung
Dijual
Bnyk.
Kangkung
Terjual
Harga per
Ikat
Kangkung 100 gr 12 ikat 12 ikat
Rp. 1000,
00
Sumber : Laporan Sementara
b) Lokasi !emasaran
Di areal kampus Fakultas !ertanian Universitas Sebelas aret
Surakarta. Sasaran utama dosen-dosen yang mengajar di Fakultas
!ertanian.
c) Harga Jual
Tabel 3.8 Harga Jual Tanaman Kangkung
Komoditas _ Berat
Kangkung
Bny.
Kangkung
Harga per
Ikat
Kangkung 100 gr 12 ikat
Rp. 1000,
00
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 3. Nama Dosen yang embeli Tanaman Kangkung
Nama Dosen Jumlah Kangkung
yg Dibeli
Harga
!roI. Dr. Ir. S. inardi, p 2 Rp. 2000,00
R. Kunto Adi, S.!, .! 10 Rp. 10000,00
Sumber : Laporan Sementara
B.Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Kecamatan Ngringo,
1aten Kabupaten Karanganyar, 1awa Tengah.
1. Kondisi Umum
Lokasi berada di lahan milik Bapak Suryono, yang beralamat di
Desa Gunung Wijil, Kecamatan Ngringo, Jaten Kabupaten Karanganyar,
Jawa Tengah. Kondisi topograIi lokasi tempat diadakannya praktikum ini
cukup datar, namun jalan menuju ke lokasi tujuan cukup bergelombang.
Kondisi geograIis lokasi praktikum banyak ditumbuhi rerumputan liar,
tanahnya cukup berbatu, dan lahan sebagian besar digunakan untuk usaha
peternakan,perikanan, dan pertanian. Lahan tersebut memiliki batas lahanya
sebagai berikut :
Sebelah Barat : Sungai Bengawan Solo
Sebelah Timur : rumah Warga
Sebelah Utara : !enggilingan padi
Sebelah Selatan : Rumah warga
Lokasi praktikum berada ditengah-tengah pemukiman penduduk
yang cukup ramai dihuni oleh penuduk. TopograIi tanah yang tidak datar
cukup sulit untuk dikelola apalagi dahulu sebagian lahan tersebut
diIungsikan untuk pengelolaan mesin sehingga pada lokasi lahan tingkat
kesuburan tanahnya berbeda-beda. Lahan ini memiliki kondisi alam yang
mendukung untuk dikelol sebagai sistem pertanian terpadu, memiliki tanah
yang cukup subur, air tersedia dengan cukup dan kondisi temperatur yang
cukup. TopograIi tempat praktikum tidah datar, hal ini dikarenakan dekat
dengan bantaran sungai. Akan tetapi dekat dengan sungai juga memiliki
manIaat, air tersedia melimpah sehingga tidak akan kekurangan, apalagi
yang dibudidayakan sangat erat hubungannya dengan air.
2. Komoditas
Komoditas yang diusahakan di sistem pertanian terpadu ini
disajikan dalam tabel berikut ini :
!engamatan Lele Gurame !uyuh Katak hijau
Jumlah 1 petak/kolam
kolam
(1800 ekor)
3 kandang
(20.000)
Belum
Luas lahan
8, m
2
/kolam

30m
2
/kolam


10x1 m dan
x2 m
Belum
Cara
pemeliharaan
Ditempatkan
dalam kolam.
!akan bibit
menggunakan
pakan dari toko.
Sedangakan
pakan lele
dewasa
menggunakan
Ditempatkan
dalam kolam.
!akan gurame
diberikan setiap
hari
menggunakan
pakan dari
kangkung yang
diusahakan
Ditempatkan
dalam kandang,
yang berada di
dalam ruangan.
!akan utama
berasal dari
pabrik. Diberi
vitamin.
!akan dari
serangga
yang berada
di sekitar
lokasi usaha
pertanian.

























