You are on page 1of 208

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -8-

Modul 1 1.1. Judul : Gaya Gaya dan Keseimbangan Gaya


Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya. Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimana bisa melakukan penjumlahannya 1.1.1. Pendahuluan Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya, sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya. Contoh : * Suatu kendaraan yang terletak diatas jembatan * Beban roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah suatu beban atau gaya.

gaya

struktur jembatan

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -9-

1.1.2. Pengertian tentang Gaya dan Garis Kerja gaya Gaya adalah merupakan vektor yang mempunyai besar dan arah.

Penggambarannya biasanya berupa garis dengan panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi panjang garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya. * Contoh 1

Orang berdiri dengan berat 50 kg Panjang gaya 1 cm arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi) ditunjukkan dengan gambar anak panah ke bawah dengan skala 1 cm = 50 kg

Jadi 50 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah gaya kebawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg. * Contoh 2 Batu diatas meja dengan berat 10 kg
Panjang gaya = 1 cm

Arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi) ditunjukkan dengan gambar anak panah dengan skala 1 cm = 10 kg

Jadi 10 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg.

* Contoh 3 15 kg Orang mendorong mobil mogok kemampuan orang mendorong tersebut adalah 15 kg. 1 cm Panjang gaya Arah dorongan kesamping kanan ditunjukkan dengan gambar anak panah arah kesamping dengan skala 1 cm = 15 kg

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -10-

Jadi 15 kg adalah gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobil mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.

Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya Seperti contoh di bawah : Contoh * Garis kerja gaya Garis kerja gaya orang yang mempunyai berat 50 kg tersebut adalah vertikal

Orang dengan berat 50 kg garis kerja gaya 15 kg Garis kerja gaya untuk mendorong mobil mogok tersebut adalah horisontal

Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut. Contoh: mobil mogok diatas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan orang yang mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.

titik tangkap gaya Titik tangkap gaya

gaya

50 kg

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -11-

1.1.3. Sifat Gaya Gaya dan titik tangkap gaya bisa dipindah-pindahkan asal masih dalam daerah garis kerja gaya Contoh dalam gambar K dan K1 adalah merupakan gaya. Ga Posisi gaya K lama Posisi gaya K baru mb ar garis kerja gaya K1 Posisi gaya K1 lama 1.1 . Ga mb Posisi gaya K1 baru is kerja gaya ar gar

1.1.4. Penjumlahan Gaya Penjumlahan gaya bisa dilakukan secara analitis maupun grafis.

1.1.4.1. Penjumlahan secara grafis Penjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, jadi gaya-gaya tersebut sebidang, bisa secara langsung dijumlahkan secara grafis.

A K1

C R = K1 + K2

 

D K2 Titik tangkap gaya

K1, K2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlahkan Urut-urutan penjumlahan Buat urut-urutan penjumlahan garis sejajar dengan K1 dan K2 di ujung gaya, (K1 diujung K2 dan sehingga K2 diujung K1 ) membentuk bentuk jajaran genjang D.A.C.B Salah satu diagonal yang panjang tersebut yaitu R

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -12-

Gambar 1.2. Penjumlahan gaya secara grafis Penjumlahan 2 gaya yang sebidang, tapi titik tangkapnya tidak sama.. Gaya-gaya tersebut bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya. Gamb R = K1 + K2 A Posisi awal (K2)KK2 2 Posisi awal1 (K1) KK 1 0 K1 C B K1 dan K2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlahkan. 2 gaya tersebut tidak mempunyai titik tangkap yang sama, tapi masih sebidang. ar 1.3 Penju mlaha n gaya secara grafis, yang titik tangkapnya tidak sama

Urutan-urutan penjumlahan - Gaya K1 dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja gaya K1 bertemu dengan garis kerja gaya K2, pertemuannya di titik 0. - Buat garis-garis sejajar gaya K1 dan K2 di ujung-ujung gaya yang berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC - Salah satu diagonal yang terpanjang (R) adalah merupakan jumlah dari K1 dan K2.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -13-

Penjumlahan 3 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal Penjumlahan tersebut bisa dilakukan secara bertahap C R1=K1+K2 R1 A K1 K2 B R2 E R2 R2 = R + K 1 3 = K1 + K2 + K3

K1, K2 dan K3 adalah gaya-gaya yang akan dijumlahkan dengan titik tangkap tunggal. Urut-urutan penjumlahan.

K3 D

Jumlahkan dulu K1, K2 dengan cara membuat garis sejajar

Gambar 1.4. Penjumlahan 3 gaya secara grafis

dengan gaya-gaya tersebut (K1, K2) di ujung-ujung gaya yang berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang 0ACB

  

Salah satu diagonal terpanjang yaitu R1 adalah merupakan jumlah K1 + K2 Buat garis sejajar K3 dan R1 di ujung gaya-gaya yang berlainan

sehingga membentuk jajaran genjang 0CED Salah satu diagonal terpanjang (R2) adalah jumlah dan R1 dan K3 sehingga sama dengan jumlah antara K1, K2 dan K3.

Penjumlahan 3 gaya yang tidak mempunyai titik tangkap tunggal

 

Penjumlahan tersebut dilakukan secara bertahap Titik tangkap gaya bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -14-

(posisi awal) K1 R1 = K1 + K2 C (Posisi awal) K2

Urut-urutan penjumlahan

K1, K2 dan K3 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan.


A K1 K2 0 R2 = R1 + K3 = K1 + K2 + K3 F D B

Kerjakan dulu penjumlahan antara K1 dan K2 dengan cara :

Tarik

gaya

K1

dan

K2

sehingga titik tangkapnya bertemu pada satu titik di O.

Buat garis sejajar K1 dan K2 pada yang ujung-ujung berlainan gaya

sehingga

membentuk jajaran genR1 E K3 01 Gambar 1.5. Penjumlahan 3 gaya yang tidak mempunyai titik tunggal, secara grafis jang OACB Posisi awal (K3)

Salah satu diagonal yang terpanjang yaitu R1 adalah merupakan jumlah dari K1 dan K2.

Tarik

gaya

R1

dan

K3

sehingga titik tangkapnya bertemu pada titik di 01

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -15-

Buat garis sejajar R1 dan K3 melalui ujung gaya yang berlainan sehingga membentuk jajaran genjang 01, D F E, salah satu diagonal yang terpanjang adalah R2 yang merupakan jumlah antara R1 dan K3 berarti jumlah antara K1 dan K2 dan K3.

K3

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -16-

a K1
b1

K1 A B K2 C O R K3

K2 K4 K1 c K3 K4 e d R O

titik tangkap

Polygon Batang

Jari-jari Polygon

Gambar 1.6. Polygon batang dan jari-jari polygon

 

Gaya K1, K2, K3 dan K4 adalah gaya-gaya yang mau dijumlahkan Untuk pertolongan, perlu dibuat jari-jari polygon (lihat gambar) dengan cara sebagai berikut : buat rangkaian gaya K1, K2, K3 dan K4 secara berurutan dimana tiap-tiap gaya sejajar dengan gaya aslinya (pada gambar jari-jari polygon). pangkal gaya K1 dan ujung gaya K4 merupakan jumlah (resultante) gaya K1, K2, K3 dan K4 yaitu R, yang diwakili oleh garis sepanjang a-e tapi letak titik tangkapnya belum betul. Ambil titik 0 sembarang di daerah sekitar R Tarik garis dari 0 ke ujung-ujung gaya sehingga ketemu titik a, b, c, d, dan e, garis - garis tersebut diberi tanda titik satu buah ( ) sampai lima buah ( jari-jari polygon. Dari gaya-gaya asal yang akan dijumlahkan ditarik garis sejajar O a ) pada garis tersebut. Garis-garis tersebut dinamakan

- Dari titik A dibuat garis sejajar K1 di (titik A. memotong gaya K2 di titik B ) ( ) memotong gaya Ob

Dari titik B dibuat garis sejajar Oc (

) memotong K3 di

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -17-

titik C. Dari titik C dibuat garis sejajar Od ( Dari titik D dibuat garis sejajar Oe ( dan garis ) ( ) memotong K4 di D. , perpanjangan garis

( ) ) pada polygon batang akan ketemu di titik O

yang merupakan titik tangkap jumlah (resultante) gaya-gaya K1, K2, K3 dan K4. Dari titik O dibuat garis sejajar R yaitu garis R . Jadi R adalah merupakan jumlah (resultante) dari gaya-gaya K1, K2, K3 dan K4 dengan titik tangkap yang betul, dengan garis kerja melewati 0

1.1.4.2. Penjumlahan secara analitis Dalam penjumlahan secara analitis kita perlu menentukan titik pusat (salib sumbu) koordinat, yang mana biasanya sering dipakai adalah sumbu oxy. Didalam salib sumbu tersebut gaya-gaya yang akan dijumlahkan, diproyeksikan. Contoh : y Pernjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal

y K2 y K1 y E K1 K2

F K2x

x 

K1 dan K2 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan dimana mempunyai titik tangkap tunggal di O ; Eadalah sudut antara K1 dengan sumbu ox Fadalah sudut antara K2 dengan sumbu ox

K1 dan K2 diuraikan searah Gambar 1.7. Penjumlahan gaya secara analitis dengan sumbu x dan y K1x = K1 cos E K1y = K1 sin E ; ; K2x = K2 cos F K2y = K2 sin F

K1x

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -18-

Semua komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah dengan oy. Rx = K1x + K2x Ry = K1y + K2y Rx = Kx Ry = Ky

Jumlah gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari komponen-komponen tersebut adalah : R=
Rx  Ry

Penjumlahan 2 gaya dengan letak titik tangkap berbeda

y K1y E

K1  K1 dan K2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlah-kan dengan letak titik tangkap berbeda. K1 membentuk sudut E dengan sumbu ox K2 membentuk sudut Fdengan sumbu ox.  K1 dan K2 diuraikan searah dengan sumbu x dan y

K2 K2y F

K1x

K2x

Gambar 1.8. Penjumlahan gaya dengan titik tangkap berbeda, secara analitis

K1x = K1 cos E ; K2x = K2 cos F K1y = K1 cos E ; K2y = K2 sin F

Semua Komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah oy. Rx = K1x + K2x Ry = K1y + K2y Rx = Kx Ry = Ky

Jumlah gaya-gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari komponen-komponen tersebut adalah :

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -19-

R=

Rx  Ry

1.1.5. Latihan 1. K1 45

K2

Dua gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama seperti seperti pada gambar. K1 = 5 ton dan K2 = 7 ton, sudut yang dibentuk antara 2 gaya tersebut adalah 45. Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun grafis

2. K1 Dua gaya K1 dan K2 tidak mempunyai titik tangkap yang sama K1 = 10 ton dan K2 = 4 ton Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan K2 membentuk sudut 60

Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun garfis.

3. 5 ton 0 K1 K2 K3 K4 7 ton 9 ton 4 ton

Empat gaya K1, K2, K3 dan K4, dengan besar dan arah seperti pada gambar

Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R) dengan cara polygon batang.

1.1.6. Rangkuman

   

Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta diketahui letak titik tangkapnya. Gaya bisa dipindah-pindah sepanjang garis kerja gaya Penjumlahan gaya-gaya bisa dilakukan secara grafis ataupun analitis. Penjumlahan gaya lebih dari 4 buah bisa memakai cara grafis dengan bantuan polygon batang.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -20-

1.1.7. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci yang ada, secara bertahap. Soal 1 dan 2 ada jawaban secara analitis dan grafis, sedang soal no. 3 hanya berupa grafis, skor penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol berapa skor yang didapat.

No. soal Sub Jawaban 1 Analitis

Grafis

Analitis

Grafis

Jawaban R = 11,1 ton sdt = 22,5 dari sumbu x R = 11,1 ton sdt = 22,5 dari sumbu x R = 12,5 ton sdt = 30 dari sumbu x R = 12,5 ton sdt = 30 dari sumbu x R = 24 ton

Skor Nilai 50

50

50

50

Grafis Jari-jari polygon Polygon batang

50 50

1.1.8. Daftar Pustaka 1. Samuel E. French, Determinate Structures ITP (International

Thomson Publishing Company) 1996. Bab I. 2. 3. Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I. Soemono. Statika I ITB. Bab I

1.1.9. Senarai Gaya Resultante = mempunyai besar dan arah = jumlah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -21-

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -22-

1.2. JUDUL : PENGGAMBARAN STRUKTUR DALAM MEKANIKA TEKNIK

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca bagian ini, maka siswa bisa memahami secara jelas apa itu bentuk-bentuk struktur di bidang teknik sipil, sehingga dalam menerima pelajaran akan lebih mudah menerima. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar tentang struktur dalam suatu bidang Teknik Sipil, mengerti tentang beban, kolom, balok, reaksi dan gaya dalam, serta bisa menggambar skema struktur dalam mekanika teknik. 1.2.1. Pendahuluan Dalam disiplin ilmu teknik sipil dimana mahasiswa akan diajak bicara tentang bangunan gedung, jembatan dan lainsebagainya, maka mahasiswa perlu tahu bagaimana cara penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik, apa itu beban, balok, kolom, reaksi, gaya dalam dan bagaimana cara

penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik. Contoh : a. bentuk gedung bertingkat dalam penggambaran di mekanika teknik

kolom

Kolom = tiang-tiang vertical Balok = batang-batang horisontal

balok

perletakan

Gambar 1.9. Gambar portal gedung bertingkat dalam mekanika teknik

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -23-

b. bentuk jembatan sederhana dalam penggambarannya di mekanika teknik. balok

perletaka n Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika teknik 1.2.2. Beban Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak disebut beban mati, misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada beberapa macam beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata. a. Beban terpusat Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat. a.1. manusia yang berdiri diatas jembatan

beban terpusat Penggambaran dalam mekanika teknik

a.2. Kendaraan berhenti diatas jembatan

P1

P2

P3 Penggambaran dalam mekanika teknik

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -24-

Notasi beban terpusat = P Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan lainsebagainya, Gambar 1.11. Gambar beban terpusat dalam mekanika teknik b. Beban terbagi rata Beban terbagi rata adalah beban yang tersebar secara merata baik kearah memanjang maupun ke arah luas.

anak-anak berbaris diatas jembatan

q t/m Penggambaran dalam mekanika teknik

Notasi beban terbagi rata = q Satuan beban terbagi rata = ton/m , kg/cm

Newton/m dan lainsebagainya. Gambar 1.12. Penggambaran beban terbagi rata dalam mekanika teknik

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -25-

1.2.3. Perletakan y Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah membaca modul bagian ini, maka siswa bisa memahami pengertian tentang perletakan dan bagaimana pemakaian perletakan ini pada suatu struktur. y Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar dan pengertian tentang struktur, konsep pengertian tentang perletakan, serta konsep kedudukan perletakan dalam suatu struktur. 1.2.3.1. Pendahuluan

Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan masalah bangunan seperti bangunan gedung, jembatan, dan lainsebagainya. Bangunan-bangunan tersebut harus terletak diatas permukaan bumi, hubungan antara bangunan tersebut dengan lapisan permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi. Bangunan yang terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas, sedang yang masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan bangunan bawah. Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui suatu tumpuan yang disebut dengan Perletakan . Contoh : a. Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah pondasi. Struktur jembatan (bangunan atas)

perletakan Pondasi Penggambaran pada mekanika (bangunan struktur

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -26-

Gambar 1.13. Gambar perletakan jembatan dalam mekanika teknik b. Hubungan antara bangunan gedung dan pondasi

Bangunan gedung (bangunan atas) muka tanah Perletakan (tumpuan) Pondasi (bangunan bawah) Penggambaran pada mekanika teknik

1.2.3.2.

perletakan Gambar 1.14. Gambar perletakan gedung (tumpuan)dalam mekanika teknik Macam-Macam Perletakan

Dalam mekanika teknik perletakan berfungsi untuk menjaga struktur supaya kondisinya stabil. Ada 4 macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan perodel. a. Rol Strukt Bentuk perletakan rol, pada suatu struktur jembatan yang bertugas untuk menyangga sebagian dari jembatan. (Gambar 1.15)

silinder baja

Karena struktur harus stabil maka perletakan rol tersebut tidak boleh turun jika kena beban Rv Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, atas, olehtersebut bias bergeser dari maka rol karena itu rol ke arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi horizontal, bisa berputar jika tersebut harus mempunyai reaksi Gambar 1.15. Skema perletakan rol diberi beban momen jadi tidak mempunyai reaksi momen. Pada perletakan Rol Rv Penggambaran perletakan rol dalam bidang mekanika teknik, ada reaksi vertikal.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -27-

Balok jembatan Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam mekanika teknik Rv b. Sendi Bentuk perletakan sendi pada suatu struktur jembatan, yang bertugas untuk menyangga sebagian dari jembatan (Gambar 1.17). Karena struktur harus stabil, maka perletakan sendi tidak boleh turun jika kena beban dari atas, oleh Rv Gambar 1.17. Skema perletakan Sendi Pada perletakan karena itu mempunyai sendi tersebut harus reaksi vertikal (Rv).

Strukt RH silinder baja

Selain itu perletakan sendi tidak boleh bergeser horizontal. Oleh

karena itu perletakan sendi harus mempunyai reaksi horizontal (RH), RH sendi tersebut bisa berputar jika Penggambaran perletakan sendi dalam diberi beban momen. Jadi sendi tidak mekanika teknik, ada reaksi vertikal dan horisontal punya reaksi momen.

Rv

RH c. Jepit Rv

balok jembatan Gambar 1.18. Aplikasinya perletakan sendi di dalam mekanika teknik

Bentuk perletakan jepit dari suatu

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -28-

RH RM RV RH RM R d. Pendel V

Penggambaran perletakan jepit dalam mekanika teknik, ada reaksi vertikal, horizontal, dan momen

Gambar 1.20. Aplikasi perletakan jepit di dalam mekanika teknik Bentuk perletakan jepit dari suatu struktur, bertugas untuk menyangga sebagian dari struktur baja (Gambar 1.21.) Pendel tersebut hanya bisa menyangga sebagian jembatan, hanya searah dengan sumbu pendel tersebut, jadi hanya mempunyai satu reaksi yang searah dengan sumbu pendel. Penggambaran perletakan pendel dalam mekanika teknik, ada reaksi searah pendel.

balok baja

pendel Gambar 1.21. Skema perletakan pendel pada suatu struktur baja RR

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -29-

balok baja Gambar 1.22. Aplikasi di perletakan dalam

pendel pende l

mekanika teknik

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -30-

1.3. JUDUL : KESEIMBANGAN BENDA


Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan bisa mengerti apa yang disebut keseimbangan pada suatu benda. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat memahami pengertian keseimbangan dalam suatu struktur dan syarat-syarat apa yang diperlukan, serta manfaatnya dalam struktur tersebut. 1.3.1. Pendahuluan Dalam bidang teknik sipil mahasiswa selalu diajak berbicara tentang bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Bangunan bangunan tersebut supaya tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam keadaan seimbang, hal itu merupakan syarat utama. Apa saja syaratsyaratnya supaya suatu bangunan tetap seimbang, dan bagaimana cara menyelesaikannya, mahasiswa perlu mengetahuinya. Contoh : benda dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak) kotak lem

meja

Gambar 1.23. suatu kotak yang dilem diatas meja

1.3.2. Pengertian tentang keseimbangan Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka kotak tersebut dalam keadaan seimbang, yang berarti kotak tersebut tidak bisa turun, tidak bisa bergeser horisontal dan tidak bisa berguling. a. Keseimbangan vertikal

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -31-

Pv

kalau kotak tersebut dibebani Kotak Lem secara vertikal (Pv), maka kotak tersebut tidak bisa turun, yang berarti meja tersebut mampu memberi perlawanan vertikal (Rv), perlawanan Meja vertikal tersebut (Rv) disebut reaksi vertikal. Kotak Gambar 1.24. Keseimbangan vertikal Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas lumpur Kalau kotak tersebut dibebani Lumpur secara vertikal (Pv), maka kotak tersebut langsung tenggelam, yang berarti Kotak tenggelam lumpur tersebut tidak mampu memberi perlawanan secara

Pv

Rv

vertikal (Rv). (Gambar 1.25) Gambar 1.25. Kotak tenggelam dalam lumpur b. Keseimbangan horisontal PH Kotak Lem RH Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH), maka kotak tersebut tidak bisa

bergeser secara horisontal, yang meja berarti lem yang merekat antara kotak dan meja tersebut

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -32-

mampu Gambar 1.26. Keseimbangan horizontal memberi perlawanan horisontal (RH), sehingga bisa menahan kotak untuk tidak bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (RH) disebut reaksi horisontal. Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di lem Kalau kotak tersebut dibebani secara PH kotak yang bergeser horisontal (PH), maka kotak tersebut langsung bergeser, karena tidak ada yang menghambat, yang berarti meja tersebut tidak mampu memberi perlawanan horisontal (RH) (Gambar 1.27) Gambar 1.27. Kotak yang bergeser Karena beban horizontal

c. Keseimbangan Momen Kalau kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut tidak bisa berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja tersebut mampu memberikan perlawanan momen (RM), perlawanan momen tersebut (RM) disebut dengan reaksi momen. PM Kotak

Lem Meja

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -33-

Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di lem. PM Kotak yang terangkat Kalau dibebani kotak tersebut (PM),

momen

maka kotak tersebut bisa terangkat, Meja karena tidak

ada lem yang mengikat antara kotak dan meja tersebut, meja mampu yang tersebut berarti tidak

memberikan

perlawanan momen (RM). Gambar 1.29. Kotak yang terangkat karena beban momen d Keseimbangan Statis

PV PH

PM Kotak Lem

 Kalau kotak tersebut di lem diatas meja, yang RH berarti harus

stabil, benda tersebut harus tidak bisa turun,

RV

Meja

tidak

bisa

bergeser

horisontal, dan tidak bisa terangkat.