pakan dari
kangkung yang
diusahakan
sendiri, limbah
dari kotoran
ternak puyuh dan
bisa juga kotoran
manusia 2x
dalam sehari.
sendiri.
Cara panen
engalirkan air
kolam ke parit-
parit, yang
nantinya akan
masuk ke lahan
kangkung atau
enggunakan
jaring
engalirkan air
kolam ke parit-
parit, yang
nantinya akan
masuk ke lahan
kangkung atau
enggunakan
jaring
Diambil telur
dan dagingnya
Diambil
dagingnya
Hasil
produksi
10 kg/petak 00 kg 21 telur Belum
Harga jual Rp 10.000/kg Rp 20.000/kg Rp 18/telur Belum
IV. PEMBAHASAN



A. Perbandingan Budidaya
1. Kangkung
Tanaman ini dapat tumbuh cepat dalam waktu 4- minggu
terhitung sejak berbentuk benih. Kangkung terdiri dan dua varietas, yakni
kangkung darat yang disebut kangkung cina dan kangkung air yang
tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit. !erbedaan antara
kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga. Kangkung
air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat bunga
putih bersih. !erbedaan lainnya adalah kangkung air berbatang dan
berdaun lebih besar daripada kangkung darat. Warna batangnya juga
bebeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih
kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan berbiji. Kangkung darat lebih banyak
bijinya daripada kangkung air itu sebabnya kangkung darat diperbanyak
lewat biji, sedangkan kangkung air dengan cara stek pucuk batang.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau
mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung
(ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi
kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau
yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka
kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Tanaman ini
dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh
pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 30 pada minggu pertama
tanaman sampel 1 sampai 10, berturut-turut tinggi tanaman cm, 8 cm, 8
cm, 8, cm, 8, cm, , cm, 8, cm, 8 cm, 8 cm, dan 8 cm. Diameter
batang berturut-turut adalah 0,2 cm, 0,3 cm, 0,3 cm, 0,3 cm, 0,3 cm, 0,2
cm, 0,3 cm, 0,2 cm, 0,3 cm, dan 0,3 cm. Sedangkan jumlah cabang untuk
semua sampel sama yaitu 1 cabang.
!ada minggu kedua hasil pengamatan tanaman kangkung sampel 1
sampai 10, berturu-turut tinggi tanaman, 1 cm, 21 cm, 1 cm, 14, cm, 19
cm, 19, cm, 18, cm, 20 cm, 1 cm, dan 1, cm. Diameter batang
sampel 1 sampai 10 sama yaitu 0,3 cm. Sedangkan jumlah cabang juga
sama semua yaitu 1 cabang.
!ada minggu ketiga hasil pengamatan tanaman kangkung sampel 1
sampai 10 berturut-turut adalah 23 cm, 33, cm, 21 cm, 28 cm, 2 cm, 32
cm, 2 cm, 28 cm, 2 cm, dan 28 cm. Diameter batang sampel 1 sampai 10
berturut-turut yaitu 1 cm, 1,1 cm, 0,8 cm, 1 cm, 1,2 cm, 1,3 cm, 1 cm, 1
cm, 1,2 cm, dan 1,2 cm. Sedangkan untuk jumlah cabang sampel 1, 2, 3, ,
, dan 8 sama semua yaitu masih 1 cabang. !ada sampel 4, , 9, dan 10
juga sama semua yaitu berjumlah 2 cabang.
!ada minggu ke-empat pengamatan kangkung berturut-turut tinggi
tanaman dari sampel 1 sampai 10 adalah 30 cm, 41 cm, 29 cm, 3 cm, 40
cm, 44 cm, 38 cm, 3 cm, 3 cm, dan 38 cm. Diameter batang berturut-
turut 1,1 cm, 1,2 cm, 1 cm, 1,3 cm, 1 cm, 1,3 cm, 1,3 cm, 1,1 cm, 1 cm,
1,3 cm, dan 1,2 cm. Jumlah cabang untuk sampel 1, 2, 3, , , dan 8 masih
sama seperti minggu kemarin yaitu 1 cabang. !ada sampel 4, , 9, dan 10
juga masih sama seperti minggu kemarin yaitu berjumlah 2 cabang.