RM

Gambar 1.30. Keseimbangan statis

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -34-

 Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (PV), tumpuannya mampu memberi perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa turun syarat minimum RV = PV, atau RV - PV = 0 atau 7V = 0 (jumah gayagaya vertikal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol).

 Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH ), maka pada tumpuannya mampu memberi perlawanan secara horisontal (RH ). Agar kotak tersebut tidak bisa bergeser secara horisontal maka syarat minimum RH = PH atau RH PH = 0 atau 7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal

antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)  Kalau kotak tersebut dibebani secara momen (PM ), maka pada tumpuannya mampu memberi perlawanan secara momen (RM ). Agar kotak tersebut tidak bisa terpuntir (terangkat), maka syarat minimum RM = PM atau RM - PM = 0 atau 7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban dan reaksi harus sama dengan nol).  Dari variasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang stabil atau dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 7V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol) 7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama dengan nol) 7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol).

1.3.4. Latihan 1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg Pv = 5 kg

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -35-

Berapa reaksi vertikal yang terjadi supaya balok tersebut tidak turun ?. Rv = ? 2. Suatu kantilever (konsol) dengan beban seperti pada gambar. PV = 5 kg PH = 2 kg PM = 5 kgm Cari reaksi-reaksi yang terjadi supaya konsol tersebut tak roboh.

1.3.5. Rangkuman o Macam-Macam Beban - Beban terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton - Beban terbagi rata; notasi; q; satuan kg/m atau ton/m atau Newton / m

o Macam Perletakan - Rol punya 1 reaksi - Sendi punya 2 reaksi - Jepit punya 3 reaksi - Pendel punya 1 reaksi Rv Rv dan RH Rv; RH dan RM sejajar dengan batang pendel

o Syarat Keseimbangan Ada 3 syarat keseimbangan yaitu : 7v = 0 7H = 0 7M = 0

1.3.6. Penutup

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -36-

Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci yang ada. Nomor Soal 1 2 Reaksi yang ada Rv Rv RH RM Besar Reaksi 5 kg 5 kg 2 kg 5 kg m Arah o o p 1

1.3.7. Daftar Pustaka 1. Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM Bab I. 2. Soemono Statika I ITB Bab I

1.3.8. Senarai Beban = aksi Reaksi = perlawanan aksi

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -37-

MODUL 2 :

ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA PENYELESAIANNYA

2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Mahasiswa selain dapat mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu, mengetahui syarat-syarat apa yang diperlukan dan bagaimana cara pemanfaatannya.

2.1.1. Pendahuluan Dalam bangunan teknik sipil, seperti gedung-gedung, jembatan dan lain sebagainya, ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan memahami struktur yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang lebih kompleks.

Contoh : contoh struktur sederhana yaitu balok jembatan diatas 2 tumpuan. Balok jembatan diatas 2 Balok jembatan B A rol sendi perletakan A dan B Perletakan A adalah rol Perletakan B adalah sendi

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -38-

Gambar 2.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

2.1.2. Definisi Statis Tertentu


Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan syaratsyarat keseimbangan. Ada beberapa syarat-syarat keseimbangan Sesuai dengan materi yang sebelumnya ada 3 (tiga) syarat keseimbangan yaitu : V ! 0 ( jumlah gaya  gaya vertikal sama dengan nol) H ! 0 ( jumlah gaya  gaya horisontal sama dengan nol) M ! 0 ( jumlah momen sama dengan nol) Kalau dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan,maka pada konstruksi statis tertentu yang harus bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan, jumlah bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan tersebut maximum adalah 3 buah. Jika dalam menyelesaikan suatu konstruksi tahap awal yang harus dicari adalah reaksi perletakan, maka jumlah reaksi yang tidak diketahui maksimum adalah 3. 2.1.3. Contoh a). Balok diatas dua perletakan dengan P beban P seperti pada gambar. A = sendi dengan 2 reaksi tidak RAH A B diketahui (RAV dan RAH adalah

reaksi-reaksi vertikal dan horizontal RAV RBV di A). B= rol dengan reaksi tidak

diketahui (RBV = reaksi vertikal di B)

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -39-

Gambar 2.2. Konstruksi statis tertentu

Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksi tersebut adalah konstruksi statis tertentu.

b). P Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan perletakan di A adalah jepit. A = jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui. RAV = reaksi vertical di A RM RAH A RAV Gambar 2.3. Konstruksi statis tertentu c) P Balok diatas 2 perletakan A = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RAV dan RAH (reaksi vertikal dan reaksi horisontal di A). B = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui RBV dan RBH (reaksi vertical dan reaksi horizontal di B). Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 4 buah, sedang persamaan syarat keseimbangan hanya ada 3, maka konstruksi tersebut statis tak tertentu. RAH = reaksi horizontal di A RM = momen di A. Jumlah reaksi yang tidak diketahui ada 3 buah, maka konstruksi tersebut adalah statis tertentu.

A B Gambar 2.4. Konstruksi statis tidak tertentu

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -40-

2.1.4. Latihan a). P C A B suatu balok ABC berkantilever terletak diatas dua perletakan dengan beban P seperti pada gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B adalah rol. Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statis tertentu atau bukan. b). P B C dua seperti pada adalah tersebut

suatu balok ABC terletak diatas perletakan dengan beban P gambar. Perletakan A dan C sendi. Tunjukkan apakah konstruksi statis tertentu atau bukan.

2.1.5. Rangkuman Konstruksi disebut statis A

tertentu, jika bisa diselesaikan dengan persamaan syarat-syarat keseimbangan. Persamaan syarat-syarat keseimbangan adalah 3 buah 7V = 0 7H = 0 dan 71 = 0 2.1.6. Penutup Untuk mengukur prestasi,mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal yang ada sebagai berikut : Jawaban Soal P C A B titik A B Macam Perletakan Sendi sendi Total reaksi Jumlah reaksi 2 buah 1 buah 3 buah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -41-

Bisa diselesaikan dengan persamaan syarat keseimbangan. Jadi diatas adalah statis tertentu. b) P B C

konstruksi

A Macam Perletakan Jumlah reaksi Sendi 2 buah sendi 2 buah Total reaksi 4 buah Persamaan tidak bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Jadi konstruksi statis tidak tertentu. 2.1.7. Daftar Pustaka 1. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I 2. Suwarno Statika I ITB bab I 2.1.8. Senarai Konstruksi statis tertentu = konstruksi yang bisa diselesaikan syarat-syarat keseimbangan dengan Itik A B

2.2. JUDUL : GAYA DALAM


Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa bisa mengetahui apa yang disebut dengan gaya dalam dan bisa mengetahui bagaimana cara mencarinya. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat menggunakan teori yang telah diberikan untuk menghitung gaya dalam suatu struktur serta bisa menggambarkan gaya-gaya dalam tersebut secara rinci pada struktur statis tertentu. 2.2.1. Pendahuluan
Bangunan teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu, baja dan lain-lain. Dalam pembuatan struktur-struktur tersebut perlu diketahui ukruan atau yang lazim disebut dengan demensi dari tiap-tiap elemen

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -42strukturnya (balok, kolom, pelat, dansebagainya). Untuk menentukan demensi-demensi dari elemen struktur tersebut, memerlukan gaya dalam.

Contoh :
a). o Dua buah struktur seperti pada gambar (a) dan (b) dengan beban (P) dan bentang (l) berbeda.

P1

A L1 Gambar 2.5. Contoh (a) P2

Gaya dalam yang diterima pada struktur (a) berbeda pula dengan gaya dalam yang diterima oleh struktur (b), maka demensi dari struktur (a) akan berbeda pula dengan struktur (b).

Gambar 2.6. Contoh (b)


2.2.2. Pengertian tentang Gaya Dalam

A L2

Ada 2 (dua) orang yang mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, satu kecil, pendek (A), yang satu lagi besar, tinggi (B). Jika kedua-duanya membawa barang beban P = 5 kg, maka kedua tangan orang A dan B tersebut tertegang.

Untuk A orangnya pendek,kecil dalam membawa beban P tersebut urat-urat yang ada pada tangannya tertegang dan menonjol keluar sehingga kita bisa melihat alur uratP = 5 kg P = 5 kg uratnya. Namun hal ini tidak terjadi pada B karena orangnya besar, tinggi. Yang menjadikan urat-urat tangan orang (A) tersebut menonjol sehingga tampak dari luar A B adalah karena adanya gaya dalam pada tangan tersebut akibat beban P = 5 kg. Kalau beban P tersebut dinaikkan secara bertahap, sampai suatu saat tangan A tidak mampu Gambar 2.7. Orang membawa membawa beban tersebut, demikian juga untuk orang B. beban Beban maksimum yang dipikul oleh orang A akan lebih kecil dari pada beban maksimum yang bisa dipikul oleh orang B karena diameter lengan orang A lebih kecil dari diameter lengan orang B.

2.2.3. Macam-macam Gaya dalam

P1 P reaksi A RA l Gambar 2.8. Balok diatas 2 perletakan dan menerima beban P (sehingga melendut)

P B beban RB

Suatu balok terletak pada 2 perletakan dengan beban seperti pada gambar, maka balok tersebut akan menderita beberapa gaya dalam yaitu : y Balok menderita beban lentur yang menyebabkan balok bentuk tersebut berubah Gaya

melentur.

dalam yang menyebabkan pelenturan balok tersebut disebut momen yang

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -43-

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -44-

o Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang, maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi notasi N. o Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan atau gaya-gaya yang tegak lurus ( B ) sumbu batang, balok tersebut menerima gaya dalam yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.

2.2.4. Gaya Dalam Momen a). Pengertian Momen (M) c A c x RA l (m) RB P (kg) q kg/m B Suatu balok yang terletak diatas 2 tumpuan dengan beban seperti pada gambar, ada beban terbagi rata q (kg/m ) dan beban terpusat P (kg). Balok tersebut akan menerima beban lentur sehingga balok akan melendut, yang berarti balok tersebut menerima beban lentur atau momen. (atau

menerima gaya dalam momen) Gambar 2.9. Balok yang menerima beban terpusat dan terbagi rata

Definisi
Momen adalah perkalian antara gaya x jarak. Balok yang terletak antara tumpuan A dan B menderita (menerima) momen. Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut : I (1) Mx = RA . x 1) gaya jarak gaya jarak II q.x. x (dihitung dari kiri ke potongan c-c) .(pers.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -45-

Misal kita ambil potongan c-c yang terletak sejarak x dari A RA (reaksi di A) merupakan gaya x = adalah jarak dari RA ke potongan c-c sejauh x qx = merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh x yang diberi notasi (Q1 = qx) x= adalah jarak dari titik berat beban terbagi rata sepanjang x ke potongan c-c

II

q (kg/m ) titik berat qx c

x Q1= qx x

Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian kiri Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c) I Mx = RB (l-x) (pers. 2) Kalau diambil di potongan c-c RB (reaksi di B) merupakan gaya I (l-x) = jarak dari RB ke potongan c-c Q (l-x) = merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh (l-x) q (l-x) = Q2 (l-x) =
adalah jarak dari titik berat beban terbagi

II q (l x) . (l -x) (dihitung dari kanan) .

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -46-

II

q (kg/m )

titik berat dari q (l-x)

(2)

Kalau menghitung besarnya momen di cboleh dari kiri potongan seperti pada persamaan (1) ataupun menghitung dari kanan potongan seperti pada persamaan dan hasilnya pasti sama.

(l-x) c Q2 = q (lx) l -x

Tanda Gaya Dalam Momen

Untuk memberi perbedaan antara momentertekan Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian momen yang mempunyai arah berbeda, maka tertekankanan perlu memberi tanda terhadap momen tersebut. Jika momen tersebut mampu melentur suatu tertarik tertarik balok sehingga serat atas tertekan dan serat Tanda momen (+) * Tanda momen (+) * bawah tertarik maka momen tersebut diberi tanda (+) = positif. Demikian juga sebaliknya.

Tanda momen (-) * Gambar 2.12. Tanda momen

2.2.5. Gaya Lintang (D) c P (kg) q (kg/m ) Kalau dilihat, balok yang terletak diatas 2 (dua) perletakan A dan B, menerima gaya-gaya yang c arahnya
B (tegak

lurus)

terhadap sumbu balok. GayaRA RB gaya tersebut adalah RA ; q dan RB gaya-gaya tersebut yang

Gambar 2.13. Gambar balok menerima beban

memberi gaya lintang terhadap

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -47-

Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya yang B dengan sumbu batang. Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan A-B yaitu c-c, maka coba gaya-gaya apa saja yang arahnya B (tegak lurus) terhadap sumbu AB.

kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka

(1)

Dc = RA x

q x = RA

Q1 (gaya lintang di c yang dihitung dari kiri potongan)

q (kg/m )

c Q1=q x RA Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri y (2) Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka D1 = RB = RB kanan potongan) P c q (kg/m ) q (l-x) Q2 P P (gaya lintang di c yang dihitung dari

Q2 = q (l(l x)x) RB

Gambar 2.15. Potongan balok bagian kanan

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -48-

Tanda Gaya Lintang P C

A RB C C RA

Untuk membedakan gaya lintang, maka perlu memberi tanda (+) dan (-). Definisi : * Gaya lintang diberi tanda positif jika dilihat di kiri potongan titik yang ditinjau, jumlah gaya arahnya ke

atas, atau kalau dilihat di kanan RB potongan, jumlah gaya arahnya ke Gambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda positif (+)

Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya gaya lintang di c (Dc). C RA Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya RA, jadi jumlah gaya-gayanya yang B sumbu hanya RA dengan arah o (keatas) jadi tanda gaya lintang adalah positip. P Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang C ada B terhadap sumbu adalah RB ( o ) keatas dan RB P (q ) kebawah. Karena RB adalah

merupakan reaksi, maka P > RB sehingga jumlah antara P dan RB arah ( q ) kebawah,

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -49-

* P D B Definisi : * Gaya lintang diberi tanda negatif, jika dilihat di kiri titik potongan P A D B D yang ditinjau arahnya kebawah ( q ) dan bila ditinjau di kanan titik potongan yang ditinjau arahnya ke atas. Gambar 2.17. Gambar 2 Skema gaya lintang dengan tanda negatif (-) Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung besarnya gaya P D lintang di D (DD).

Dilihat dari kiri potongan D, gaya-gaya yang B RA sumbu hanya RA dan P, karena RA adalah

reaksi. Jadi RA < P, maka resultante gaya-gaya antara RA dan P arahnya adalah kebawah ( q ), D maka gaya lintangnya tandanya negatif. Jika dilihat di sebelah kanan potongan gayagaya yang B sumbu hanya RB dengan arah ke RB atas ( o ), Jadi gaya lintangnya tandanya adalah

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -50-

Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus sama.

2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N) P A B Definisi : Gaya normal adalah gaya-gaya yang arahnya sejajar (//) terhadap sumbu beban balok. * Jadi kalau kita lihat balok yang seperti pada Gambar 2.18 yang

RA Gambar 3 Gambar 2.18. Balok tanpa beban normal

RB

mana tidak ada gaya-gaya yang sejajar sumbu batang, berarti balok tersebut tidak mempunyai gaya

normal (N). P P Kalau dilihat pada Gambar 3.19 dimana ada gaya-gaya yang // Gambar 4 RB Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya normal RA (sejajar) sumbu batang yaitu P, maka pada batang AB (Gambar 3.19) menerima gaya normal (N) sebesar P.

* Tanda Gaya Normal - Jika gaya yang ada arahnya menekan balok, maka tanda gaya normalnya P adalah negatif (-) { p P n }.

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -51-

- Jika gaya yang ada arahnya menarik balok, maka tanda gaya normalnya P adalah positif (+) { n P p }.

2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam M tekan M tanda momen positif (+)

tarik tarik

tekan M M

tanda momen negatif ()

tanda gaya lintang positif (+)

tanda gaya lintang negatif (-)

tanda gaya normal negatif (-)

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -52-

tanda gaya normal positif (+)

Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam

2.2.8. Contoh : Penyelesaian Soal 1

Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada gambar, P1 = 2 2 t (), P2 = 6t (), P3 = 2t () P4 = 3t ; q1 = 2 t/m ; q2 = 1 t/m P1 = 2 2 t q1 = 2t/m P2 = 6 ton q2 = 1 t/m P4 = 3 ton

P1v = 2 t

45 C P1H = 2 t A

D P = 2t 3

E B RBV RBH

6m RAV 2m 10 m

2m

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -53-

Gambar 2.21. Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannya

Diminta :

Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal. (Bidang M, N, dan D)

Jawab :

Mencari reaksi vertical RA () keatas dan arah reaksi vertical di B

Dimisalkan arah reaksi vertical di A RB () juga keatas. Mencari RAV

dengan 7MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)

RAV.10

P1R.12

q1.6.7

P2.4 + 2.q2.1 = 0

RAV =

2.12  2.6.7  6.4  2.1.1 = 13 ton ()Karena tanda + berarti arah sama dengan permisalan (+) 10

Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah diberi tanda sama, sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan. RBV 71%!

RBV.10

q2.q1

P2.6

q1.6.3 + P1R.2 = 0

RBV =

1.2 .1  6.6  2.6.3  2.2 = 9 ton () 10

Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan yaitu () keatas. Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar, maka perlu memakai kontrol yaitu V = 0

(P1R + q1.6 + P2 + q2.2) (2 + 2.6 + 6 + 1.2)

(RAR + RBR) = 0

(13 + 9) = 0

Beban vertikal Reaksi vertikal

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -54-

Mencari Raksi Horizontal Karena perletakan A = rol tidak ada RAH. Perletakan B = sendi ada RBH. Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan ( H = 0) H = 0 RBH = P1H + P3 + P4 = 2 + 2 + 3 = 7 ton ()

Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D) Dihitung secara bertahap Daerah C A lihat dari kiri Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan DA kr = P1R = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya lintang kebawah () DA kn (gaya lintang (D) di kanan titik A) DA kn = - P1R + RAR = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke atas). D Beban P1 = 2 2 (45) bisa diuraikan menjadi P1V = 2t () dan P1H = 2t ( ) P2 = 6 q1 = 2 ton 2t t/m P3 = 2 ton C D 6m RA = 13 t X A

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -55-

Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung dimulai dari titik C. Dx = -2 + 13 q1 x = (-P1V + RA q1x)

Persamaan (Linier) didapat

Untuk x = 0

DAkn = -2 + 13 = + 11 ton 2.6 DD kr= -2 + 13 (di kiri potongan arah gaya 12 = - 1ton lintang ke bawah)

didapat Untuk x = 6 m

DD kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P2.