!ada minggu terakhir pengamatan tanaman kangkung dapat
diketahui tinggi tanaman untuk masing-masing sampel berturut-turut yaitu
38 cm, 4 cm, 34 cm, 48 cm, 4 cm, 8 cm, 44, cm, 42, cm, 44 cm, dan
4 cm. Diameter batang tanaman kangkung berturut-turut adalah 1,1 cm,
1,3 cm, 1,1 cm, 1,4 cm, 1,3 cm, 1, cm, 1,2 cm, 1 cm, 1,3 cm, dan 1,2 cm.
Sedangkan jumlah cabang tanaman kangkung yaitupada sampel 1, 2, 3,
dan 8 masih sama dengan pengamatan kemarin yaitu berjumlah 1 cabang.
!ada sampel 4 dan 9 sudah bertambah cabangnya yaitu 3 cabang.
Sedangkan sampel , , , dan 10 yaitu berjumlah 2 cabang.
Di sekitar petak tanaman kangkung terdapat beberapa hama, yaitu
ulat, semut, orong-orong dan laba-laba. Namun, hama tersebut tidak terlalu
berpengaruh terhadap hasil produksi kangkung, hanya saja ada sedikit
daun yang berlubang bekas gigitan ulat. Selain itu terdapat gulma yaitu
rumput teki dan krokot. Selain dilakukan penyiraman, lahan tersebut juga
dibersihkan dari gulma, karena gulma tersebut dapat merugikan bagi
tanaman kangkung. Gulma tersebut apabila tidak dibersihkan akan
mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman kangkung
dalam persaingan pengambilan unsur hara.
!erlakuan penyiraman tanaman kangkung kelompok 30
menggunakan pupuk kandang yakni air rendaman kotoran puyuh (!
2
).
!enyiraman dilakukan seminggu dua kali pada hari senin dan kamis sore.
Oleh karena itu hasil produksi tanaman kangkung kelompok kami
termasuk kangkung organik (non kimia) sehingga tidak terkontaminasi zat-
zat kimia. Tanaman kangkung dengan perlakuan pupuk kandang Iisiknya
terlihat kotor dan berlubang kecil-kecil seperti bekas gigitan ulat. Tanaman
organik memang disukai ulat sehingga daun kangkung nampak berlubang
di beberapa bagian. Selain itu, ada beberapa daun yang menguning, hal itu
disebabkan kurangnya nutrisi yang diserap oleh tanaman kangkung
tersebut. Apabila dilakukan penyiraman dengan teratur maka tanaman
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal. Hal ini
juga disebabkan oleh terpenuhinya hara nutrisi dari kotoran ternak puyuh.
2. !emasaran Hasil Komoditi
Dalam konteks sektor holtikultura, rantai pasokan merupakan
wujud nyata dari kegiatan ekonomi, bisnis, investasi yang dilakukan oleh
semua pihak yang terlibat dalam agribisnis holtikultura.
a) !roduksi
Jumlah produksi tanaman kangkung beratnya 100 gram.