DD kn : -2 + 13

12

6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari D sampai B). Daerah B-E 2m q2 = 1 t/m x.2 RBV = 9 ton

P4 = 3 ton

Lebih mudah kalau dihitung dari kanan dari E menuju B. Variabel x2 berjalan dari E ke B. DE = 0 Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -56-

DB kn kanan perletakan B (x2 = 2 m) arah ke

DB kn = + 2 ton

(kanan

potongan

kebawah) DB kr (kiri titik B) DB kr = + 2 Melewati perletakan B 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N) Daerah CD dihitung dari kiri sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilai gaya normal konstan.

ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)

Daerah DB

dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang dari D ke B nilai gaya normal konstan).

ND kn = (-2

2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)

NB kr = NDkn = - 4 ton Daerah BE

dihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.

NB kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang) Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C. Dari kiri DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN (M) Daerah C A C P1H = 2t 2m x P1V = 2t A

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -57-

Variabel x berjalan dari C ke A Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)

Untuk x = 0 x=2

Mc = 0 MA = - 2.2 = - 4 tm. sehingga tanda negatif

(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik (-) ).

Daerah A D

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -58-

Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C q1 = 2 t/m P1V = 2t

C P1H = 2t

A D

x.1 RAV = 13t 2 m Variabel x1 berjalan dari A ke D Mx1 = -P1V (2 + x1) + RA.x1 Mx1 = -2 (2 + x1) + 13 x1 = - q1 x12 + 11 x1 q1 x1 q1 x12 (persamaan parabola) 6 m

MENCARI MOMEN MAXIMUM D Mx1 !0 d x1 d Mx1 !  q1 x1  11 ! 0 d x1 p x1 ! 5.5.m

Letak dimana harga Mmax = Letak dimana harga (D = 0) 2.22. x1 = 5.5 m Mmax = - .2 (5.5) + 11.5.5 = 26.25 tm. 4

lihat pada Gambar

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -59-

Mencari titik dimana M = 0 Mx1 = - .q1.x12 + 11 x1 = x12 11 x1 + 4 = 0 4=0

x1 = 0.3756 m (yang dipakai) x1 = 10.62 m (tidak mungkin)

Untuk x1 = 6

MD = -36 + 66

4 = + 26 tm

Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E ke B q2 = 1 t/m P4 = 3 t

B 2m x2

Dihitung dari kanan Parabola Mx2 = - q2 x22 Untuk x2 = 0


didapat

ME = 0 MB = - . 1.4 = -2 tm

didapat Untuk x2 = 2

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -60-

P1V = 2 t C =2t A

q1 = 2t/m

P2 = 6 ton D P3 = 2 ton B RBV ton

q2 = 1t/m E P4 = 3 ton =

P1H

RAV = 13 t

RBH 7t =9

11 2 -

+ 6 t BIDANG D 1 t -

2 t

+ 7 t

2 t

2 t

4t +
3 t

BIDANG N 5.5 m linier -

4 tm +

2 tm parabola

0.286 0.3756 parabola BIDANG M linier

Gambar 2.22. Gambar bidang M, N, D balok diatas 2 tumpuan

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -61-

2.2.9. Contoh 2 Diketahui:


KONSOL (CANTILEVER)

P2 D 1t C 1m RD 2m B

= q=1 t/m P1 2t A

Suatu konstruksi konsol (cantilever) dengan perletkan di D = jepit dengan beban P1 = 2t = (); P2 = 1t () dan beban terbagi rata q = 1 t/m Ditanya : Gambar bidang M, N, D

3m x1 x2

Jawab : Mencari reaksi di D dengan syarat keseimbangan RD = ? 7v = 0 RD P2 P1 q.5 = 0

RD = 2 + 1 + 5.1 = 8 t (o) Untuk menggambar gaya dalam kita bisa dari kiri atau kanan, pilih yang lebih mudah dalam hal ini pilih yang dari kanan.
5 8

BIDANG D

+ 1t

Bidang D (dari kanan) DA kr = + 2 ton Daerah A B

BIDANG M

x1 merupakan variabel yang bergerak dari A ke B Dx1 = 2 + q. x1 Untuk x = 3 DB kn = 2 + 1.3 = 5 ton (dari kanan potongan arah gaya ke bawah tanda positif (+) ). parabola x2 merupakan variabel yang bergerak dari A ke C Daerah B C

10.5 24.5

32.5

parabola

Dx2 = 2 + 1 + q . x2 Untuk x2 = 3 DB kr = 2 + 1 + 1.3 = 6 ton Untuk x2 = 5 DC = 2 + 1 + 5 = 8 ton Daerah M B Bidang A (dari kanan) MA = 0

linierGambar 2.23. Bidang M, N, D Balok cantilever

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -62-

Daerah B - C : Mx2 = -P1 x2 : MC = -2.5 MD : - P1.6 )

P2 (x2 3) 1.2

q x22 ) 3 5.3,5 = 32,5 t (

.1.5 = - 24.5 tm ( 5.1 (2.5 + 1) = -12

P2.3

2.2.10. Latihan Balok diatas 2 tumpuan. Soal 1


P1 = 4t P2 = 4 2t

HA A

VA 2m 3m 3m

RB

Balok AB dengan beban seperti tergambar A = sendi B = rol P1 = 4 ton P2 = 4 2 ton Ditanyakan; a) reaksi perletakan b) bidang N, D dan M Balok ADCB dengan beban seperti tergambar A = sendi B = rol P1 = 3 2 ton q = 1 ton/m Ditanyakan; a) reaksi perletakan b) bidang N, D dan M

45

Soal 2
P ! 3 32 2t t P=
HA A VA 2m 4m q = 1 t/m'

45
D

B RB 2m

MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -63-

Soal 3
q HA , t/m'

VA 6m

P1

Balok ADCB dengan beban seperti tergambar : A = sendi B = rol ; P1 = 2 ton P2 = 2 2 ton ; Ditanyakan; a). reaksi perletakan b). bidang N, D dan M

B 2t 2m RB 2m

2 2t

q = 1,5 ton /m

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-1-

2.2.11. Rangkuman Dalam suatu konstruksi ada gaya dalam sebagai berikut : M (momen) dengan tanda + D (gaya lintang) dengan tanda + N (gaya normal) dengan tanda + -

2.2.12. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci dari soal -soal yang ada sebagai berikut :

Jawaban Soal No. 1 Keterangan Reaksi vertikal Reaksi horisontal Gaya normal = N Gaya lintang = D Titik A : VA B : RB A : HA AD DB AC CD DB A C D B Nilai 4.5 ton 3.5 ton 4 ton 4 ton 0 4.5 ton 0.5 ton 3.5 ton 0 9 tm 10.5 tm 0 Tanda/arah o o p - tekan + + + +

Momen = M

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-2-

Jawaban Soal No. 2 Keterangan Reaksi vertikal Reaksi horisontal Gaya normal = N Gaya lintang = D Titik A : VA B : RB A : HA AD DB A D kiri D kanan B kiri B kanan C A D B C 2 m kanan D Nilai 3 ton 6 ton 3 ton 3 ton 0 3 ton 0 4 ton 2 ton 0 0 6 tm 2 tm 0 4 tm Tanda/arah o o p - tekan + +

Momen = M

+ +

Jawaban Soal No. 3 Keterangan Reaksi vertikal Reaksi horisontal Gaya normal = N Gaya lintang = D Titik A : VA B : RB A : HA ADBC A D kiri D kanan B kiri B kanan C X = 3.08 m kanan A A X = 3.08 m D B C Nilai 4.625 ton 4.375 ton 2 ton 2 ton 4.625 ton 4.375 ton 2.375 ton 2 ton 0 0 7.13 tm 0.75 tm 4.0 tm 0 Tanda/arah o o p - tekan + +

Momen = M

+ + -

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-3-

2.3. Hubungan Antara Momen (M) ; Gaya Lintang D dan q (Muatan) Pada gambar terdapat potongan sepanjang dx batang yang diberi beban terbagi rata (qx), potongan tersebut antara I dan II sepanjang dx. Dengan beban sepanjang dx tersebut kita akan mencari hubungan antara beban, gaya lintang dan momen. qx = beban terbagi rata Mx = momen di potongan I ( ) Dx = gaya lintang di potongan I ( o) qx . dx = berat beban terbagi rata Sepanjang dx Dx + dDx = gaya lintang di potongan II () dDx = selisih gaya lintang antara Potongan I dan II. Mx + dMx = momen di potongan II ( ) dMx = selisih momen antara I dan II

qx

dx

beban

qx.dx Mx Dx

M x + dMx D x + dDx batang

I dx

II

Gambar 2.24. distribusi gaya dalam pada balok sepanjang dx Keseimbangan gaya gaya vertikal 7V = 0 di potongan II Dx qx dx (Dx + d Dx) = 0 (kiri ada Dx (o) dan qx dx (q) dan kanan

ada Dx + d Dx (q) dDx = - qx dx d Dx !  qx dx (turunan pertama dari gaya lintang adalah beban)

Keseimbangan momen 7 M = 0 di potongan II Mx + Dx dx qx .dx . dx q. dx - 0 d Mx = Dx . dx o Kiri ada Mx ; Dx dx dan qx.dx. dx dan kanan ada Mx + dMx o qx.dx } 0 karena dx = cukup kecil dan dx bertambah kecil sehingga bisa diabaikan. (Mx + d Mx) = 0

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-4-

d Mx ! Dx dx

* turunan pertama dari momen adalah gaya lintang

2.4. Balok Miring Pada pelaksanaan sehari -hari sering kita menjumpai balok yang posisinya miring seperti : tangga, dalam hal ini kita harus tahu bagaimana menyelesaikannya.

2.4.1. Pengertian Dasar Balok miring adalah suatu balok yang berperan sebagai pemikul struktur yang posisinya membentuk sudut dengan bidang datar, misal : tangga, balok atap dan lain sebagainya. Pada kenyataan sehari -hari balok-balok tersebut bisa berdiri sendiri atau digabungkan dengan balok vertikal atau horisontal. Seperti pada gambar.

Dasar Penyelesaian Dalam penyelesaian struktur,

terutama untuk menghitung dan menggambar gaya dalam adalah (a) sama dengan balok biasa

(horizontal). Namun disini perlu lebih berhati-hati karena dalam baloknya

menghitung (b)

Gambar 2.25. Skema balok miring

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-5-

Dalam hal ini mahasiswa bisa lebih mendalam dalam pengetrapan pengertian gaya -gaya dalam pada semua kondisi balok.

2.4.2. Contoh soal Diketahui Suatu balok miring di atas 2 tumpuan, perletakan A = sendi duduk di bidang horizontal, perletakan B = rol duduk pada bidang miring // dengan sumbu batang. Beban P 1 = 4 t vertikal di C dan beban P2 = 4t vertikal di D, dan beban terbagi rata q = 1 t/m dari D ke B dengan arah vertikal.

Ditanya : Gambar bidang M, N, D

Jawab: q = 1 t/m

B rol P 1=4 C P2=4 t D A R AH


E 1m 1m 1m

RB

Di B 3 m = rol jadi reaksinya hanya satu B sumbu batang 5 3 E

send RAV 4m 1m 2m

1m

4 di B = rol jadi reaksinya hanya satu B sumbu batang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-6-

Gambar 2.26.a. Pembebanan pada balok miring

Untuk mencari reaksi kita lebih cepat kalau yang dicari reaksi di B dulu. Reaksi di B RB B bidang sentuh RB dicari dengan 7 MA = 0 RB.5 q.2.3 P2.2 P1.1 = 0 18 ! 3.6 ton (arah R B B sumbu batang) RB.5 1.2.3 4.2 4.1 = 0 RB = 5 Untuk mencari R AV dicari dulu R AH dengan syarat keseimbangan horizontal. 7H = 0 RB sin2 = 0 3 RAH = .3.6 ton = 2.16 ton 5 Mencari R AV dengan 7 M B = 0 RAH RAH RAV 7 MB = 0 RAV.4 RAH.3 P 1.3 RAV.4 2.16.3 4.3 RAV = 7.12 ton P2.2 q.2.1 = 0 4.2 2.1.1 = 0

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-7-

MENGHITUNG BIDANG NORMAL (N) Beban P dan q diuraikan menjadi : - // sumbu batang - B sumbu batang 1 m

a E q

q E b

Gambar 2.26.b. Distribusi beban pada balok miring Gaya yang // sebagai bata ng Gaya yang B sebagai batang menjadi gaya normal (N) a ! q sin E b ! q cos E

menjadi gaya lintang (D)

ND kn = -2q . sin E = -2 .1. 3/5 = -1.2 ton (dari kanan) ND kr = - (4 + 2) sin E = -6 .3/5 = - 3.6 ton NC kr = - (4 + 4 + 2) sin E = -10. 3/5 = - 6 ton

MENGHITUNG GAYA LINTANG (D) (dari kanan)

DB kr = - RB = - 3.6 ton Dari B ke D Dx = - 3.6 + q.x . cos E

DD kn = - 3.6 + q.2 . cos E= - 3.6 + 2. 4/5 = - 2 ton DD kr = -3.6 + (2 + 4) 4/5 = 1.2 ton Dc kr = - 3.6 + (2 + 4 + 4) cos.E!4.4 ton 4/5

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-8-

1 t/m B 4t 4t D A 1m C 1m 2m x 3m

1 t/m MENGHITUNG BIDANG MOMEN (M) Dihitung dari kanan B ke D 4 t C A Untuk x = 0 Untuk x = 2 MB = 0 M D = 3.6 . 2 1  .1.4 !  7 tm 4/5 2 4 t D x B RB

x 1 Mx = RB .  .q.x cos E 2

x cos E
E x

Mc

= RB .

3 - q.2.2 cos E
2.2

P.1 4.1 = + 5.5 tm

= 3,6 . 3,75

Gambar bidang M, N, D

1 t/m

4t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-9-

Seperti teori sebelumnya kita bisa menghitung gaya -gaya dalam dari dan hasilnya harus sama. Seperti contoh dibawah ini. Gambar 2.27. Bidang gaya dalam pada balok miring

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-10-

PERHITUNGAN DARI KIRI RAV diuraikan menjadi : RAV. Cos E (gaya B sumbu batang) RAV . sin% E E RAV R AH sin E A E RAH cos E N = - (RAV . sin E + RAH . Cos E) RAH = 2.16 t D = + RAV . cos E - RAH . sin E E RAV . cos E RAH diuraikan menjadi : RAH. sin E (gaya B sumbu batang) RAH. cos E (gaya // sumbu batang) RAV. Sin E (gaya // sumbu batang)

RAH 

RAV = 7.12 NA kn = - (7.12 . 3/5 + 2.16 . 4/5) = - 6 ton t Gaya normal di C kanan ke D kiri adalah konstan Di Nc kanan ada pengaruh beban P = 4 ton. NC kn = - [(7.12 4). 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 3.6 ton Gaya normal di D kanan ada pengaruh P = 4 ton. NDkn = - [(7,12 4 4) 3/5 + 2,16 . 4/5] = - 1,2 ton Gaya normal dari D ke B linier { NB = - 1.2 + q.2 . sin E NB = - 1,2 + 2.1 . 3/5 = 0 ton Gaya lintang DA kn = R AV cos E - R AH sin E Gaya lintang dari A kn ke C kiri adalah konstan. DA kn = 7.12 . 4/5 2,16 . 3/5 = 4,4 ton Gaya lintang di C kanan ada pengaruh P = 4 ton Gaya lintang dari C kanan ke D kiri adalah konstan Dc kn = (7,12 4) 4/5 2,16 . 3/5 = 1,2 ton Gaya lintang di D kanan ada pengaruh P = 4t DD kn = (7,12 4 4) 4/5 2,16 . 3/5 = - 2 ton. Gaya lintang dari D ke B adalah linier karena ada beban terbagi rata. DB = -2 2.1 . 4/5 = - 3,6 ton 2.5. Beban Segitiga Pada kenyataan di lapangan beban tak hanya terpusat a tau terbagi rata, namun ada yang berbentuk segitiga seperti beban tekanan , beban tekanan tanah dan lain sebagainya. 2.5.1. Pengertian Dasar Beban segitiga seiring terjadi pada kenyataan di lapangan seperti beban tekanan air dan tekanan tanah. Contoh dinding dinding tangki tangki

Sin E = 3/5 Cos E = 4/5

air

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-11-

2.5.2.

Gambar 2.28.a. Diagram beban segitiga

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-12-

Dasar Penyelesaian Prinsip dasar penyelesaiannya adalah sama dengan yang lain -lain namun kita harus lebih hati -hati karena bebannya membentuk persamaan.

Persamaan a x = x .a l ax A Px a.l 6 B

a t/m

RA =

2/3x 1/3x

RB = P=

a .l ton 2 x Gambar 2.28.b. Beban segitiga pada struktur

a .l 3

l Mencari Reaksi Perletakan Titik berat beban P : 2/3 l dari A atau 1/3 l dari B 1/ 3 l 1/3 l M B ! 0 p R A .l  P .12/3 ! 0 p R A ! / 3l l P l 1 / 3 l a.l a.l ton RA ! x ! 2 6 l 2/3 l M A ! 0 p R B .l  P . 2 / 3 l ! 0 p R B ! P l 2 / 3 l a.l a.l x ! R ! ton l 2 3

Menghitung Bidang D (dari kiri) X = variable bergerak dari A ke B x Di potongan x ax = . a l Beban segitiga sepanjang x Px = x. ax ax x Beban Px = x . . a ! 2l l Persamaan gaya lintang : a.l ax Dx = RA Px = (parabola)  6 2l Persamaan pangkat 2 Mencari tempat dimana gaya lintang = 0

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-13-

D=0

RA Px = 0 a.l ax l ! p x ! 6 2. l 3 XD ! 0 ! l 1 ! l 3 3 3

MENGHITUNG BIDANG M x Mx = RA . x Px . 3 a.l ax x = .x  . 6 2 .l 3 a a .l = (persamaan pangkat 3 / parabola) x  . x 6l 6

M max terletak di daerah untuk D = 0 1 x= l 3 3 3 a.l 1 a 1 M max = l 3 l l 3 6 3 6 3 a.l a .l 3 3 = 54 18

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-14-

Contoh Perhitungan ax = x
2/3 x 1/3 x

x .3 6 Jawab : h=3 ton/m TOTAL BEBAN B P=lxh RB P= 7 MB 0 RA = 7 MA 2 .9 = 3 ton 6 RB . l P.2/3 l = 0 RB .6-9.4 = 3.6 = 9 ton 2 RA.l P l/3 = 0 RA . 6-9.2 =

A Px RA 2 l/3 l=6 m P l/3

3,464 m 3t + D=0 BIDANG D 6t

0 RB = 4 .9 = 6 ton 6

Menghitung Bidang D x = variable bergerak dari A ke B ax ! x x .3 ! 2 6

Gambar 2.29. Bidang gaya dalam pada beban segitiga x = 0 DA = + 3 ton x = 6 DB = - 6 ton + Menghitung Bidang M x Mx = RA . x Px . 3 x x x = 3x . ! 3x  BIDANG 4 3 12 Mmax M D=0 M max (x = 3,464 m) M
max

Px = x . ax Px ! x x x . ! 4 2 4 Dx = R A Px

Persamaan gaya lintang Dx = 3 x 4

Tempat dimana gaya lintang = 0

x D=0 !3 3 4 3,464 3.3,464 - ! 10,392  3,464 ! 6,928 tm 12

2.5.3. LATIHAN Soal 1 : Balok Miring

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-15-

HA

VA 6m 1m

Soal 2
q = 1.5 t/m' P=4t B

HA

E
3m

RB

VA 4m

Soal 3 : Balok dengan beban segitiga.


q

t/m'

X RHA A

VA L

Balok AB dengan beban segitiga seperti tergambar A = sendi, B = rol Ditanyakan; a) reaksi perletakan c) bidang N, D dan M

Soal 4

3m

1 t/m' C B

3t

Balok miring ABC ditumpu di A = sendi, B = rol, seperti tergambar Beban q = 1 t/m , P = 3 ton Ditanyakan; a) reaksi perletakan b) bidang N, D dan M Portal ACB dengan perletakan A = sendi , B = rol, seperti tergambar; Beban q = 1 t/m , P = 3 ton Ditanyakan; a) reaksi perletakan b) bidang N, D dan M

30
.
RB

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-16-

RHA

A B RAV 4m RB 2m C

Balok ABC dengan beban segi tiga q = 3 t/m ditumpu pada A = sendi , B = rol, seperti tergambar; Ditanyakan; a) reaksi perletakan b) bidang N, D dan M 2.5.4. Rangkuman

Balok miring adalah balok yang seiring dipergunakan dalam struktur tangga, ketelitian perhitungan perlu. Beban segitiga (() adalah beban yang terjadi akibat tekanan air dan tekanan tanah, besarnya merupakan fungsi x.

2.5.5. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat kunci soal -soal yang ada sebagai berikut : Soal no. 1 Keterangan Reaksi vertikal Reaksi miring Titik A : VA B : RB Atau : H B VB A : HA A B kiri B kanan C A B kiri B kanan C X = 2.88m jarak miring dr A A B C X = 2.88 m Nilai 4.12 ton 5.63 t 2.815 t 4.88 t 3 ton 9.76 ton 1.50 t 1.50 t 2.16 t t 2.6 t 0 0 3 tm 0 3.11 tm Tanda/arah o n o p - tekan - tekan - tekan + +

Reaksi horisontal Gaya normal = N

Gaya lintang = D

Momen = M

3 t/m'

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-17-

Jawaban soal no. 2 Keterangan Reaksi vertikal Reaksi horisontal Data pendukung Gaya normal = N Titik A : VA B : RB A : HA Sin E Cos E A C bawah C kanan B A C kiri C kanan B A C X = 2 m horisontal dari A B Nilai 6 ton 4 ton 0 3/5 4/5 3.6 ton 0 0 5.2 ton 0 4 ton 0 12 tm(max) 9 tm 0 Tanda/arah o o p

- tekan

Gaya lintang = D

+ + +

Momen = M

Jawaban soal no. 3 Keterangan Reaksi vertikal Titik A : RAV B : RB Reaksi horisontal Gaya normal = N Gaya lintang = D A : RAH A-B A .. B .. X= Momen = M L 3 = 0.5774 L dari A A B C X= Nilai q.l 6 q.l 3 0 0 q.l 6 q.l 3 0 0 0 0.06415 x q x l2 (max) + Tanda/arah o o

+ -

L 3

Jawaban soal no. 4

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-18-

Keterangan Reaksi vertikal Reaksi horisontal Gaya normal = N Gaya lintang = D

Titik A : VA B : RB A : RAH AB-C A B kiri B kanan C X = 2.24m dari B A B X = 2.24m

Nilai 4.5 ton 4.5 ton 0 0 4.5 ton 3.5 ton 1 ton 0 0 0 0.67 tm 3.73 tm

Tanda/arah o o p + +

Momen = M

2.5.6. Daftar Pustaka

Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM, Bab I Soemono, Statika I , ITB, Bab I.

2.5.7. Senarai Balok miring = balok yang membentuk sudut Beban segitiga = besarnya merupakan fungsi x

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-19-

4/5 RB

RB

3/5 R B

catatan : q.2.2

2 = panjang beban terbagi rata 2 = jarak titik berat q ke titik D.

Di ujung titik A RAV dan RAH diuraikan menjadi gaya -gaya yang B (tegak lurus) dan // (sejajar) dengan sumbu

x = jarak R B ke sepanjang batang cos E BD

x .a l a .l ton Resultante Beban : P = 2 Persamaan garis ax = Diketahui :

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-20-

Balok di atas 2 perletakan A dan B, dengan beban segitiga diatasnya, tinggi beban di atas perletakan B adalah 3 ton/m = h. Ditanya : Selesaikan dan gambar bidang gaya dalamnya

Pada pelaksanaan sehari -hari sering dijumpai beban yang berbentuk linier segitiga, seperti bebab Tekanan tanah dan beban air pada tandon air, bagaimana penyelesaiannya bisa lihat dalam contoh soal. Balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban U (segitiga) seperti pada gambar. Tahap penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

Persamaan a x = x .a l ax A Px a.l 6 B

a t/m

RA =

2/3x 1/3x x l 2/3 l

RB = P= a .l ton 2

a.l 3

1/3 l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-21-

2.6. Gelagar Tidak Langsung 2.6.1. Pengertian Dasar Ada beberapa macam model jembatan yang ada di lapangan yaitu jembatan yang terbuat dari beton dan jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, dan profil baja. Kalau jembatan yang terbuat dari beton karena bentuknya bisa dibuat sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam hal ini roda kendaraan bisa diterima langsung oleh plat lantai yang terbuat dari beton tersebut. Plat lantai kendaraan yang terbuat dari beton

Gambar 2.30. Jembatan dengan gelagar langsung

Jembatan yang roda kendaraannya bisa diterima langsung oleh plat lantai kendaraan yang terbuat dari beton disebut dengan gelagar langsung. Untuk jembatan yang terbuat dari kayu, bambu, baja, maka roda kendaraan tidak bisa secara langsung diterima oleh struktur kayu, bambu atau baja tersebut, melainkan harus lewat suatu perantara yang disebut dengan gelagar melintang, gelagar memanjang dan plat lantai dasar (lihat Gambar 2.31). Untuk jembatan dimana yang roda kendaraan tidak bisa langsung diterima oleh struktur utama disebut dengan gelagar tidak langsung atau beban tidak langsung yang mana da lam penggambaran seperti pada Gambar 2.31.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-22-

arah muatan aspa l

Gel. melintang

Potongan melintang Gelagar induk

Gel. memanjang

Potongan Melintang

Gambar 2.31. Skema gelagar tidak langsung dari suatu jembatan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-23-

2.6.2. Skema Penggambaran MuatanTidak Langsung dalam Mekanika Teknik Untuk mempercepat perhitungan maka struktur dengan muatan tak langsung harus mengalami penyederha naan. gel. memanjang gel. melintang gel. induk /

Gambar 2.32. Penyederhanaan awal, gel. tida k langsung

Gambar 2.33. Penyederhanaan akhir, untuk gel. tidak

2.6.3. Cara distribusi beban Karena roda kendaraan tidak langsung diterima oleh gelagar utama (gel. induk), melainkan lewat perantara gelagar melintang, maka beban yang diterima oleh gelagar induk tidak selalu sama dengan beban yang berada diatas jembatan. q kg/m

beban terbagi rata gel. melintang P gelagar induk / utama beban terbagi rata tersebut akan ditransfer ke gelagar induk melewati gelagar melintang jadi yang sebenarnya beban merata, mas uk ke gelagar induk (utama) menjadi beban

beban terbagi rata diatas gel. memanjang P P P

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-24-

Jika beban terpusat Q berada diantara gel. melintang, maka Q tersebut didistribusi menjadi beban Q 1 dan Q 2. dimana

P Q1 Q2

Q2 =

b a Q dan Q1 ! x x

Gambar 2.35. Distribusi beban terpusat pada gelagar tidak langsung

BEBAN TAK LANGSUNG


Contoh :
Suatu gelagar yang tidak langsung mendapat beban q t/m dengan jumlah bentang gel. memanjang genap.

II

I q t/m Potongan I I = tepat diatas gel. melintang Potongan II-II = ditengah-tengah gel. melintang Menghitung momen di potongan I -I P P/2 M I (untuk potongan I -I) M I = RA . 2P - P/2 . 2P - P. P = 6q P - qP - qP = 4 q P (muatan tidak langsung)

II P/2 P

I P

gelagar induk 6P P P

3 q P II I

3qP

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-25-

Kalau dicek memakai muatan langsung adalah : M I = beban langsung M I = 3.q P . 2P - q (2P) = 6q P - 2 q P = 4 q P

Catatan : Besar M (momen) pada titik balok penghubung (gel. Melintang) boleh dihitung sebagai beban langsung. Penyelesaian : P=qP RA = RB = 3q P Beban diantara perletakan P = q P Beban di atas perletakan P/2 = q P/2 Perhitungan Momen Pada Potongan II q t/m II Dengan memakai beban langsung MII II P 3qP qP qP II Jika dihitung dengan beban tidak langsung P 3qP P/2 q t/m II M II = 3q P . 1.5P - q P . 1.5 P - q P . P = 3.25 q P Perbedaan momen (0.125 q P) q t/m Perbedaan tersebut adalah dari : P 0.125 qP Momen lantai = kendaraa 1 q P ! 0.125 q P 8 P/2 = 3 qP . 1.5 P - q (1.5 P) = 4.5 P - 1.125 qP = 3.375 qP

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-26-

Catatan : Momen tidak langsung (diantara gelagar) MII = M langsung M. lantai

= 3.375 q P - 0.125 q P = 3.25 q P

jadi dalam hal ini ada perbedaan nilai perhitungan momen pada gelagar tak langsung untuk potongan dibawah gelagar melintang dan potongan diantara gelagar melintang.

Perhitungan gaya lintang (D)

P Walaupun beban terbagi rata, tapi kalau gelagarnya tidak langsung, maka gambar bidang D (bidang gaya lintang), garisnya

3P P 2 P P + P P P Bidang D

3P

bukan linier, namun s eperti gaya lintang beban terpusat.

2 P

Gambar 2.37. Bidang gaya l intang (D) dari gelagar tidak langsung

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-27-

2.6.4. Latihan Soal 1: q = 1.5 t/m Balok AB mendapat beban tak langsung seperti tergambar, q = 1,5 t/m sepanjang bentang. Ditanyakan : a). Gaya reaksi V A, H A , RB b). Bidang N, D, M

1 2 3 HA VA P P P = 2m Soal 2 : P1=3t 1m 2 3

A

4 P

5 B R B

P2=1t 4 5 B P RB C 6

1 HA P VA

Balok ABC mendapat beban tak langsung seperti tergambar, 3t P 2 = 1t

P1 =

P = 3m

Ditanyakan : a). Gaya reaksi V A, H A, RB b). Bidang N, D, M.

2.6.5. Rangkuman

Gelagar tidak langsung biasanya terdapat pada jembatan kayu atau baja

Apapun

bentuk

beban

yang

terdapat

diatas

jembatan,

transfernya ke gelagar utama selalu berbentuk beban terpusat.

2.6.6. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci kunci yang ada.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-28-

Soal no 1 Keterangan Reaksi Vertikal Reaksi Horizontal Beban Pada Titik

Gaya Normal = N Gaya Lintang = D

Momen = M

Titik A : VA B : RB A : HA 1 2 3 4 5 1-2-3-4-5 1-2 2-3 3-4 4-5 A=1 2 3 4 5=B

Nilai 6t 6t 0 1,5 t 3,0 t 3,0 t 3,0 t 1,5 t 0 4,5 t 1,5 t 1,5 t 4,5 t 0 9 tm 12 tm 9 tm 0

Arah / Tanda o o q q q q q        

Soal No. 2 Keterangan Reaksi Vertikal Reaksi Horizontal Beban Pada Titik Titik A : VA B : RB A : HA 1 2 3 4 5 6 1-2-3-4-5-6 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6 A=1 2 3 4 Nilai 1,75 t 2,25 t 0 0 2t 1t 0 0 1t 0 1,75 t 0,25 t 1,25 t 1,25 t 1,00 t 0 5,25 tm 4,5 tm 0,75 tm Arah / Tanda o

q q

q        

Gaya Normal = N Gaya Lintang = D

Momen = M

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-29-

Gaya Normal = N Gaya Lintang = D

5=B 6=C A B C A B kiri B Kanan C X = 2.24 m dari B A B X = 2.24 m

3,0 tm 0 0 4.5 ton 3.5 ton 1 ton 0 0 0 0.67 tm 3.73 tm

+ +

Momen = M

2.6.7. Daftar Pustaka

Soemono, Statika I , ITB-Bab I Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM Bab I.

2.6.8. Senarai Muatan tak langsung = beban tak langsung = beban yang tak langsung terletak di balok induk.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-30-

2.7.

Garis Pengaruh

2.7.1. Pendahuluan Kalau kita meninjau atau melihat suatu jembatan, maka struktur tersebut selalu dilewati oleh suatu muatan yang berjalan. Di sisi lain kalau kita meng analisa struktur maka yang dicari dari struktur tersebut adalah, reaksi-reaksi kemudian gaya -gaya dalamnya yaitu, gaya momen, gaya lintang dan gaya normal. Jika dua hal tersebut dipadukan, maka kaitannya adalah : Berapa besarnya nilai maksimum dari gaya -gaya dalam di suatu tempat di struktur tersebut, jika ada muatan yang berjalan di atasnya ?. Untuk menjawab hal tersebut diperlukan suatu garis pengaruh. Garis pengaruh ini sebagai alat bantu untuk mencari nilai reaksi; gaya momen, gaya lintang, dan gaya no rmal, tersebut berjalan suatu muatan. jika di atas struktur jembatan

2.7.2. Pengertian Dasar Untuk mempermudah suatu penyelesaian, maka didalam suatu garis pengaruh, muatan yang dipakai sebagai standard adalah beban P sebesar satu satuan (ton atau kg atau Newto n) yang berjalan diatas struktur suatu jembatan tersebut. Sedang bentuk garis pengaruh tersebut adalah suatu garis yang menunjukkan nilai dari apa yang akan dicari tersebut misal : Reaksi (R) atau gaya momen (M) atau, gaya lintang (D) atau gaya normal (N) di suatu tempat pada gelagar tersebut.

Definisi Garis pengaruh : adalah garis yang menunjukkan besarnya R (Reaksi), atau gaya dalam M (Momen), atau N (Normal), atau D (Lintang) disuatu titik akibat pengaruh dari muatan sebesar 1 ton berjalan.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-31-

Contoh 1 : Mencari garis pengaruh Reaksi (R A dan R B) x P=1 ton A RA


l

x = variabel sesuai letak (posisi) P yang bergerak dari titik A ke titik B B RB Muatan P = 1 ton berjalan dari A ke B G.P.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A) 7 MB = 0 RA = G.P. R A RA . l P (l-x) = 0

P(l - x) l  x ! ton (linier ) l l


x=0 x=l RA = 1 ton RA = 0 ton

Untuk P di A Untuk P di B

+ 1 ton

G.P. R B +

G.P.RB (Garis Pengaruh Reaksi di B) 7 M A = 0 R B.l P.x = 0 P.x x RB = ton (linier) ! l l

1 ton Untuk P di A Untuk P di B

x=0 x=l

RB = 0 RB = 1 ton

Gambar 2.38. Gambar garis pengaruh R A dan RB

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-32-

2.7.3. Kegunaan dari suatu Garis Pengaruh X A RA + GP.R A + P=1 GP.R B t A C a + y1 y2 GP.R B Gambar 2.39 A c 1t + y3 GP.RA + y4 + b 1t l RB Ini adalah GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A) Garis ini menunjukkan besarnya nilai R A sesuai dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar Ini adalah GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di B) Garis ini menunjukkan besarnya n ilai R B sesuai B dengan posisi P yang berjalan diatas gelagar P=1 t B

1t

1t

GP.RA + P=1 t D d

* Jika beban P = 1 ton berada di titik C sejauh a dari perletakan A dan sejauh b dari perletakan B, maka besarnya reaksi di A RA = y1 dan besarnya reaksi di B R B = y2, dimana 1t b a y1 = ton dan y 2 = ton, jadi l l b a ton dan R B = ton RA = l l B Gambar 2.39. Kegunaan dari garis pengaruh untuk beban di titik c * Jika beban P = 1 ton berada di atas titik D sejauh c dari perletakan A dan sejauh d dari perletakan B, maka besarnya reaksi di A R A = y3 dan besarnya reaksi di B 1t RB = y4, dimana d c ton dan y 4 = ton, jadi y3 = l l d c RA = ton dan R B = ton B l l Gambar 2.40. Kegunaan digaris pengaruh untuk beban di titik D

GP.RB Gambar 2.40 P= 4 ton A a + y1 C

1t

GP.R A y2 GP.R B + 1t

Bagaimana kalau P tidak sama dengan 1 ton Jika P = 4 ton terletak di titik c Maka untuk y1 dan RB 4 . y2 Gambar 2.41. Kegunaan garis pengaruhRA = 4 .beban tidak=sama atau 4b 4a dengan 1 ton RA = dan RB ! l l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-33-

P=6 t A c 1t + y3 GP.R A y4 P2= 6 ton D b c y1 + y2 GP.R B + y3 GP.RA 1t d B + + D d B

Jika P = 6 ton terletak ti titik D Maka RA = 6 . y3 dan R B = 6 y4 atau RA = c 6d ton dan R B ! 6 ton l l

Gambar 2.42. Kegunaan garis pengaruh untuk beban P = 6t

GP.RB P= 4 ton A a C

1t Bagaimana kalau ada beberapa muatan : y Jika di atas gelagar ada muatan

P1 = 4t di c, sejarak dari titik A, sejarak b dari titik B, dan P 2 = 6t sejarak c dari titik A, sejarak d dari titik B, maka

1t

RA = 4y1 + 6y3 = 4 . RB = 4 y2 + 6 y4 = 4

y4

b d ton  6 ton l l c a ton  6 ton l l

Gambar 2.43. Kegunaan garis pengaruh untuk beban P 1 = 4 ton dan P 2 = 6 ton

Beberapa Contoh 1. Mencari Garis Pengaruh Gaya Lintang (G.P.D) P = 1 ton berjalan dari A ke B X = variabel yang bergerak sesuai dengan posisi P dari A ke B C = suatu titik terletak antara A B

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-34-

P = 1t x

G.P. Dc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di C) B C 7 MA = 0 RB . l P.x = 0 P berjalan dari A ke C

A RA a l

RB RB = b

Px x ! ton l l

Dc dihitung dari kanan Dc = -RB =  P = 1t x Untuk P di C kr x = a A C


a l

x ton (linier) l
x=0 Dc = 0 Dc = -

Untuk P di A

a ton l

B P berjalan dari C ke B P (l  x ) l  x RA = ! ton l l Dc dihitung dari kiri + Dc = RA = G.P. R A l x ton (linier ) l x=a

G.P. R B -

b/l G.P. D c

Untuk P di C kn Dc =

l a b ! ton l l ll ! 0 ton l

Gambar 2.44. Gambar garis pengaruh gaya lintang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-35-

Mencari Garis Pengaruh Momen (G.P.M) P = 1 ton berjalan dari A ke B x = variabel yang bergerak dari A ke B sesuai posisi P. P = 1t x G.P. Mc (Garis Pengaruh Gaya Lintang di C) B C RA a l b RB P berjalan dari A ke C RB = Px x ! ton l l

Mc dihitung dari kanan Mc = + RB . b =  Untuk P di A x . b tm (linier ) l Mc = 0 Mc = + a .b tm l

x=0 x=a

P = 1t x A C B Untuk P di C

P berjalan dari C ke B RA = P (l  x ) l x ton ! ton l l

Mc dihitung dari kiri + GP RB.b


a.b tm l

l x Mc = + RA . a tm = . a tm l Untuk P di C GP R A.a x=a Mc =

G.P. M c

l a b ! . a . tm l l Untuk P di B x=l l l Mc = a . tm l = 0 tm

Gambar 2.45. Gambar garis pengaruh momen di c (GP Mc)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-36-

3. Contoh lain x D A 2 m l=6 m GP.RA + P B C

Diketahui : Balok ABC diatas 2 perletakan A dan B Ditanya : Gambar Garis Pengaruh R A, RB, M D, DD, DBkn Jawab : GP.R A : 7 MB = 0
-

l 1= 2 m

RA =

lx ton l

1t

1/3 t Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton Untuk P di B x = l RA = 0 Untuk P di C x = 8 1 l 8 68 2 RA = ! !  ton ! ton 3 l 6 6 GP.R B : 7 . M A = 0 RB = x ton lt RB = 0 RB = 1 ton

GP.R B + 1t 4 3

Untuk P di A Untuk P di B Untuk P di C 8 8 ! ! RB = l 6

x=0 x=l x=8 4 ton 3

2/3 ton GP.M D + GP.R B.4 GP.R A.2 -

GP. MD
lihat kanan bagian x M D = RB . 4 = . 4 tm l Untuk P di A x = 0 MD = 0 Untuk P di D x = 2 m 2.4 4 MD = ! tm 6 3 P antara D-C lihat bagian l x M D = RA . 2 = .2 l Untuk P di D x = 2m 4 l 2 62 .2 ! tm .2 ! MD = 3 l 6 Untuk P di B x = 8 m 2 68 MD = . t !  tm 3 63 P antara A-D

4 tm 3

GP.R B

1 t 3
2 3 +

GP.DD -

1 t 3

GP.R A

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-37-

GP.DD P antara A-D D D = - RB = P di A P di D lihat kanan bagian

x ton l x = 0 DD = 0 x = 2 DD = -2/6 ton = -1/3 ton lihat kiri bagian

P antara D-C D D = RA = P di D P di B P di C

l x ton l DD =

x=2 x=6m x=8m

62 2 ! ton 6 3 DD = 0
DD =

68 1 !  ton 6 3
Bkn GP.DBkr C P antara A-Bkr DBkr = - RB lihat kanan bagian

Bkr A B

GP.DBkr 1t GP.R B GP.R A 1/3 t

P antara B-C DBkr = + RA

lihat kiri bagian

GP.DBkn P antara A DBkn = 0 GP.D Bkn 1t + P antara B C lihat kanan bagian B lihat kanan bagian

DBkn = P = 1 ton

GP.MB 2 tm GP.M B P antara A MB = 0 x P antara B M B = -x tm P di B P di C Gambar 2.46. Gambar knmacam-macam garis x=0 x = 2m MB = 0 M B = -2 tm C lihat kanan bagian B lihat kanan bagian

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-38-

2.7.4. LATIHAN Soal 1

berjalan 1 t bejana

I
RA 3m 5m RB

a) Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GPR A, GPRB, GPD I, GPMI

b) Bila beban P1 = Ditanya; 4t DI (+) max. DI (-) max. MI max. M max. max. Soal 2
A

3m

berjalan, P2 = 2t

P = 1 t berjalan

I
RA 4m 5m

Akibat beban P = 1ton berjalan diatas balok ABC, ditanyakan GP R A, GP RB, GP D I, GP MI a) Bila beban Ditanya; RB max. MI max. 3m berjalan,

   

B RB 3m

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-39-

2.7.5. Rangkuman o Garis pengaruh adalah : garis yang menunjukkan besarn ya reaksi atau gaya-gaya dalam disuatu titik, akibat muatan berjalan sebesar 1 ton. o Beban yang dipakai untuk garis pengaruh adalah satu satuan muatan (ton atau kg atau Newton). 2.7.6. Penutup o Untuk

mengukur

prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil jawaban

sebagai berikut :

Jawaban soal no. 1 Keterangan RA RB DI P = 1 ton di titik A B A B A I kiri I kanan MI A B I Nilai 1 ton 0 0 1 ton 0 3 t 8 5 8 0 0 15 tm 8 Tanda/arah + o

+ +

RA max. = + 5.5 ton D I (+) max. = + 3.3 ton MI max. = + 9 tm Mmax. Max. = + 9.1875 tm

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-40-

Jawaban soal no. 2 Keterangan RA P = 1 ton di titik A B C A B C A I kiri I kanan B C A B I C A B C = + 5.175 ton = + 9.18 tm Nilai 1 ton 0 0.3 ton 0 1 ton 1.3 ton 0 0.4 ton 0.6 ton 0 0.3 ton 0 0 2.4 tm 1.2 tm 0 0 3 TM Tanda/arah + + + + o o o o

RB

DI

MI

+ -

MB

RB max. MI max.