Tanaman kangkung tersebut dijadikan 12 ikat, dengan setiap satu ikat
berjumlah 2 batang. Tanaman kangkung tersebut akan dijual
seluruhnya yakni jumlahnya 12 ikat.
b) Lokasi !emasaran
Lokasi pemasaran produksi tanaman kangkung sudah ditentukan
pihak co ass yakni di sekitar lingkungan kampus Fakultas !ertanian
Universitas Sebelas aret Surakarta, dengan sasaran pembeli yakni
dosen-dosen yang mengajar di Fakultas !ertanian.
c) Harga Jual
Harga jual kangkung setiap ikatnya Rp 1000,- dengan total
kangkung yang akan dijual 12 ikat. Semua kangkung terjual tersebut
dapat terjual sepenuhnya yakni 12 ikat, dan total penerimaan Rp
12.000,-. Dosen yang membeli kangkung yaitu !roI. Dr. Ir. S. inardi,
! berjumlah 2 ikat kangkung dengan harga Rp 2.000,- dan R. Kunto
Adi, S!, ! berjumlah 10 ikat kangkung dengan harga Rp 10.000, -.
Sehingga uang yang terkumpul dalam penjualan sebesar Rp 12.000,-.
B.Sistem Pertanian Terpadu di Dukuh Gunung Wijil, Kecamatan Ngringo,
1aten Kabupaten Karanganyar, 1awa Tengah.
1)Kondisi Umum
Lokasi praktikum sistem pertanian terpadu berada di Desa Gunumg
ijil, Ngringo, !alur, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Salah satu
lahan di daerah sana yang dijadikan tempat praktikum adalah lahan milik
Bapak Suryono, yang tidak lain adalah salah satu dosen ilmu tanah, Fakultas
!ertanian, Universitas Sebelas aret. Lahan milik Bapak Suryono berada di
dekat sungai dan lahannya memiliki topograIi yang rata. Kondisi tanah di
sana pun cukup subur. Dengan didukung oleh keadaan tanah yang subur
tersebut, beliau memanIaatkan lahan tersebut sebagai lahan budidaya
dengan menerapkan konsep sistem pertanian terpadu. Selain diterapkan
budidaya rumput gajah dan kangkung, beliau juga menerapkan budidaya
ternak ikan lele dan gurame serta ternak puyuh. Sehingga dengan
diterapkannya sistem pertanian terpadu tersebut bisa mendatangkan manIaat
yang cukup besar bagi petani, salah satunya adalah memperoleh penghasilan
yang besar.
enurut keterangan Bapak Suryono, pemilik lahan yang
menerapkan konsep pertanian terpadu, tanah pada lahan diolah dengan
menggunakan cangkul untuk menggemburkan tanah dan meghilangkan
gulma-gulma yang tumbuh di lahan tersebut. Setelah itu, tanah tersebut
dibentuk menjadi bedengan-bedengan atau gulutan dengan adanya parit
disekitar bedengan. Setelah lahan dalam bentuk bedengan, pada lahan
tersebut diterapkan sistem tanam polikultur dengan jenis tanaman rumput
gajah dan kangkung untuk dibudidayakan. Jarak tanam pada jenis tanaman
tersebut teratur, dan pada budidaya tersebut diterapkan sistem irigasi non
teknis dengan siklus hara siklik.
Input yang digunakan pada budidaya rumput gajah dan kangkung ini
menggunakan input pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak puyuh,
sedangkan outputnya menghasilkan produksi rumput gajah dan kangkung.
Rumput gajah yang dihasilkan dijadikan sebagai pakan ternak sapi di daerah
Gemolong, Sragen. Sedangkan kangkung tersebut dijadikan sebagai pakan
ternak ikan gurame yang dibudidayakan di kolam di sekitar lahan budidaya
rumput gajah dan kangkung tersebut. Dengan diterapkannya konsep
budidaya tanaman kangkung, rumput gajah, ternak ikan lele dan gurame
serta ternak puyuh secara terpadu, akan diperoleh penghasilan yang
meningkat karena bisa konsep yang diterapkan bisa menekan penggunaan
pupuk anorganik dan menekan biaya pakan ikan lele, gurame, serta puyuh.
2)Komoditas
!ertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan
kaidah alam, yaitu mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan
membangun suatu pola relasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan
di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat, dengan
meningkatkan keanekaragaman hayati dan memanIaatkan bahan-bahan
limbah organik. !ola pertanian terpadu merupakan kombinasi antara pola
pertanian tradisional dengan ilmu pengetahuan modern di bidang pertanian
yang berkembang terus. !ada pelaksanaan pertanian terpadu lebih banyak
memanIaatkan potensi lahan yang ada dengan memperhatikan dampak
terhadap lingkungan sekitar serta dengan pengelolaan manajemen modern
yang dikelola secara proIesional dan terpadu.
enurut Bapak Suryono, salah satu pengelola sistem pertanian
terpadu, jika suatu usaha tidak dilaksanakan secara terpadu maka
keuntungan yang dihasilkan akan minimum, sehingga harus dilaksanakan
secara terpadu. Usaha awal yang dilakukan beliau adalah mencoba beternak
puyuh pada tahun 2001 di Karanganyar yang sekarang ada 3 kandang.
Selain beternak puyuh, beliau juga mencoba beternak ikan lele dan ikan
gurame. Dan sampai sekarang ini, beliau mempunyai rencana untuk
mencoba beternak katak hijau.
!ada lahan yang sedikit yang berada di dekat kolam tersebut, beliau
menerapkan konsep pertanian terpadu seperti konsep yang beliau terapkan
di daerah Gemolong, Sragen. Lahan yang sedikit yang berada didekat kolam
tersebut dibuat bedengan atau gulutan sehingga parit menjadi dalam karena
bedengan tersebut tinggi. Lahan tersebut ditanami rumput gajah yang
berIungsi sebagai pakan ternak. !ada waktu hujan, parit yang dalam tersebut
tergenang oleh air hujan, sehingga rumput-rumput gajah tersebut menjadi
subur karena dipupuk menggunakan limbah kotoran puyuh. Rumput gajah
yang ditanam pada lahan tersebut juga tumbuh subur karena dipupuk
dengan limbah puyuh, antara lain dengan menyiram rumput gajah dengan
air kotoran puyuh. Rumput gajah tersebut selanjutnya didistribusikan ke
Gemolong, Sragen untuk dimanIaatkan sebagai pakan ternak sapi.
a) Lele
!ada awal mulanya, Bapak Suryono mencoba beternak ikan lele di
parit yang tergenang di sekitar bedengan. !arit tersebut diberi ikan lele
sebanyak 200 bibit dengan harga Rp 0,- per bibit, sehingga total
pengeluaran untuk membeli bibit lele adalah sebanyak Rp 10.000,-.
Kemudian, setelah beliau mendapatkan keuntungan keuntungan yang
cukup besar, beliau mengganti beternak ikan lele di kolam yang ada di
sekitar lahan bedengan yang ditanami rumput gajah dan kangkung.
!ada ternak ikan lele, cara pemeliharaannya adalah memberi makan
ikan lele dengan menggunakan kotoran puyuh dan membersihkan kolam.
Sebelum dimanIaatkan untuk pakan ikan lele, kotoran-kotoran puyuh
tersebut didiamkan terlebih dahulu selama tiga hari. Setelah tiga hari,
kotoran-kotoran puyuh yang didiamkan tersebut akan dihinggapi
belatung dengan bantuan lalat sebagai indikatornya. Kotoran-kotoran
puyuh yang telah didiamkan tersebut memiliki protein yang tinggi yaitu
sebanyak 80 sampai 90. !rotein yang dihasilkan dari kotoran-kotoran
puyuh yang didiamkan tersebut besarnya tiga kali lipat dari pakan ikan
lele yang berada di toko-toko, karena pakan ikan lele yang kecil hanya
mengandung protein sebesar 32 dan pakan ikan lele yang besar
mengandung protein sebesar 2 sampai 28.