2.7.7. Daftar Pustaka - Soemono, Statika I , ITB, Bab I.

Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM Bab I.

2.7.8. Senarai - Garis pengaruh

Beban berjalan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-41-

MODUL : 3 : ARTI BALOK GERBER DAN CARA PENYELESAINNYA

3.1. Judul : BALOK GERBER

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah membaca materi ini diharapkan mahasiswa mengerti apa arti balok gerber serta mengetahui bagaimana cara menyelesaikan struktur tersebut.

Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa diharapkan bisa mengerti dengan seksama tentang pengertian balok gerber, syarat -syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan dan mahasiswa bisa menggambarkan bidang -bidang gaya dalam balok tersebut.

3.1.1. Pendahuluan Didalam kenyataan se -hari-hari jarang dijumpai jembatan y ang berbentang Satu. ( yang mempunyai lebar
> 100 m

). Untuk mengatasi penyeberangan sungai

penampang cukup besar (>100m) (

) maka dibuatlah suatu

jembatan yang berbentang lebih dari satu, sehingga mempunyai perletakan > 2 buah.

a).

Jembatan berbentang satu

Kalau dilihat pada gambar b, perletakan dari jembatan tersebut > 2 buah, yaitu 3 buah dimana A = sendi; B = rol dan C = rol. Kalau di perletakan A terdapat 2 reaksi (karena A = sendi) yaitu R AH dan R AV, perletakan di B terdapat 1 reaksi (karena B = rol) yaitu R BV, perletakan di C ada 1 reaksi (karena C = rol) yaitu R , maka jumlah

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-42-

b). A

Jembatan berbentang lebih dari satu Gambar 3.1. Macam-macam bentang jembatan Jika dalam persamaan keseimbangan hanya punya 3 buah ( 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0) berarti untuk bisa menyelesaikan struktur jembatan (b) masih memerlukan 1 buah persamaan baru lagi, supaya bilangan yang tidak diketahui yaitu RAV; RAH; RBV, RCV bisa didapat sedang untuk konstruksi statis tertentu persamaan yang tersedia hanya 3 buah yiatu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0. dalam keadaan tersebut konstruksi jembatan (b) disebut dengan kontruksi statis tidak tertentu. Kalau 1 (satu) persamaan baru tadi bisa disediakan maka syarat syarat keseimbangan masih bisa dipakai untuk menyelesaikan konstruksi jembatan (b) tersebut (4 buah bilangan yang dicari yaitu R AV; RAH; RBV, RCV dengan 4 buah persamaan yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 1 (satu) persamaan baru). Dalam kondisi tersebut konstruksi masih tertentu, karena masih bisa diselesaikan dengan statis

syarat -syarat

keseimbangan dan konstruksinya dinamakan dengan konstruksi balok gerber. Jika 1 (satu) persamaan baru tersebut dengan memberikan 1 buah perletakan baru di D yang berbentuk sendi, maka persamaan baru tersebut adalah 7 M D = 0 Sedang titik D tersebut disebu t dengan sendi gerber

Sendi gerber Gambar 3.2. Skema balok gerber

3.1.2. Definisi Balok Gerber Dengan uraian seperti dalam pendahuluan, maka bisa didefinisikan bahwa :

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-43-

Konstruksi balok gerber :

adalah suatu konstruksi balok jembatan yang

mempunyai jumlah reaksi perletakan > 3 buah, namun masih bisa diselesaikan dengan syarat syarat keseimbangan.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-44-

Contoh : Sendi gerber RAH A RAV B RBV D C RCV Suatu konstruksi balok gerber ABC dengan perletakan : A = sendi, dimana ada 2 reaksi yaitu R AV dan R AH. B = rol, dimana ada 1 reaksi yaitu R BV. C = rol, dimana ada 1 reaksi yaitu R CV Jadi jumlah reaksi adalah 4 buah yaitu, R ; R ; R dan

Persamaan yang tersedia adalah : 3 (tiga) buah persamaan syarat keseimbangan yaitu 7V = 0; 7H = 0 dan 7M = 0 1 (satu) buah persamaan baru yaitu 7 M D = 0 Jadi jumlah persamaan ada 4 (empat) buah yaitu 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 7M D = 0. Kondisi kontruksi tersebut adalah : Jumlah bilangan yang tidak diketahui = jumlah persamaan yang ada ( 7V = 0; 7H = 0; 7M = 0 dan 7MD = 0) = jumlah persamaan (yaitu R AV; RAH; RBV dan R CV) = jumlah bilangan yang dicari Maka konstruksi tersebut, disebut dengan konstruksi balok ge rber, yang masih statis tertentu.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-45-

3.1.3. Bentuk Sendi Gerber Kalau balok gerber tersebut adalah dibuat dari balok beton, maka bentuk konstruksi gerber tersebut seperti pada gambar. Sendi gerber D A RAH B C

R AV

RB RC

Detail perletakan D (sendi gerber) Gambar 3.3. Detail sendi gerber

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-46-

A RAH RAV

RBV

RCV

A RAH RAV

RCV RBV atau D RDH RDV C

R CV

A RAH RAV

RDV

D RDH

R BV

Gambar 3.4. Skema pemisahan balo k gerber

Catatan : Reaksi di balok DC menjadi (beban) pada balok AB. Jadi kalau diuraikan balok gerber ABC tersebut merupakan gabungan dari 2 balok statis tertentu DC dan ABD, dimana balok DC tertumpu di balok AB.

3.1.4. Menentukan letak sendi gerber beban = q kg/m C

B A

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-47-

Gambar 3.5. Balok statis tak tentu dan skema bidang momennya

Jika dalam balok ABC, sendi gerber belum ada, maka konstruksinya masih statis tak tertentu, dan jika diberi beban terbagi rata sebesar q kg/m , maka gambar bidang momennya (bidang M) seperti gambar dibawahnya. Bagaimana cara mencari bidang momen (bidang M) tersebut, untuk mahasiswa semester I belum bisa mengerjakan, jadi untuk sementara diterima saja. Kalau dilihat dari sub bab 3.1.2. dimana di titik D dibuat sendi gerber dengan persamaan baru 7M D = 0, maka alangkah tepatnya jika untuk menentukan posisi di titik D dicari tempat-tempat yang momennya

Dalam hal seperti tersebut diatas, alternatif tempat dimana momennya sama dengan nol adalah titik 1 dan 2 yang posisinya di kiri dan kanan perletakan B. Karena kita hanya membutuhkan 1 (satu) buah persamaan baru, maka kita cukup memilih salah sa tu dari 2 (dua) alternatif tersebut sendi gerber diatas, sehingga struktur bisa diselesaikan. D B C Cara memilih : alternatif (1), jika kita a1 A 1 memilih titik (1) sebagai sendi gerber, maka gambarnya adalah seperti pada 1 A a2 D A a3 B TIDAK MUNGKIN Gambar 3.6. Penentuan sendi gerber yang tak mungkin C D B C Gambar a 1 dimana balok AD terletak di atas balok DBC, balok tersebut jika disederhanakan Gambar a 2, akan dan seperti jika pada

diuraikan

strukturnya akan seperti pada gambar a 3. Apakah mungkin ?

Perhatikan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-48-

Lihat balok AD, perletakan A = sendi dengan 2 reaksi (R AV, RAH) perletakan D = sendi dengan 2 reaksi (R DV, RDH), sehingga jumlah reaksi ada 4 (empat) buah, sehingga strukturnya adalah statis tidak tertentu. Perhatikan balok DBC; perletakan B = rol dengan 1 buah reaksi (R
BV);

perletakan C = rol dengan 1(satu) buah reaksi (R CV), sehingga jumlah reaksi hanya ada 2 (dua) buah, karena kedua perletakan B dan C adalah rol, maka struktur balok DBC tidak stabil sendi gerber adalah tidak Alternatif 2 mungkin. D b1 2 A B A RDH D RDV b3 A B D RDH C B C b2 sendiC gerber Jika yang sebagai dipilih adalah titik (2) sendi gerber, maka

gambarnya adalah seperti gambar (b1) dimana balok DC terletak diatas balok ABD, balok tersebut jika akan

gambarnya

disederhanakan

seperti pada gambar (b 2), dan jika diuraikan strukturnya ak an menjadi seperti pada gambar (b 3) apakah mungkin ?. Perhatikan balok DC yag terletak diatas balok ABD. Perletakan D =

Gambar 3.7. Balok gerber dan cara pemisahannya

sendi mempunyai 2 (dua) reaksi yaitu R DV dan R DH, sedang

Jumlah letak reaksi adalah 3 (tiga), maka konstruksi balok DC adalah statis tertentu y Perhatikan balok ABD, perletakan A = sendi, mempunyai 2 (dua) reaksi yaitu R AH dan R AV, perletak B = rol, mempunyai 1 (satu) reaksi yaitu RBV. Jumlah total reaksi adalah 3 (tiga) buah, jadi konstruksi balok ABD masih statis tertentu. y Jadi pemilihan titik (2) sebagai sen di gerber adalah mungkin.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-49-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-50-

3.1.5. Mekanisme Penyelesaian Balok Gerber A B D C Jika D ada suatu konstruksi balok

gerber seperti pada gambar a, maka b1 1 A B D A B RD RD yang perlu dikerjakan pertama

adalah memisahkan balok tersebut C menjadi beberapa konstruksi balok statis tertentu.

b2

Jika

konstruksinya (a),

seperti kita

pada bisa

gambar

maka konstruksi

memisahkan C menjadi tersebut b1 dan b 2 C1 A B tidak D C konstruksi

tersebut konstruksi beberapa seperti dimana

beberapa menjadi statis

tertentu

pada gambar (b) atau (c),

gambar (b) terdiri dari gambar (b 1) dan (b 2), demikian juga gambar (c)

D RD C2 A B C1 dan C2 mungkin RD

Gambar 3.8. Skema penyelesaian balok gerber

Tinjauan gambar b 1 dan b2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-51-

Titik D dari balok ABD (gambar (b1) menumpu pada titik D pada balok DC, dan jika dijabarkan (diuraikan) strukturnya akan menjadi seperti gambar (b2), dimana titik D pada balok ABD menumpu pada titik D balok DC, sehingga reaksi R D dari balok ABD akan menjadi beban (aksi) pada titik D balok DC. Perhatikan struktur balok ABD (gambar b2), per letakan A = sendi (ada 2 reaksi); perletakan B = rol (ada 1 reaksi), perletakan D = sendi (ada 2 reaksi). Jadi total perletakan balok ABD ada 5 (lima) buah, jadi balok ABD merupakan balok statis tidak tertentu. Perhatikan balok DC (gambar b2), titik D = be bas (tak mempunyai tumpuan), jadi tidak ada reaksi, perletakan, c = rol (ada 1 reaksi), jadi jumlah total reaksi hanya ada 1 buah yaitu R CV di C. Dalam kondisi seperti tersebut diatas balok DC merupakan balok yang tidak stabil atau labil. Sehingga alternatif (b) adalah tidak mungkin.

Tinjauan gambar (c1) dan (2) Titik D dari balok DC (gambar (C1) menumpu pada titik D balok ABD, dan jika diuraikan strukturnya akan menjadi seperti pada gambar (C2), dimana titik D dari balok DC menumpu pada titik D balok ABD, sehingga reaksi RD dari balok DC akan menjadi beban (aksi) pada titik D balok ABD.

Perhatikan struktur balok DC gambar (C2), perletakan D = sendi, (ada 2 reaksi), perletakan C = rol (ada 1 reaksi) total jumlah perletakan ada 3 (tiga) buah. Jadi balok DC adalah balok statis tertentu Perhatikan struktur balok ABD (gambar (C2)), perletakan A = sendi (ada 2 reaksi), perletakan B = rol (ada 1 reaksi) jumlah perletakan ada 3 (tiga) buah. Jadi balok ABD adalah balok statis tertentu juga. Jadi alternatif (C) adalah mungkin.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-52-

Tahapan Penyelesaian

q D a A B

Sendi gerber P Kalau kita mempunyai balok gerber ABC seperti pada gambar (a), yang kemudian diuraikan seperti pada gambar (b), maka tahapan pengerjaannya adalah sebagai berikut : y Balok DC dikerjakan dulu sehingga menemukan R D dan R C. Reaksi R D dari balok DC akan menjadi beban di titik D dan balok ABD. Dengan beban yang ada (q) dan beban R D, maka balok AB bisa diselesaikan. Bidang-bidang gaya dalam (M, N, D) bisa diselesaikan sendiri-sendiri pada balok DC dan AB. Penggambaran bidang M, N, D balok gerber merupakan penggabungan dari bidang M, N, D dari masing-masing

P D C y q b RD RD D A B y RC y

Gambar 3.9. Skema pemisahan balok gerber

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-53-

3.1.6. Contoh Soal P=4t (a) A S 1m B q = 2t /m C

Suatu

struktur

balok

gerber

ABC

dengan beban seperti pada gambar. A = rol C = rol ; ; B = sendi S = sendi gerber

Beban P = 4 ton, dengan jarak 1 m dari A, dan beban terbagi rata q = 2

4m

2m

6m

t/m dari B ke C. Ditanya : Gambar bidang M, N, D.

x (b) A

P=4t S Rs = x1 Rs S B 3 tm + R B = 7 1/3 t 2 tm
RC = 5

Jawab: Struktur balok gerber seperti pada gambar (a) kalau diuraikan akan menjadi struktur seperti pada gambar

2 t/m x2 C

(b). Balok AS harus diselesaikan lebih dahulu, baru selanjutnya reaksi Rs dari balok As menjadi beban / aksi ke balok SBC

RA = 3t

(c)

8.0287 tm +

2 Balok A-S (mencari RA dan RS) t 3


7 MS = 0

RA . 4

P.3 = 0

RA.=

P.3 4.3 ! ! 3t 4 4
P.1 = 0

BID. M 2.833 m 5.667 m

7 MA = 0

RS . 4 RS =

P.1 4.1 ! ! 1t 4 4

Reaksi Rs = 1t akan menjadi beban di titik S pada balok S B C (gambar (b))

6.33t 3t + 1t BID. D + -

Balok S B C (mencari RB dan R C)


7 MC = 0

RB.6 RB.6

RS.8 1.8

q.6.3 = 0 2.6.3 = 0

2 5 t 1 44 3 RB = t!7 t 3 6
7 MB = 0

RC.6 + RS.2 RC.6 + 1.2

q.6.3 = 0 2.6.3 = 0

BID. N Gambar 3.10. Gambar-gambar gaya Bidang Momen (M) dalam balok gerber

34 ! 5 2 / 3t 6

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-54-

Balok A-S
Daerah A P (P = letak beban P = 4t) Mx = RA.x = 3.x (linear) x=0 x=1 MA = 0 MP = 3 tm (momen dibawah P) S 4 (x-1)

Daerah P

Mx = RA.x-P (x-1) = 3.x x=1 x=4 MP = 3 tm MS = 0

Balok SBC
Daerah S B (dari kiri) Mx1 = - Rs.x1 = - 1.x1 (linear) = -x1 x1 = 0 x2 = 2 Ms = 0 MB = -2 tm B (dari kanan) 1 .q x2 (parabola) 2 1 .2.x2 2

Daerah C

Mx2 = Rc.x2 -

Mx2 = 5.667.x 2 -

= 5.667 x 2 - x2 Mencari M max dMx 2 =0 dx 2 5.667 2 x2 = 0

= x2 = 2.833 m (lokasi dimana terletak M max M x2 max =5.667. 2.833 = 16.0546 (2.833)

8.02589 = 8.0287 tm.

Mencari titik dimana momen = 0 M x =5,667 x 2 x2 2 = 0

X2 (5,667-x2 ) = 0 x2 =5,667 m ( Letak dimana momen = 0 ) Bidang D ( GAYA LINTANG )

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-55-

Balok A-S Daerah A P ( dari Kiri ) D2 = + Ra = + 3 + ( Konstan ) Daerah P S ( Dari kiri ) Dx = + R a - P = 3 4 = -1 t (Konstan )

Balok S

BC

Daerah S B ( Dari Kiri ) Dx = - Rs = -1 t (Konstan) Daerah C B (Dari Kanan)

Dx2 = - Rc + q . x

2 2

= - 5,667 + 2 . x

(Linieair)

X2 = 0 X2 = 6

Dc = - 5,667 t Dbkn = -5,667 + 2.6 = + 6,333 t

Mencari titik dimana D = 0 -5,667 + 2X 2 = 0 X2 = 2,833 m M max )

(Letak D = 0 sama dengan letak

Bidang N ( Normal ) Bidang N tidak ada

3.1.6. Latihan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-56-

Dalam

mempraktekan teori teori yang ada di depan ( bagian sebelumnya ), maka perlu diadakan (diberi) suatu latihan . P = 5t S B q = 2t/m C Suatu balok gerber dengan beban dan struktur seperti gambar, dengan perletakan A = sendi, B = rol C = rol, S = sendi gerber Beban : P = 5t, 2m dari A q = 2t/m sepanjang bentang SC. Gambar : bidang-bidang gaya dalamnya (Bidang M, N, D) Suatu balok gerber dengan

1).