Kotoran puyuh yang dimanIaatkan untuk pakan ikan lele tersebut
diberikan dua kali sehari, yaitu pada waktu pagi dan sore hari. Dengan
dimanIaatkannya kotoran puyuh yang didiamkan dan berprotein tinggi
sebagai pakan ikan lele, maka ikan lele yang dibudidayakan mengalami
pertumbuhan yang pesat. Selain itu, dengan diberikannya pakan puyuh
yang telah didiamkan dan dihinggapi belatung tersebut, maka akan
diperoleh keuntungan yang maksimal karena dengan adanya pakan dari
kotoran puyuh tersebut dapat meminimkan biaya pakan ikan lele. Dalam
jangaka waktu 30 hari, ikan lele yang dibudidayakan menjadi agak besar
karena mengalami pertumbuhan yang pesat.
Setelah ikan lele yang dibudidayakan oleh Bapak Suryono besar-
besar, ikan lele tersebut telah siap untuk dipanen. Satu petak kolam ikan
lele luasnya 8, meter dengan jumlah bibit lele sebanyak 200 bibit per
kolam, sehingga jumlah bibit lele tersebut adalah 100 bibit per kolam.
100 bibit ikan lele yang dibudidayakan tersebut mempunyai berat
sejumlah 10 kg. !ada modal awal, dikeluarkan biaya sebanyak Rp
90.000,- untuk membeli bibit ikan lele sebanyak 100 bibit dengan harga
Rp 0,- per bibit. enurut keterangan Bapak Suryono, modal utama bagi
pebisnis adalah jaringan dan kepercayaan. Dengan adanya pengahsilan
yang cukup besar tersebut, beliau meminjam modal yang digunakan
untuk memulai bisnis ikan lele dengan 1 kolam dan dengan harapan
agar bisa dilakukan panen per minggu. Dan menurut beliau, berdasarkan
anggaran maka akan panen 10 kg dengan berat 1 ons per ekor, jika tiap
kg berharga Rp 10.000 maka penerimaan yang diperoleh sebanyak Rp
1.00.000 dengan total biaya sebesar Rp 300.000 maka pendapatan
bersihnya Rp 1.200.000 perminggu sehingga Rp 4.800.000 tiap bulan.
!anen dilakukan 30 hari setelah bibit diternakan.
Sedangkan penyakit yang biasanya menyerang ikan lele adalah
penyakit moncong putih. Untuk mencegah agar puyuh tidak terserang
penyakit, maka perlu diberi vaksin yang diberikan dengan cara dijemur di
pagi hari. Sedangkan untuk mencegah agar ikan lele tidak terserang
penyakit moncong putih, maka setelah panen, kolam ikan lele disemprot
kemudian setelah 3 sampai 4 hari kolam tersebut bisa diisi bibit ikan lele
lagi.
b)Gurame
Selain beternak ikan lele, Bapak Suryono juga melakukan ternak
ikan gurame sebanyak petak kolam dengan ukuran x meter dan
dengan kedalaman 1 meter serta dengan jumlah bibit 300 sampai 400
bibit ikan gurame yang dibudidayakan. Ikan gurame yang dibudidayakan
tersebut diberi makan daun kangkung. Tanaman kangkung tersebut
ditanam di sekitar kolam. Tanaman kangkung yang ditanam di sekitar
kolam disiram dengan menggunakan air kolam ikan lele yang
mengandung unsur hara dari lumut yaitu dengan cara membuka saluran
air yang terdapat pada kolam ikan.
!ada ternak ikan gurame, waktu panen bisa dilakukan 8 sampai 10
bulan. Harga jual ikan gurame sebesar Rp 20.000,- per kg dan pada saat
harga turun, harga jual ikan gurame menjadi Rp 18.000,-. !ada waktu
panen biasa dihasilkan bibit 1800 ekor dengan berat 8 ons maka
seluruhnya seberat 1440 kg dalam 8 bulan, jika dihitung perbulan ada
180 kg sedangkan harga per kg Rp 20.000 maka pendapatan bersih Rp
3.00.000,- per bulan. Sasarannya ada 10 petak yang bila dihitung
perbulan bersih Rp .000.000,-.
c) !uyuh
enurut keterangan Bapak Suryono, salah satu pengelola sistem
pertanian terpadu di daerah !alur tersebut, beliau pertama kali beternak
puyuh pada tahun 2001 di dekat rumahnya yang berada di daerah !alur.