A 2 m 5m

2 m

4m

2). S A 2m 3m

P=5 2t 45 B 3m

beban dan struktur seperti pada gambar dengan

perletakan : A = jepit, B = rol

S = sendi gerber Beban P = 5 2 t dengan

sudut 45 terletak di tengah bentang SB. Gambar : bidang- bidang

3.1.8. Rangkuman o Balok gerber adalah : - Suatu balok yang mempunyai jumlah reaksi lebih besar dari 3 buah, tapi masih bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan. Atau - Rangkaian dari beberapa balok statis tertentu. o Tahap awal penyelesaiannya adalah : balok tersebu t harus diuraikan lebih dahulu, dan di sendi gerber ditentukan daerah bagian balok tertumpu

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-57-

mana yang terletak diatas (tertumpu) dan mana yang menumpu ( ) o Penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dari masing -masing balok tersebut. o Balok yang salah satu perletakannya tertumpu (menumpang)

diselesaikan terlebih dahulu. o Gambar bidang gaya dalamnya adalah merupakan gabungan dari masing-masing balok tersebut.

3.1.9. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban dari soal-soal tersebut diatas sebagai kontrol.

Soal No. 1 Keterangan

Titik A

Harga 1.4 ton 7.6 ton 4 ton 4 ton

Arah o o o o

Reaksi

B S C

Keterangan Momen (M)

Gaya Lintang (D)

Gaya Normal (N)

Titik A B S C A B kiri B kanan C -

Harga 0 8 tm 0 0 1.4 ton 3.6 ton 4 ton 4 ton -

Tanda

(-) (+) (-) (+) (-) -

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-58-

Soal 2
Keterangan Titik AV Reaksi AH MA S B A Momen (M) S di P B Gaya Lintang (D) A B A Gaya Normal (N) S P kiri Harga 2.5 ton 5 ton 5 tm 2.5 ton 2.5 ton 5 tm 0 7,5 tm 0 2.5 ton 2.5 ton 5 ton 5 ton 5 ton (+) (-) (-) (-) (-) (+) (-) Tanda

3.1.10. Daftar Pustaka 1. Soemono Statika I ITB bab V 2. Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab V-4 3.1.11. Senarai : Sendi Gerber : tempat penggabu ngan balok satu dengan balok lainnya.

3.2. Garis Pengaruh Balok Gerber

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-59-

3.2.1. Pendahuluan Seperti halnya balok diatas 2 perletakan, maka untuk balok gerber inipun kita harus mencari besarnya reaksi, atau gaya momen (M) atau gaya lintang (D) atau gaya normal (N), jika ada muatan yang berjalan diatas balok gerber tersebut. Pengertian dasar dan definisinya sama dengan garis pengaruh balok diatas 2 perletakan. Standart beban yang dipakai juga sama yaitu muatan

berjalan dengan beban P = 1 t on atau satu satuan beban.

3.2.2. Prinsip Dasar Yang perlu diperhatikan dalam membuat garis pengaruh balok gerber adalah : (a ) A B S C o Harus bisa memisahkan balok yang mana yang disangga dan yang mana yang menyangga. o Dalam gambar sebelah o Balok SC yang disangga RS RS (b ) A RA B P RB RS RS (c ) RA ada P (d ) RA ada tidak ada reaksi RB ada tidak ada reaksi R B ada RC o Balok ABS yang menyangga. o Kalau ada muatan berjalan diatas ABS maka reaksi di S (R S) dan reaksi di C (Rc) tidak ada (Gambar d). RC ada o Namun jika ada muatan berjalan diatas balok S-C maka reaksi di A (R A), reaksi

ada

di B (R B); reaksi di S (Rs) dan reaksi di C (Rc) semuanya ada (Gambar c).

Gambar 3.11. Reaksi perletakan pada balok gerber dengan muatan berjalan diatas

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-60-

Contoh
Balok gerber seperti pada gambar Cari garis pengaruh reaksi -reaksinya P=1 x1 x P=1t t A l
1

GP.R A (Garis Pengaruh Reaksi di A) P berjalan dari A ke S x = variable bergerak sesuai posisi P dari A ke C 7 Ms = 0 P (l1  x ) l1  x RA = ton ! l1 l1 Untuk P di A x = 0 RA = 1 ton Untuk P di S x = l1 RA = 0 P dari S ke C RA tidak ada pengaruh terhadap

B l
2

RS RS B C

GP.R S (Garis Pengaruh Reaksi di S) GP.R A 1t + P dari A Rs = ke S

Px x ! l1 l1

GP.R S +

P di A x = 0 Rs = 0 P di S x = l1 RS = 1t P dari S ke C tidak ada pengaruh untuk reaksi di S (Rs)

GP.R B (Garis Pengaruh Reaksi di B) x1 variabel bergerak dari C ke A sesuai

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-61-

1t

GP.R B

1t

P= 1t x1

l2  a l 2 A S B C GP.Rc (Garis Pengaruh Reaksi di C) P berjalan dari C ke S l  x1 Rc = 2 t l2 P di C x1 = 0 x1 + a/l


2

GP. Rc

P = 1t

Rc = 1t Rc = 0

P di B P di S

x 1 = l2 Rc =

1t

Rs . a a karena ! l2 l2

(Rs = 1t) P di A Rs = 0 Rc = 0

Gambar 3.12. Garis pengaruh reaksi (RA; Rs; RB dan Rc) Jika potongan I -I antara : A3 Jika potongan II-II antara : BC b x A P I I l1 A Rs B S a B II II l2 C c d

cari garis pengaruh D I-I dan M I-I cari garis pengaruh D II-II dan M II-II e GARIS PENGARUH D DAN M G.P.DI-I (Garis Pengaruh Gaya Lintang di potongan I -I) P berjalan di kiri potongan I -I (perhitungan dari kanan potongan) DI = - Rs (dari kanan)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-62-

Gambar 3.13. Garis pengaruh D I-I dan M I-I

G.P.MI-I (Garis Pengaruh Momen di Potongan I-I) P berjalan di kiri potongan I -I (perhitungan dari kanan) M I = Rs . c = Untuk P di A Untuk P di I-I x Px .c .c ! l t1 l t1 x=0 x=b MI = 0 MI = b.c l1

P berjalan di kanan potongan (perhitungan dari kiri) l x M I = RA . b = 1 .b l1 Untuk P di I-I x=b

l b c.b MI = 1 .b ! l1 l1

Jika P berjalan dari S ke C tidak ada M I x A l1 P S B d II II a l2 e C G.P. D II-II (Garis Pengaruh Gaya Lintang di potongan II -II) P berjalan dari A ke P otongan II (perhitungan kanan potongan II) DII = - Rc (sama dengan g.p. Rc)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-63-

Sama dengan g.p. Rc

Sama dengan g.p. RB G.P. M II-II (Garis Pengaruh Momen di potongan II-II) P berjalan dari A ke II (perhitungan dari kanan potongan) MII = Rc . e (sama dengan GP.Rc x e) Untuk P di S Rs = 1t Rc = a l2

a/l2. b + d/l2 . e

g.p. Rc.e

g.p. R B.d M II = -

a l2

.e

Gambar 3.14. Garis pengaruh D II-II dan M II-II P berjalan dari II ke C (perhitungan dari kiri) M II = RB . d Untuk P di II RB = M II =
e l2
e l2 dtm e l2 d

Untuk P di II

Rc =

d l2 M II = -

d .e l2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-64-

3.2.3. MENCARI HARGA MOMEN DAN GAYA LINTANG DENGAN GARIS PENGARUH Jika ada suatu rangkaian muatan atau muatan terbagi rata berjalan diatas gelagar berapa momen maximum di titik C dan berapa gaya lintang maximum di titik C. A C B Mencari harga Mc a b l Kondisi muatan seperti pada 1) Mc = P1 y1 + P 2 y2 + P3 y3 * P P2 P3 1 Kondisi muatan seperti pada 2) 1) Mc = P1 y1 + P2 y2 + P3 y3 + P4 * y4 P2 P3 P4 2) P 1 y1 A GP.Mc y2 C d P.a.b x l y3 y 1 y4 y2 y3 B Untuk muatan terbagi rata = q t/m q t/m d Mc = y.q dx Mc = y.qdx ! q y dx Mc = 7 P.y

GP.Mc +

y dx ! luas bagian yang diarsir ! F


Mc = q F

Luas = F y
P1 P2 P3 P4

q dx = muatan q sejarak dx, dimana dx 0 (mendekati 0)

= ordinat dibawah dx

Mencari harga Dc Untuk beban titik GP.Dc


y1 y2

+ y3 y4

Dc = -P1 y1 + P 2 y2 + P 3 y3 + P4 y4 Dc = q F Beban terbagi rata

Dc = q F

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-65-

q t/m Luas = F + -

GP.Dc

Gambar 3.15. Mencari gaya lintang (D) dan momen (M) dengan garis pengaruh

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-66-

3.2.4. Mencari Momen Maximum di Suatu Titik Pada Gelagar 3.2.4.1. Pendahuluan Pada kenyataannya, muatan yang melewati suatu jembatan adalah tidak menentu, ada yang lewat sendirian atau merupakan suatu rangkaian muatan, Dalam kondisi tersebut kita tetap harus mencari berapa nilai momen maximum di suatu tempat pada gelagar tersebut. Misal : Suatu gelagar muatan P1 P2 A C a l b P3 P4 P5 P6 B Suatu gelagar Jembatan

Gambar 3.16. Muatan berjalan diatas gelagar

Berapa momen maximum yang terjadi di titik C jika ada suatu rangkaian muatan seperti pada gambar tersebut melewati jembatan seperti pada gambar.

3.2.4.2. Prinsip dasar perhitungan

- Untuk mencari nilai momen maximum di suatu untuk didalam


gelagar maka kita perlu mencari posisi dimana muatan

tersebut berada yang menyebabkan momen di titik tersebut maximum.

- Untuk mencari nilai maximum tersebut perlu memakai ga ris


pengaruh dari gaya dalam yang dicari sebagai perantaranya.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-67-

- Kemudian nilai maximum tersebut didapat dengan cara


mengalikan antara beban yang terletak diatas gelagar dengan ordinat dari garis pengaruh yang dipakai.

Contoh Mencari Momen Maximum Pada Gelagar Ada suatu balok terletak diatas 2 perletakan seperti pada Gambar, jika ada rangkaian muatan yang berjalan diatasnya berapa Mc maximum yang terjadi. (x P1 P 1 P P 2 P3 P3 P4 P4 P5 P5 2 Jawab : A (c) l l r B C (l- c) Mencari Mc max untuk rangkaian muatan berjalan (dari kiri k e kanan) Jarak rangkaian muatan constant (tetap) = posisi awal

(x y1 y1 y2 y3 C1 y y y y4 + P5 y 5 Gambar 3.17. Perpindahan ordinat untuk muatan berjalan y GP.Mc y4 y5 Pada posisi awal, ordinat garis pengaruh dinyatakan dengan y 1 s/d yS, atau Mc = 7 Py = P 1 y1 + P 2 y 2 + P 3 y 3 + P 4 y2 y3 y4 y5 = posisi kedua

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-68-

Muatan bergerak ke kanan sejauh (x, dimana ordinat garis pengaruh dinyatakan dengan y 1 s/d y5 dan Mc = 7 Py (dalam hal ini y berubah menjadi y ) Jika ditinjau 2 bagian : - bagian kiri titik C dan - bagian kanan titik C Di kiri titik C ordinat bertambah y dan Di kanan titik C ordinat berkurang y

y = y =

(x . c1 c (x . c1 ( l  c)

Perbedaan nilai momen ( (M) dari perpindahan posisi beban adalah sebagai berikut : (Mc = P1 y + P2 y
= (P1 + P2) y + P5) = 7 Pr

P3 y

P4 y

P5 y
jika (P1 + P2) = 7 Pl dan (P3 + P4

- (P3 + P4 + P5) y

(x (x = 7 Pl .c1  Pr .c1 c l c Pl Pr ( x.c1  q ! (x.c1 ? l  qr A l c c ql qr

ql = jumlah beban rata -rata di sebelah kiri titik C qr = jumlah beban rata -rata di sebelah kanan titik C

Jika q l > qr

( M positif ql =

Jika muatan bergeser terus ke kanan sehingga P2 melampaui C P1 C

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-69-

ql menjadi kecil sehingga q l < qr

( M negatif (pergerakan P2 dari kiri C

ke kanan C menjadikan tanda ( M dari positif ke negatif) Jadi Mmax terjadi jika P2 diatas C.

M max terjadi jika salah satu muatan di atas potongan sehingga Pl Pr ! atau C l c

ql = qr Mmax di suatu titik untuk muatan terbagi rata

Untuk muatan terbagi rata Mc max terjadi jika : ql = qr B


a b ab ! ! c (l  c) l

A C c (l c)

ql

qr

qs

Gambar 3.18. Posisi beban terbagi rata untuk Mencari M maximum kiri kana n Mmax terjadi jika psosisi beb an tota l

q l = qr = q s

Mencari perkiraan posisi beban dalam mencari momen max supaya beban di kiri dan di kanan potongan seimbang, maka bisa diperkirakan secara grafik sebagai berikut : Gelagar diatas 2 perletakan A -B, digunakan rangkaian muatan berjalan dengan nomor urut 01, 12, 23,34 dan 45 Cara : buat garis AB dibawah gelagar, - di ujung bagian kanan (B ) buat muatan tumpukan beban dari 45; 34; 23;12; dan 01 (dengan skala)

- Tarik dari titik 0 (ujung dari beban 01) ke ujung garis bagian kiri
(A ) sehingga membentuk sudut (E)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-70-

- Kalau kita mau mencari dimana letak beban yang mengakibatkan


momen di potongan I maksimum, yaitu dengan menarik garis dari potongan I kebawah, sampai memotong garis A -B di I .

- Tarik dari titik I sejajar (//) dengan garis A 0 dan garis tersebut
akan memotong tumpukan muatan di beban 01.

- Jadi M I akan maximum jika beban 01 terletak di atas potongan I.


* Bagaimana posisi beban untuk mendapatkan momen di potongan II maximum.

- Dengan cara yang sama, tarik garis dari potongan II ke bawah


sampai pada garis A -B dan memotong di potongan II .

- Dari titik II ditarik garis // (sejajar) dengan A


memotong tumpukan muatan di beban 12.

O dan

- Jadi M II akan maximum jika beban 12 terletak diatas potongan


II.

12

23

34

45

Mmax terjadi jika q l = qr = qs = tg E B tg E!


01  12  23  34  45  l

II l

III

IV

2 3 4

E A

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-71-

I II III IV B Gambar 3.19. Mencari posisi muatan untuk mendapatkan Mmax dengan cara grafis

M I max terjadi jika muatan OI terletak diatas potongan I -I. M II max terjadi jika muatan 12 terletak diatas potongan II -II. M III max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan III -III. M IV max terjadi jika muatan 34 terletak diatas potongan atau mutan 45 terletak diatas potongan IV -IV dan diambil yang besar.

3.2.5. Mencari Momen Maximum Maximorum di Suat u Gelagar 3.2.5.1. Pendahuluan

Mencari momen maximum maximorum ini berbeda dengan mencari momen maximum di suatu titik pada gelagar, mencari momen maximum-maximorum di suatu gelagar ini posisi titiknya tidak tertentu. Jadi dalam hal ini titik letak dimana momen maximum terjadi, serta posisi beban yang menyebabkan

terjadinya momen maximum harus dicari. Jadi dalam hal ini-: dicari !!.

- Letak posisi titik dimana momen maximum terjadi. - Letak posisi beban yang menyebabkan momen maximum.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-72-

3.2.5.2. Prinsip Dasar Perhitungan - Untuk mencari momen maximum -maximorum di suatu gelagar ini tidak bisa memakai garis pengaruh karena titik letak momen maximum terjadi harus dicari.

- Dalam

mencari

momen

maximum -maximorum

ini

harus

memakai persamaan.

Contoh 1 P1 (a ) A P2 P3 P4 P 5 B Suatu gelagar diatas 2 perletakan A B, dan suatu rangkaian muatan dari P 1 s/d P5. Berapa dan dimana momen maximum-maximorumnnya ?. Jawab: R1 = resultante dari P 1 dan P 2 R2 = resultante dari P 3 dan P 4 Rt = resultante dari R 1; R2 dan P3 atau resultante P 1; P2; P 3; P4; P5 r = jarak antara Rt dan P 3 a = jarak antara R 1 dan P 3 b = jarak antara R 2 dan P 3 b

P1

P2

P3

P4

P5

R1

R2

Rt a

Rangkaian muatan terl etak diatas gelagar dan dimisalkan momen maximum terletak dibawah beban P 3 dengan jarak x dari perletakan A. r P1 P2 P 4 P5 P3 (b ) RA R1 a x l Rt Rt b R2 7M di P 3 = 0 RB Rt.r = R1 . a 7 MA = 0 1 _P3 .x  R1 ( x  a )  R 2 ( x  ba lt Momen dibawah P 3 dengan jarak x dari titik A RB = R2 . b

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-73-

Rt

M max terdapat dibawah P 4 = M4max Dalam hal ini r = jarak antara Rt dengan P 4 Mextrem = Mmax maximorum adalah tengah-tengah momen yang terbesar diantara bentang Mmax (1,2,3,4,5). P1 (e A ) r r r Mmax terjadi dibawah beban B P 1 M 1 max Dalam hal ini r = jarak antara Rt dengan P 1. Rt

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-74-

r x l

M max terdapat dibawah P1 = M 1 max P1 (f) A tengahtengah B P2 P3 P4 P5 Mmax terjadi dibawah beban P2 M 2 max Dalam hal ini r = jarak antara Rt dengan P 2.

r r Rt

x=l+r M max terdapat dibawah P 2 = M 2 max P 1 P2 (g A ) r tengah bentang r r P 3 P4 P 5

Mmax terjadi dibawah beban P5 M 5 max Dalam hal ini : r = jarak antara Rt dengan P 5

Rt x=l+r

M max terdapat di bawah P 5 = M 5

Gambar 3.20. Posisi beban untuk kondisi Mmax 1 s/d M Suatu gelagar dengan bentang l = 10 max5 Contoh 2 m dan ada suatu rangkaian muatan P1=8 P2=6 P 3=6 berjalan dengan lebar seperti pada gambar. 1m 1m Cari besarnya momen maximum A B maximum maximorum. l = 10 Jawab : kondisi beban seperti pada gambar

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-75-

Kondisi 1 Dimana M max dibawah P 1 tengah P1 A 5m x=l+ = 5 0,45 + r Kondisi 2 Dimana M max dibawah P 2 P1 P2 P3 A 0,1 4,95 Rt Kondisi 3 Dimana M max dibawah P 3 P1
tengah-tengah bentang

P1

P2

P3

P2

P3 B l-x Rt 4,55

8t 1m x

4t 1m

6t

Rt

Rt = P 1 + P2 + P 3= 20 ton Statis momen terhadap P 1 P 2.1 + P3.2 = Rt.x 6.1 + 6.2 = 20 . x x=

B tengahtengah bentang

P2

P3

4,45

r =1.1

4,45

Rt Gambar 3.21. Posisi beban untuk mencari momen maximum maximorum

3.2.6. Latihan : Garis pengaruh pada balok menerus dengan sendi-sendi gerber Soal 1 : P=1t berjalan 2m S A I B C Balok ABC dengan sendi gerber S seperti tergambar. Akibat beban P = 1t berjalan diatas balok, ditanyakan : GP R A; GP RB; GP RC

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-76-

Soal 2 : 4m S1 A I B

P = 1 t berjalan S2 C RB RC 6m 2m 6m D RD Balok ABCD dengan sendi gerber S 1 dan S 2 seperti tergambar.

RA 8m

2m

a). Akibat beban P = 1t berjalan diatas balok, ditanyakan; GP RA; GP R B; GP RC; GP RD GP M I; GP D I; GP M B; GP DB kanan 2 2

b). Akibat rangkaian beban M


max

berjalan,

ditanyakan : MI max ,

P1=4 P2=4 P 3=2 t t t maximorum pada balok tersebut.

3.2.7. Rangkuman

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-77-

- Untuk mengerjakan garis pengaruh balok gerber, harus tahu


dulu bagaimana memisahkan balok terse but menjadi bagian bagian yang tertumpu dari bagian yang menumpu.

- Sebelum mengerjakan garis pengaruh gaya -gaya dalam, perlu


dibuat dulu garis pengaruh reaksi, karena dari garis pengaruh reaksi tersebut garis pengaruh gaya dalam mudah dikerjakan.