Kemudian beliau memindahkan ternak puyuh tersebut di sebuah lahan
yang berada di Desa Gunung ijil, Ngringo dengan modal tiga
kandang puyuh dan lahan yang sedikit di dekat kolam.
!ada budidaya puyuh, saat panen, apabila harga tinggi, harga jual
puyuh per ekor tersebut Rp 4,- sampai Rp 0,- per hari. Namun, ketika
harga jual turun dan harga pakan puyuh mahal seperti sekarang ini,
harga jual puyuh tersebut menjadi Rp 30,- sampai Rp 32,,- per hari.
Apabila dihasilkan produksi puyuh sebanyak 10.000 per hari dengan
asumsi ketika harga turun, maka akan diperoleh penghasilan Rp
32.000,-. Dalam sebulan, akan diperoleh penghasilan dari produksi
puyuh tersebut sebesar Rp 9.0.000,-.
enurut keterangan Bapak Suryono, salah satu pengelola sistem
pertanian terpadu di daerah !alur, beliau mempunyai kandang puyuh
sebanyak tiga petak kandang. !ada ketiga kandang puyuh tersebut,
biasanya dihasilkan produksi puyuh secara berturut-turut sebanyak
000 unit, 000 unit, dan 8000 unit per hari. !ada kandang pertama
dihasilkan produksi sebanyak 000 unit dengan haraga jual Rp 32,,-
sehingga jumlahnya adalah Rp 19.000,- per hari. Sedangkan pada
kandang kedua dihasilkan produksi puyuh sebanyak 000 unit dan
jumlah penghasilan yand diperoleh sebesar Rp 19.000,-. Dan pada
kandang yang terakhir, dihasilkan produksi puyuh sebanyak 8000 unit
dengan asumsi harga ketika turun yaitu sebesar Rp 32,,-, sehingga
akan diperoleh penghasilan Rp 20.000,- per hari. Dari ketiga kandang
puyuh yang dikelola oleh Bapak Suryono tersebut, akan diperoleh
penghasilan sebesar Rp 0.000,- per hari. Sehingga dalam satu bulan,
beliau memperoleh penghasilan sebesar Rp 19.00.00,-.
Adanya perubahan cuaca dapat menyebabkan stress dan penyakit
pada puyuh, sehingga hal tersebut mengakibatkan produksi puyuh
mengalami penurunan. Untuk mengantisipasi agar puyuh tidak terkena
stress dan penyakit pada puyuh tersebut maka perlu diberi vitamin dan
antibiotik. !enyakit yang biasanya menyerang puyuh antara lain adalah
penyakit Ilu burung, ND, xenod, dan lain sebagainya. !uyuh dalam Iase
reproduksi tidak mengalami reproduksi secara kawin. !uyuh mulai
produktiI pada umur 3 hari. enurut keterangan Bapak Suryono,
apabila kita ingin menetaskan puyuh, maka digunakan perbandingan
antara puyuh betina dan puyuh jantan yaitu dengan perbandingan 4 : 1.

d)Katak Hijau
Dalam penerapan konsep sistem pertanian terpadu yang dikelola
oleh Bapak Suryono, beliau belum membudidayakan katak hijau. elihat
dari adanya peluang dari usaha ini dan permintaan yang cukup besar
maka pembudidayaan katak hijau akan dicoba. Katak hijau untuk makan
manusia dan ternak. !akan dari katak hijau dari serangga yang ada di
lokasi, maka tidak perlu mambeli dari luar. Diketahui harga jual katak
hujau Rp 28.000/kg.
enurut Bapak Suryono, salah satu pengelola sistem pertanian
terpadu, dengan adanya penerapan budidaya rumput gajah, kangkung,
ternak ikan lele dan gurame, ternak puyuh serta ternak katak hijau secara
terpadu, maka diharapkan petani bisa mendapatkan penghasilan yang
tinggi karena biaya pakan ternak dapat diminimalkan dan adanya
pemanIaatan limbah organik sebagai pakan ternak.