3.2.8. Penutup Untuk melihat prestasi mahasiswa dalam mengerjakan latihan, maka bisa melihat jawaban soal sebagai berikut :

Jawaban : Soal No. 1 Keterangan RA P =1t Titik A B S C A B S C A B S C Nilai 1t 0 1/3 t 0 0 1t 4/3 t 0 0 0 0 1t Tanda / Arah  o  q

RB

 

o o

RC

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-78-

Lanjutan Jawaban Soal 1

Keterangan MI

DI

MB

P =1t Titik A I B S C A I kiri I kanan B S C A B S C

Nilai 0 1,333 tm 0 0,667 tm 0 0 1/3 t 2/3 t 0 1/3 t 0 0 0 2 tm 0

Tanda / Arah  

  

Soal No. 2 a). Keterangan RA P = 1 dititik A B S1 S2 C D A B S1 S2 C D A B S1 S2 C D Nilai 1t 0 0,25 t 0 0 0 0 1t 1,25 t 0 0 0 0 0 0 1,333 t 1t 0 Tanda / Arah  o  q

RB

 

o o

RC

 

o o

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-79-

Keterangan RD

MI

P = 1 dititik A B S1 S2 C D A I B S1 S2 C D

Nilai 0 0 0 0,333 t 0 1t 0 2 tm 0 1 tm 0 0 0

Tanda / Arah

   

q o

Lanjutan Jawaban Soal 2

Keterangan DI

MB

DB kanan

P =1t Titik A I kiri I kanan B S1 S2 C D A C S1 S2 C D A I kiri I kanan B S1 S2 C D

Nilai 0 0,5 t 0,5 t 0 0,25 t 0 0 0 0 0 2 tm 0 0 0 0 0 1t 1t 0 0 0

Tanda / Arah  

 

b). MI max = + 14 tm, pada saat P 2 terletak pada titik I

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-80-

MI max maximum = + 14.05 tm, terjadi pada titik dibawah P 2

3.2.9. Daftar Pustaka

- Soemono, Statika I , ITB, bab V - Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM, bab V-4

3.2.10.

Senarai

Balok gerber = balok yang bisa dipisah -pisah menjadi beberapa konstruksi statis tertentu Sendi gerber = sendi yang dipakai sebagai penghubung antara

balok satu dengan balok yang lain.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-81-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-82-

MODUL 4 :

PELENGKUNG DAN PORTAL 3 SENDI SERTA CARA PENYELESAIANNYA

4.1. Judul : PELENGKUNG 3 SENDI Tujuan Pembelajaran Umum Dengan membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui apa itu arti struktur pelengkung 3 sendi dan tahu bagaimana menyelesaikan struktur tersebut.

Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah membaca materi ini mahasiswa salain mengerti apa arti struktur pelengkung 3 sendi, mengerti juga kapan struktur itu digunakan dan tahu cara menyelesaikan struktur tersebut, serta bisa menggambarkan bidang gaya dalamnya (Bidang M, N, D) 4.1.1. Pendahuluan Konstruksi pelengkung 3 sendi biasanya dipergunakan pada konstruksi jembatan, tapi dengan kondisi yang bagaimana ?. (a). a. Untuk sungai yang lebarnya tidak besar missal : + 30, dan dasar sungainya tidak terlampau + 30 (b). dalam, pada umumnya dipakai jembatan balok diatas 2 perletakan bias a seperti pada Gambar Untuk sungai yang mempunyai lebar cukup berarti misal : + 100 m, dan dasar sungainya tidak terlampau dalam, maka + 100 m Pilar dibuatlah jjembatan balok dengan

beberapa bentang, seperti pada gambar (b) yaitu jembatan balok dengan 2 bentang (perletakan di tengah

Tapi bagaimana kalau kit a mendapatkan sungai dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai juga cukup dalam, sehingga sulit untuk membuat pilar di tengah -tengah jembatan ?. (c).

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-83-

Tiang penyangga Maka jawabannya adalah konstruksi utama dibuat pelengkung sehingga tidak memerlukan pilar di tengah -tengah sungai (Gambar c). Dengan konstruksi pelengkung terse but, gelagar memanjang, tempat dimana kendaraan lewat bisa tertumpu pada tiang-tiang penyangga yang terletak pada pelengkung tersebut.

Pelengkung

sungai

Gambar 4.1. Bermacam-macam bentuk jembatan 4.1.2. Pengertian tentang Pelengkung 3 Sendi 4.1.2.1. S Pengertian Dasar Untuk menjaga kestabilan dari perletakan, struktur pelengkung tersebut, kedua perletakan dibuat sendi. Perletakan A = sendi (ada 2 reaksi V A dan H A). B = sendi (ada 2 reaksi V B dan H B). Jadi total reaksi ada 4 (empat) buah, sedang persamaan dari syarat keseimbangan hanya 3 (tiga) buah yaitu : 7 H = 0; 7 V = 0 dan 7 M = 0.

A VA

HA

HB VA

Gambar (a)

Gambar 4.2. Skema pelengkung 3 Jadi agar struktur tersebut bisa sendi diselesaikan secara statis tertentu, maka perlu tambahan 1 (satu) persamaan lagi yaitu 7 Ms = 0 (jumlah momen pada sendi = 0). S = sendi yang terletak pada pelengkung tersebut sehingga struktur tersebut dinamakan struktur pelengkung 3 sendi atau struktur pelengkung yang mempunyai 3 buah sendi. 4.1.2.2. Penempatan Titik s (sendi)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-84-

Sendi s yang dipakai untuk melengkapi persamaan pelengkung 3 s endi terletak di busur pelengkung antara perletakan A dan B. S Letak sendi tersebut bisa ditengah-tengah busur pelengkung atau tidak. Hal ini tergantung dari kondisi lapangan : seperti pada gambar (b), dimana letak sendi s tidak di tengah-tengah busur pelengkung

(b) Gambar 4.3. Contoh posisi sendi pelengkung 3 sendi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-85-

4.1.2.3. Pemilihan Bentuk Pelengkung q kg/m

A RA

B Kita kembali ke belakang, kalau kita R B mempunyai balok statis tertentu diatas 2

l
+ parabola Bidang M

(dua) perletakan A dan B dengan beban terbagi rata q kg/m , maka bidang

momennya berbentuk parabola dengan tanda bidang M adalah positif (+) dengan nilai maximum di tengah -tengah bentang =

dengan persamaan momen Sekarang kalau ditin jau struktur pelengkung 3 sendi dengan beban terbagi rata 1 Mx = RA.x - q x diatasnya. 2 q kg/m

(c) Gambar 4.4. Bidang M struktur statis tertentu 1 M= q l dengan beban terbagi rata 8

1 q l (coba dihitung lagi sendiri) 8

Struktur pelengkung dengan bentang = l dan tinggi = f di A ada 2 reaksi VA dan H A di B ada 2 reaksi VB dan H B

f HA S E l HB

Kalau kita mau mencari besarnya momen di 1 potongan E E, maka M E-E = VA.x1- q x12 2 B HA.h1 I II VB

Nilai M E-E dibagi menjadi 2 bagian. h1 f I = VA . x 1 HA HB II = HA.h1 B Nilai I = V A . x1 l persamaan momen gambar (c) yaitu 2 (dua) VA x1 VB perletakan dan dengan gambar bidang momen

1 q x1 2 2

1 q x12 sama dengan 2

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-86-

Bidang M. Gambar nilai I = V A.x1 + Bidang M +

q x 1

Gambar nilai II = H A.h1 Gambar 4.5. Skema NilainyaM pada pelengkung bidang mengecil Harga momen total adalah sebagai berikut : Nilai I dan nilai II = nilai tota l M E-E = nilai total M E-E + + = nilai kecil (saling menghapus) Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa bentuk pelengkung itu akan memperkecil nilai momen. 4.1.3. Cara Penyelesaian 4.1.3.1. P1 S1 hB HB a1 A HA b1 B VB hA Mencari Reaksi Perletakan S Ada 2 (dua) cara pendekatan penyelesaian untuk mencari reaksi. Pendekatan 1 : Jika HA dan V A atau H B dan V B dicari bersamaan. Pendekatan 2 : Jika V A dan V B dicari dulu

baru H A dan H B kemudian a b Gambar 4.6. Skema gaya dan jarak pada pelengkung (pendekatan 1) Pendekatan 1VA HA dan V Al dicari dengan persamaan 7MB = 0 dan 7M S = 0 (bagian kiri) (2 persamaan dengan 2 bilangan tak diketahui) Gambar (a) 7M B = 0 V A.l HA. (hA-hB) P1.b1 = 0 (1)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-87-

7M S = 0 V A.a (bagian kiri)

HA.hA

P1.S 1 = 0

(2)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-88-

Dari 2 persamaan tersebut diatas yaitu (1) dan (2) maka V A dan H A bisa dicari. HB dan V B dicari dengan persamaan 7M A = 0 dan 7M S = 0 (bagian kanan) 2 persamaan dengan 2 bidang tidak diketahui (3). (4).

7M A = 0 VB.l + HB (hA hB) P1.a1 = 0 7M S = 0 VB.l - HB . hB) = 0 (bagian kanan) Dari persamaan (3) dan (4) maka V B dan H B bisa dicari.

Pendekatan 2
P1 S S1 f a Ba Reaksi horizontal H A dan HB ditiadakan kemudian arahnya diganti, masing -masing menuju ke arah perletakan yang lainnya menjadi Ab dan Ba B Dengan arah Ab yang menuju perletakan B dan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-89-

Mencari reaksi Av 7 MB = 0 Av.l P1. b1 = 0 Pb Av = 1 1 l (1)

Mencari reaksi Bv 7 MA = 0 Bv.l P1. a1 = 0 Pa Bv = 1 1 l (2)

Mencari reaksi Ab 7 MS = 0 (bagian kiri) Av.a P 1.S1 Ab . f = 0 Av . a  P1S1 dengan memasukkan nilai A v dari Ab = f persamaan (1), maka nilai Ab bisa dicari.

Mencari reaksi Ba 7 MS = 0 (bagian kanan) persamaan (2) maka nilai Ba bisa dicari. Ba . f = 0 Bv . b Ba = dengan memasukkan nilai Bv dari f Bv.b

Lihat posisi Ba dan Ab dan Ab ( )

merupakan reaksi yang arahnya miring Ba ( )

Ba cos E Ba E Ab sin E Ba sin E Ab

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-90-

Kedua

reaksi

ini

harus gaya dan

diuraikan gaya

menjadi vertical

yang

horizontal Ab diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu : Ab cos E( ) merupakan uraian horizontal dan Ab sin E() merupakan uraian vertical sedang.

Ba juga diuraikan menjadi 2 (dua) gaya yaitu : Ba cos E() merupakan uraian horizontal dan Ba cos E() merupakan uraian vertikal.

Bagaimana dengan komponen -komponen itu selanjutnya ? Ternyata : Ab cos E = HA pada cara pendekatan 1 yaitu merupakan reaksi horizontal di A. ( ) Ba cos E= HB pada cara pendekatan 2 yaitu merupakan reaksi horizontal di B. () dan : VA () = Av ( ) + Ab sin E () pendekatan 2 gambar (b) dan

Pendekatan 1 gambar (a) VB ()

= Bv () + Ba sin E () pendekatan 2 gambar (b)

Pendekatan 1 gambar (a)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-91-

4.1.3.2. Mencari Gaya-gaya Dalam


Seperti telah diketahui sebelumnya, gaya-gaya dalam yang ada pada suatu balok adalah gaya dalam momen (M), gaya lintang (D) dan gaya normal (N).

P Untuk balok yang lurus, bukan pelengkung, seperti pada gambar (4.8), maka dengan mudah B kita menggambarkan bidang momennya (Bidang M) dan bidang gaya lintangnya (Bidang D). RA Karena bidang M merupakan fungsi x Mx = RA . x, (x dari 0 ke a) linear dan bidang D dari 0 ke a). merupakan nilai konstan Dx = R A (x

A a RA l Bidang + b

P.a.b l RA +

Bidang D RB

Gambar 4.8. Gaya dalam untuk balok diatas 2 perletakan

Bagaimana dengan bidang gaya dalam pada pelengkung ?. x q kg/m Lihat pada gambar 4.9 disamping, dimana suatu pelengkung 3 sendi dibebani beban terbagi rata q kg/m . Jika x adalah titik yang ditinjau bergerak dari A s/d B, maka Mx = V A . x q x - HA . y I = VA . x q x gambarnya adalah parabola seperti pada I sub bab 4.1.2.3 Gambar (c). II II = HA . y HA = konstan nilainya y = jarak titik dasar ke pelengkung

S y

A HA VA Gambar 4.9 Pelengkung 3 sendi dengan beban terbagi rata HB

B VB

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-92-

y adalah merupakan persamaan parabola dari pelengkung, dimana pada umumnya persamaannya adalah : y = II = HA.y gambarnya juga parabola

4 fx (l  x ) l

Jadi Mx = I II merupakan penggabungan 2 parabola yaitu parabola I dan II yang tidak mudah penggambarannya !. * Bagaimana dengan bidang D (bidang gaya lintang)

Kita lihat titik dimana x berada di situ ada x Hx S Vx Vx dan Hx. Vx = V A q . x (jumlah gaya -gaya vertikal

di x kalau di hitung dari bagian kiri) Hx = H A

HA VA

HB

VB

Gambar 4.10. Gaya vertical dan horizontal disuatu titik pa da pelengkung 3 sendi Bagaimana nilai Dx dan Nx ? gaya-gaya tersebut Vc dan Hx harus

diuraikan ke gaya -gaya yang B (tegak lurus) dan // (sejajar sumbu) Dimana posisi sumbu batang?. Posisi sumbu batang adalah merupakan garis singgung dimana titik x berada. Garis singgung tersebut membentuk Garis singgung di x sudut E dengan garis horizontal. maka Vx dan Hx harus diuraikan ke

E

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-93-

Hx sin E Vx sin E E Vx cos E Vx Hx E

Hx cos E

* Uraian Vx ke garis singgung singgung

* Uraian Hx ke garis

Gambar 4.11. Uraian Vx dan Hx pada sumbu batang Dx = jumlah komponen yang B garis singgung Nx = jumlah komponen yang // garis singgung, maka Dx = Vx cos E Hx sin E

Jumlah gaya dari kiri bagian arah ke atas tanda (+)

Jumlah gaya dari kiri bagian dengan arah ke bawah tanda (-)

Nx = - Vx sin E,x cos E = - ( Vx sin EHx cos E   Kedua gaya ini menekan batang tanda (-) Dari uraian tersebut diatas kalau kita mau menggambar bidang D (gaya lintang) atau bidang N (gaya normal) akan mendapat kesulitan. Karena setiap letak x berubah garis singgung akan berubah sudutnya dan nilai E akan berubah lihat gambar bawah. Garis singgung Garis singgung

x di sebelah kanan titik puncak

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-94-

Gambar 4.12. Perubahan arah garis singgung Biasanya yang ditanyakan dalam struktur pelengkung bukanlah bid ang momen (Bid. M); bidang gaya lintang (Bid. D) ataupun bidang normal (Bid. N). Namun biasanya yang ditanyakan adalah besarnya nilai momen, nilai gaya lintang, dan nilai gaya normal di salah satu titik di daerah pelengkung tersebut.

Contoh Penyelesaian Contoh 1 3 t/m Diketahui : Pelengkung 3 sendi dengan persamaan 4fx(lt  x ) parabola y = l y = jarak pelengkung dari garis horizontal dasar x = aksis yang bergerak secara horizontal dari A ke B l = bentang pelengkung f = tinggi pelengkung H B Pelengkung tersebut dibebani secara terbagi rata q = 3 t/m .

S Ec C yc f=3 m

H 2.5 m xc VA 5m

VB 5m

Gambar 4.13. Pelengkung 3 sendi dengan beban terbagi rata

Dintanya : Nilai

VA; VB; H; Mc; Dc dan Nc

Dimana c terletak sejarak x c = 2.5 m dari titik A.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-95-

Jawab : Lihat notasi reaksi yang ada di perletakan A dan B; di A ada V A dan H dan di B ada V B dan H Reaksi horizontal di A ditulis H buk anlah H A demikian juga, reaksi horizontal di B ditulis H bukanlah H B (HA) dan di B (H B) adalah sama. yang berarti reaksi horizontal di A

HA = HB

kenapa ? dengan mengacu bahwa 7H = 0 maka H A = HB = H

dimana beban luar

secara horizontal tidak ada

Mencari V A dan VB 7 MB = 0 7 MA = 0 mencari H 7 Ms = 0 (kiri bagian dari S) VA . 5- H . 3 H= q . (5) = 0 VA . l VB . l q.l. l = 0 q. l. l = 0 VA = .3.10 = 15 ton (o) VB = 15 ton (o)

V .5  1 / 2.q (5) 15.5  1 / 2 . 3 . 25 ! ! 12.5 ton 3 3

y Mencari ordinat titik c guna mencari Mc dengan persamaan parabola y = 4 fx (l  x ) l

untuk x = 2.5 m yc = 4.3.2,5 (10  2,5) ! 2,25 m 10

y Mencari Mc (momen di titik c) dihitung dari kiri c Mc = VA .Xc = 15 . 2,5 H.yc .q.Xc . 3 . 2,5 = 0 (nilai momen = 0) y Mencari gaya normal dan gaya Hc Vc A 2.5m Gambar 4.14. Sudut Ec B Menentukan nilai Ec y= Ec lintang Untuk mencari gaya lintang maupun gaya normal pada potongan x, maka

12,5 . 2,25

4 f x (l  x ) 4 f (l  2 x y' ! l l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-96-

kita perlu mencari sudut Ec yaitu sudut yang terbentuk antara garis singgung di titik c dan garis horizontal.

Vc = VA

q.x = 15

3.2,5 = 7,5 ton (o)

Hc = H = 12,5 ton ( )

Dc = Vc cos Ec = 7,5 . 0,8575 = 6,4312

Hc sin Ec 12,5 . 0,5145

6,4312 = 0 Hc sin Ec Ec

Vc sin Ec Ec Vc cos Ec Vc Hc

Hc cos Ec

Gambar 4.15. Uraian gaya Vc dan Hc

Nc = - (Vc.sin Ec + Hc cos Ec) = - (7,5 . 0,5145 + 12,5 . 0,8575) = - 14,5774 ton Dari Mc hasil = nilai gaya dalam tersebut tampak bahwa nilai

0; Dc = 0; Nc = -14,5774 ton, jadi ini jelas bahwa struktur

pelengkung ditekankan menerima gaya tekan. Contoh 2 xc=2.5m xp=2m C P=6t yp HA yc f=3 m HB Diketahui : S Pelengkung 3 sendi dengan persamaan 4fx(l  x ) bentang l = 10 m parabola l dan tinggi f = 3 m persis seperti pada contoh 1, hanya beban luar yang berbeda yaitu P = 6 ton ( ) horizontal

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-97-

Gambar 4.16. Gambar pelengkung 3 sendi pada contoh soal

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-98-

Jawab : Karena ada beban horizontal maka H A { HB Mencari V A dan V B Untuk mencari VA dan VB perlu tahu tinggi yp untuk Xp = 2 m 4.3.2 (10  2) ! 1,92 m Yp = 10 7 MB = 0 VA . l + P.yp = 0 VA . 10 + 6 . 1,92 = 0 VB . l - P.yp = 0 VB . 10 - 6 . 1,92 = 0 VA + VB = 0 cocok

VA = -1,152 ton (q)

7 MA = 0

VB = + 1,152 ton (o)

7v=0

Mencari H A dan HB 7 M S = 0 (kiri) 7 MS = 0 VA . l - 1,152 . 5 - 5,76 HA = 7 M S = 0 (kanan) 7 MS = 0 VB . l 1,152 . 5 HB . f = 0 HB . 3 = 0 HB = 1,92 ton (n) HA . f HA . 3 P(f 6 (3 yp ) = 0 1,92) = 0

HA . 3

6 . 1,08 = 0

 5,76  6,48 ! 4,08 ton (n) 3

Kontrol

7H = 0 P + HA + HB = 0 6 4,08 1,92 = 0 (cocok)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK)

-99-

Mencari M, Dc dan Nc
Seperti pada contoh 1 yc = 2,25 m

Ec = 30,96 sin Ec = 0,5145; cos E = 0,8575

Mc = - V A .Xc + HA . yc

P (yc

yp)

C P=6 t yc HA VA

Ec

Mc 1,92)

= -1,152 . 2,5 + 4,08 . 2, 25

6 (2,25

= - 2,88 + 9,18 HB = 4,32 tm

1,98

VB

Hc C Hc Vc P Vc sin E HA VA Gambar 4.17. Distribusi Vc dan Hc Vc Vc cos E Ec

Hc sin Ec Ec

Hc cos Ec

Vc = 1,152 ton (q) Hc = 6 0,5145 4,08 = 1,92 ( )

Dc

= - Vc cos Ec

Hc sin Ec 1,92 .