DAFTAR PUSTAKA
Ahira, H. 2011. Nutrisi Tanaman. http://www.anneahira.com/nutrisi-
tanaman.html. Diakses pada tanggal 19 April 2011
Aldrich.R.J, 2004. ahan Potensial /an ahan Kritis. odul GeograIi SU.
Bandung.
Basukriadi, Adi . 2010. !opulasi, Ekosistem, BiosIir. http://repository.ui.ac.id/
contents/koleksi/11/ce430d4I0ee3049ee31b8880I4db98de2.pdI.
Diakses pada tanggal 19 April 2011
Darius. 2009. Konsep-Konsep Pemasaran. Balai !ustaka. Jakarta
Endarwati. 200. Karakteristik /an Pengelolaan Tanah sawah. edan:
Universitas Sumatera Utara !ress.
Fatmawati. 200. Pengelolaan Tanaman Terpa/u. Universitas ercu Buana.
Kartasapoetra. 2001. Hama Hasil Tanaman Dalam Gu/ang, Rineka Cipta Jakarta.
Kotler, !hilip, 2002, Manafemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi ilenium, Jakarta,
!rehallindo.
Kusmayadi, A. 200. Pengaruh Derafat Sosoh Dan Jenis kemasaman Terha/ap
Pertumbuhan populasi S.:eamays. !rogram Nasional !engendalian hama
Terpadu sekertariat !HT pusat Departemen !ertanian, Jakarta Selatan
urtijo, BA. 2000. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta
Nugroho. 2011. Prinsip Dasar Manafemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. !T
Raja GraIindo !ersada : Jakarta.
!earson. 19. Contextual Teaching an/ earning Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
!ramono, J., S. Kartaatmadja, dan H. Supadmo. 2001. Efisiensi Pemanfaatan
Sumber/aya pa/a Usahatani Pa/i Sawah. akalah Seminar Nasional
!engembangan. Teknologi !ertanian. ataram.
Rahardian. 200. Penerapan Pertanian Organik. !enerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ridwan, 200. Kotoran Ternak Sebagai Pupuk Dan Sumber Energi. Harian
Independe. Singgalang.
Robert J.Kodoatie, 200, Makalah okakarya PenyelamatanAir TanahDi
In/onesiaKonservasiAir Tanah, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan
Kawasan !ertambangan, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
ineral, DESD, FTUNDI!Bandung.
Saptadji. 2010. Pengelolaan Air Terpa/u. Jakarta.
Sudiarto, Bambang. 2010. Pengelolaan imbah Peternakan Terpa/u /an
Agribisnis Yang Berwawasan ingkungan. !usat !enelitian dan
!engembangan !eternkan.
Susila, A.D. 200. Pan/uan Bu/i/aya Tanaman Kangkung. F! I!B
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Menufu Pertanian Alternatif /an
Berkelanfutan. !enerbit Kanisius. Yogyakarta.
Tantri. 200. Pengelolaan Tanaman Terpa/u. Agronomy Agriculture.
Yogyakarta.
Untung. K, 1993. Pengantar Pengelolaan Hama /an Tanaman Terpa/u. Gajah
ada University !ress.
Zailani (1993). Kangkung Darat. ajalah Trubus.
Zaini, ZulkiIli, WS, Diah, dan Syam ahyuddin. Meningkatkan Hasil /an
Pen/apatan Menfaga Kelestarian ingkungan. Jurnal !engelolaan
Tanaman Terpadu Vol 3 (1) (2002) pp 4-1.

You might also like