= -1,152 . 0,8575

= -1,9757 ton Nc = + Vc sin Ec Hc cos Ec

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 100-

= 1,152 . 0,5145 0,8575 = - 1,0537 ton

1,92 .

4.1.4. Latihan Untuk mempraktekan teori -teori yang ada diuraian depan, maka perlu diadakan suatu lat ihan sebagai berikut : 1). q=2 P = 6t c S Suatu pelengkung 3 sendi ABS dengan beban terbagi rata q = 2 t/m sepanjang setengah bentang; dan P = 6t vertical terletak sejarak 2 m horizontal dari B. 2m HB 2m VA 4m 4m VB Ditanyakan : VA; HA; VB; HB; Mc; Nc; Dc

f=3 m A HA B

Persamaan Parabola : y= 2).

4 f x (l  x ) l
q=3 Suatu pelengkung terbagi rata q setengah bentang terletak di sejarak 2 S Ditanyakan : VA; HA; VB; HB; Mc; Nc; Dc f=4 m sendi ABS dengan beban = 3 t/m sepanjang dan P = 4 ton horizontal m dari A.

c P = 4t

HA

HB

B Persamaan parabola : y = VB 4 f x (l  x ) l

Xp=2 m

VA

Xc=3 m

5m

5m

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 101-

4.1.5. Rangkuman o Pelengkung 3 sendi adalah struktur jembatan yang dipergunakan untuk penampang sungai yang mempunyai dasar cukup dalam. o Struktur tersebut masih merupakan struktur statis tertentu yang bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan. o Yang biasanya dicari dalam struktur pelengkung adalah nilai momen, gaya lintang dan gaya normal di salah satu titik. Sedang bidang momen, bidang ga ya lintang dan bidang normal tidak dihitung karena penggambarannya cukup kompleks.

4.1.6. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat sebagian jawaban darsoal -soal tersebut diatas sebagai kontrol.

Soal No. 1 Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda Reaksi Vertikal A B Reaksi Horizontal A B Data Pendukung yc y Sin E Cos E 7,5 ton 6,5 ton 4,667 ton 4,667 ton 2,25 m 0,75 0,6 0,8 o o p n

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 102-

Momen Gaya Lintang Normal

C C C

0,5625 tm ~0 5,8336 ton

(-) (-)

Soal No. 2 Keterangan Titik Nilai Arah / Tanda Reaksi Vertikal A B Reaksi Horizontal A B Data Pendukung yc y Sin E Cos E Momen Gaya Lintang Normal C C C 10,226 ton 4,774 ton 1,9675 ton 5,9675 ton 3,36 m 0,64 0,539 0,842 7,3672 tm 2,184 ton 5,6854 (+) (-) (-) o o p n

4.1.7. Daftar Pustaka 1. Soemono Statika I ITB, bab 2. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM, bab

4.1.8. Senarai Pelengkung sendi : struktur pelengkung di suatu jembatan dimana salah satu sendinya (selain perletakan), berfungsi supaya

pelengkung tersebut menjadi statis tertentu.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 103-

4.2. Garis Pengaruh Pelengkung 3 Sendi 4.2.1. Pendahuluan Seperti pada balok diatas dua perletakan, s truktur pelengkung 3 sendi difungsikan sebagai jembatan yang mana diatasnya selalu ada muatan yang berjalan. Untuk mencari besarnya gaya dalam (momen, gaya lintang) pada suatu titik dipelengkung tersebut perlu adanya garis pengaruh. 4.2.2. Pengertian Dasar Pengertian tentang garis pengaruh pada pelengkung 3 sendi sama dengan pengertian garis pengaruh pada balok menerus, yaitu besarnya reaksi atau gaya -gaya dalam disuatu tempat yang diakibatkan muatan berjalan sebesar satu satuan muatan. 4.2.3 Prinsip penyelesaian. a. Garis Pengaruh Reaksi x P S G.P. V A dan V B (garis pengaruh reaksi di A dan B) P berjalan dari A ke B, 6 MA = 0 VA H l a
G.P V B

VB =

Px l

f
H b

VB

VB Untuk P di A ; x = 0 Untuk P di B ; x = l

VB = 0 V B = 1 ton

6 MB = 0
VA =

P (l x) ton (linier) l


V A = 1 ton VA = 0

(+ G.P VA (+) 1t G.P. H


P. a . b l .f

Untuk P di A ; x = 0 1t Untuk P di B ; x = l

G.P.H (Garis Pengaruh reaksi horizontal) HA = HB (karena beban hanya vertikal) Jika P berjalan dari A ke S (li hat bagian kanan S) 6 MS = 0 H=
VB . b = f

VB . b

H . f = 0,

VB .

b f

VA .

a f

Px b . ton (di persamaan atas V B = l f

Gambar 4.18. Garis pengaruh V A, V B dan H

Px ) l

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 104-

Untuk P di A ; x = 0 p H = 0 Untuk P di S ; x = a p H =
P. a .b ton l.f

Jika P berjalan dari S ke B (lihat bagian kiri S): H.f = 0 a H = VA . f ton H=

6MS = 0

VA . a -

P ( l  x ) a ton f l

dipusatkan

VA =

P (l  x ) l

Untuk P di B ; x = l Untuk P di S ; x = a

H=0 P. a.b ton H= l .f v G.P. M C (Garis Pengaruh Momen dititik C). Jika P berjalan di kanan Potongan C (dari C ke B), maka lihat kiri potongan (kiri C). M C = VA . u - H . c I II (dibagi menjadi dua bagian I dan II)

VA

c
A H a

VB P dikiri potongan C (dari A ke C) lih at kanan potongan. B H b MC = VB . v - H . c I II (dibagi menjadi dua bagian I dan II) Bagian I VA . u dan V B . v sama dengan G.P. M C pada balok di atas dua perletakan

l G.P. bagian I (+)

P . u .v l
G.P. bagian II (-)

Untuk P di C

maka M C = P . u . R
l

C u VA VB Bagian II H.C = G.P. H x C v

P. a .b c l .f

G.P. M C Garis Pengaruh Total (M C) sama dengan jumlah dari garis pengaruh bagian I dan bagian II (+ (-)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 105-

Gambar 4.19. Gambar GP.Mc C. Garis Pengaruh Gaya Lintang (D) dan Normal (N) u VA S C VA D H f V C = VA HC = H VA sin D VA diuraikan VB menjadi gaya VA cos D D yang sejajar C ( // ) dan ( ^ ) garis B singgung di C, VA sin D dan V A cos D. HC = H H cos H diuraikan D E menjadi gayaD gaya yang Sin sejajar ( // ) H sin dan tegak lurus VA yaitu H cos D dan H sin D, sehingga: NC = - (VA sin D + H cos D ) I II DC = VA cos D - H sin D I II I -> identik dengan G.P. Gaya Lintang balok diatas 2 perletakan untuk G.P. Gaya normal perlu dikalikan sin D dan untuk G.P Gaya Lintang perlu dikalikan cos D v G.P. N dan D Jika P berada dikanan C (lihat dari A ke C)

H a l G.P. NC bagian I Q sin E l (+) ( - ) v sin E

H b

GP VB sin GP. V A Sin D D GP NC Bagian II ()

P. a . b cos E l .f

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 106-

v sin E l

GP NC Total ( I dan II ) II (-)


a .b cos E l .f

identik dengan garis pengaruh gaya horizontal (H), untuk GP. Gaya normal perlu dikalikan cos E dan untuk GP. Gaya lintang

G.P. NC
v cos E l

perlu dikalikan cos sin E

(-) (+) VB cos E


v cos E l

Mencari Nilai E Persamaan parabola VA cos E GP.DC bagian II y= y = 4fx (lt  x ) l 4f ( lt  2 x ) l

Pab sin E lf

u cos E l

GP DC Total (I + II)

Mencari nilai E Persamaan parabola 4fx (l  x ) y= l 4f ( l  2 x ) l Untuk nilai x tertentu E bisa dicari y' =

(-)

v cos E l.
G.P. D C a b sin E l. f

Gambar 4.20. Garis pengaruh gaya lintang (D) dan gaya normal (N)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 107-

1. Contoh Soal x C P S EC

Diketahui : suatu pelengkungan 3 sendi seperti pada gambar dengan persamaan parabola:

4 fx ( l  x ) l Ditanyakan : G.P reaksi dan G.P. Nc dan Dc Y= f =3 m Jawab : H B VB GP V A MB = 0 P (l  x) lx ton = ton VA = l l Untuk P di A x=0 VA = 1 ton Untuk P di B x=l VA = 0 G.P. V B MA = 0 Px x VB = ton ! ton l l 1tUntuk P di A Untuk P di B x=0 x= l VB = 0 VB = 1 ton

A VA 2.5 m

H 5m l G.P. VA 5m

1t

(+) G.P. V B t (+) G.P. H (+) 5/6

G.P. H P berjalan antara A - S (lihat kanan S) MA = 0 MS = 0 VB = VB


Px x ! l l

Gambar 4.21. GP VA; VB dan H dari pelengkung 3 sendi

1 l - H.f = 0 2 VB . 5 - H. 3 = 0 H= VA . 5 3 ( l  x ) 5 (10  x ) 5 H= . ! t l 3 10 3 Untuk P di B x = 10 H=0t Untuk P di S x=5 H= 105 5 5 5 5 ! t . ! 10 3 10 3 6 .a.b 1.5.5 5 Atau H = ! ! t l. f 10.3 6


MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 108-

S i VA cos E

VA VA sin E EC VC = VA HC = H

A G.P. NC Bagian I (+ 0.3858 0.1286 t (-) G.P. NC Bagian (-)


0.714 t

B H cos E EC H sin E NC = - (VA sin E + H cos E) I = VA cos E - H sin E I II II

DC G.P NC 0.5144 t ( -) 0.9712 (-) 0,2143 Bag.I (+) G.P.D C

Mencari nilai EC 4 f .x (l  x ) 4.3 (10  x ) ! Y= l 10 4 f ( l  x ) 4 . 3 x (10  2 x ) ! l 10 4.3 (10  5) 60 3 Untuk x = m y' = ! ! 100 100 5 y' =3/5 = arc tg EC EC = 30.96 sin E = 0.5145 cos E = 0.8575 .G.P. NC NC = - (VA sin E + N cos E) Y' = I I untuk P di C II x = 2.5 m VA = t VB =

0.643 1 G.P. DC bag. II (-) 0.42875

(-)

G.P. D C 0.4286

t VA sin E = . 0,5145 = 0,3858 VB sin E = . 0,5145 = 0,1286 II H cos E Untuk P di S H cos E = 5/6 . 0,8575 = 0,714 G.P. D C DC = V A cos E - H sin E Untuk P di C x = 2,5

0,428 8 Gambar 4.22. GP Nc dan Dc pada pelengkung 3 sendi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 109-

4.3.

Muatan tak langsung untuk pelengkung 3 sendi

4.3.1. Pendahuluan Seperti pada balok menerus, pada pelengkung 3 sendi ini pun terdapat muatan yang tak langsung. Pada kenyataannya tidak pernah ada muatan yang langsung berjalan diatas gelagar pelengkung 3 sendi, yang melewati diatas pelengkung 3 sendi harus melalui gelagar perantara. Gelagar perantara Kolom perantara Pelengkungan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 110-

Gambar 4.23. Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

4.3.2. Prinsip dasar Prinsip dasar penyelesaiannya sama dengan muatan tak langsung pada balok. Muatan akan ditransfer ke struktur utama, dalam hal ini pelengkung 3 sendi, melewati gelagar perantara dan kemudian ke kolom perantara.

q = kg/m

q kg/m P

R1 R1

R2 R2

R3 R3

R4 R4

R5 R5

R6 R6

P L =5P

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 111-

(a). Kondisi pembebanan kolom

(b). transfer beban lewat perantara

P
q = kg/m

R1

R2

R3

R4 a P b

R5

R6

(c) Perhitungan nilai R (beban yang ditransfer)

R1 = q . P = qP R2 = q . P = qP = qP + (L/P )P R3 = q . P + (b/P ). P R4 = a P P

R5 = R6 = 0 Gambar 4.24. Distribusi beban pada pelengkung 3 sendi

1t 1t q = 1 t/m 2 3 S 4 a a5 6

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 112-

Contoh. Muatan Tak Langsung Pelengkung 3 Sendi. Pada

Suatu konstruksi pelengkung 3 sendi dengan muatan tak langsung seperti pada gambar. Prinsip penyelesaian sama dengan muatan tak langsung pada balok sederhana diatas 2(dua) perletakan.

. .

Beban dipindahkan ke pelengkungan melalui gelagar. Menjadi (R1; R2; R3; R4 dan R5) b R2 = R3 = P.qton R5 R6 Vc = Av R1 R4 = 0.5 ton R5 = 1.5 ton

a R1 R2 C R3 S
e
. .

R4

Yc HA VA HB VB

Hc = H Mc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc Vc = VA.Xc-R2.e-HA.Yc
Nc = -(Vc . sinE + Hcos E)

Dc = Vc. Cos E - Hc sin E

Vc Vc cos E

Vc sin E Ec C

Hc cos E C Hc Hc sin E

Gambar 4.25. Distribusi beban pada pelengkung 3 sendi

4.4. Garis pengaruh gelagar tak langsung pada pelengkung 3 sendi 4.4.1. Pendahuluan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 113-

Seperti biasanya pada sutau jembatan tentu selalu dilewati muatan yang berjalan diatasnya, untuk itu garis pengaruh selalu diperlukan untuk mencari reaksi atau gaya-gaya dalam (M,N,D) disuatu ttitik pada gelagar tersebut. 4.4.2. Prinsip Dasar Sama seperti pada balok diatas gelagar tak langsung 2 tumpuan, transfer beban hanya disalurkan lewat kolom perantara. Beban standart yang dipakai adalah muatan berjalan sebesar satu satuan. (1 ton, atau 1 kg atau Newton) .

P
.

P
.

P
.

P
.

Seperti garis pengaruh pada gelagar tak langsung diatas-atas 2 tumpuan. B Bagaimana garis pengaruh momen dipotongan I pada gambar dengan gelagar tak langsung (gambar a).

P P + 1,5 P . 2,5 P 15 ! P P 8 GP M I untuk gelagar langsung Gambar 4.26. Garis pengaruh momen di potongan I untuk gelagar langsung P
54,33

 Gambar b adalah gambar garis pengaruh mome n dipotong I (GP M I) untuk gelagar langsung dengan puncak dibawah potongan I, dengan ordinat 1,5P .25P 15 ! P puncak adalah 4P 8  Kalua gelagarnya tak langsung, maka kalau diperhatikan beban tak pernah lewat diatas potongan I, karena potongan I tersebut terletak diantara gelagar lintang C dan D.
Kalau muatan berada diatas gelagar C D beban tak penuh melewati tepat pada potongan I P

P
54,33

P
54,33

P
54,33

A C I D E

y1 y

y2

C P1

D P2

GP M I gel. langsung y1 y2 Beban tersebut selalu ditransfer ke gelagar lewat titik C dan D dengan C D I nilai P1 dan P2. Jadi ordinat yang bawah titik I adalah (P1.Y1 + P2.Y2). Jika letak

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 114-

GP. M I gel. tak langsung y1 + y Gambar 4.27. Garis pengaruh m omen di potongan I untuk gelagar tak langsung

potongan I ditengah -tengah C-D maka ordinat dibawah potongan I adalah y 1 + y2

y1

y2

y1 + y Jadi garis pengaruh untuk gelagar tak langsung sama dengan garis pengaruh pada gelagar langsung dengan pemotongan puncak dipap ar dimana titik tersebut berada. Pemaparan pada gelagar disebelah kiri dan kanan dimana titik berada seperti pada gambar d.

Contoh Suatu struktur pelengkug 3 sendi dengan gelagar tak langsung seperti pada gambar. Gambarkan Garis pengaruh Mc , Dc dan Nc

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 115-

Penyelesaian; Untuk garis pengaruh gelagar tak langsung. S


.

C yc
.

Penyelesaiannya sama dengan beban langsung, Cuma dipapar pada bagian gelagar yang bersangkutan.

f H R VB

H VA Q
.

GP Mc = VAx  H.yc . ]  II I

b GPMc bagian I

P.Q.Y l

I +

pemaparan GPMc bagian II pemaparan P.a .b yc l.f G.P. Mc total (bag I + bag II)

II

P.Q.Y l

P.a .b yc l.f G.P.Nc = - (Av sin E + H cos E )

pemaparan Sin E

pemaparan

P.a .b cos E lf pemaparanG.P.Dc = Av cos E - H sin E

Cos E

P.a.b sin E lf pemaparan

Gambar 4. 28. 4.5. Judul : Portal 3 sendi 4.5.1. Pendahuluan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 116-

Bentuk dengan suatu struktur adalah bermacam-macam, bisa berupa balok menerus, balok gerder, pelengkung 3 sendi dan gelagar lainnya. Kalau dibagian sebelumnya ada struktur pelengkung 3 sendi, maka bentuk lain dari struktur tersebut adalah portal 3 sendi sepeti tergambar dibawah ini

Gambar 4.29. Bentuk portal 3 sendi Portal 3 sendi adalah suatu penyederhanaan sederhana dari pelengkung 3 sendi supaya penyelesaiannya lebih sederhana dan tidak perlu memakai gelagar yang tak langsung.

4.5.2. Prinsip Dasar Prinsip dasar penyelesaian nya sama dengan pelengkung 3 sendi yaitu memakai 2 pendekatan

Pendekatan I

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 117P1 S a1 a2

S2
P1 P2

b1 b2 B VB h' HB

h
h

A VA

HA

a L

Gambar 4.30. Arah reaksi -reaksi dari portal 3 sendi untuk penyelesaian dengan cara pendekatan I Prinsip penyelesaiannya sama den gan pada pelengkung 3 sendi yaitu memakai 2 pendekatan.

Pendekatan I 2 cara seperti pada pelengkung 3 sendi. 7 MA = 0 7 MS = 0

VB.l + HB.h VB.l + HB. (h

P2 . a 2 h)

P1 . a 1 = 0 P2 . S 2 = 0

VB dan H B dapat ditentukan

(dari kanan) 7 MB = 0 7 MS = 0 (dari kiri)

VA.l + HA.h VA.a + HA.h

P 1 . b1

P2 . b2 = 0

P 1 . S1 = 0

VA dan H A dapat ditentukan

Pendekatan II

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 118P1 P1 P2 S

S1
a1 a2

S S2
b1 b2

h
BA

B BV A AV AB h'

P1 S

P1

ff
B BA BV

A AV

AB

Av A

AB HA

HB BA

B Bv

Gambar 4.31. Arah reaksi portal 3 sendi dengan cara pendekatan II

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 119-

Cara 2 7 MB = 0 Av.l Av = P1 . b 1 P2 . b 2 = 0 P1.b1  P2 .b 2 l

7 MA = 0 Bv.l Bv = P1 . a 1 P2 . a 2 = 0 P1.a 1  P2 .a 2 l Nilai A B . f = HA . f

7 MS = 0 (kiri) Av.a P1 . S 1

HA . f AB . f = 0

.a  P1 . S1 AB = Av f 7 MS = 0 (kanan) HB . f Bv.b BA = P2 . S 2 f BA . f = 0 Bv . b  P2 . S 2 Nilai BA . f = HB . f

AB dan B A diuraikan HA = AB cos E HB = BA cos E Av = A B sin E Bv = B A sin E Maka : VA = Av + Av VB = Bv Bv HA = AB cos E HB = BA cos E

Contoh

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 120-

Suatu struktur portal 3 sendi seperti pada gambar , selesaikanlah struktur tersebut. P =1 m Penyelesaian; P1 q 2t/m' S 4t Memakai pendekatan 2 D
C 4m

AB 2m B

Av HB
3m 3m

HA E AB Av BA E HB Gambar 4.32. Skema reaksi yang terjadi dalam portal 3 sendi HA = 1,3 ton Av = H A . tg E Av = 1,3 . 2/6 = 0,4333 ( q) Bv = 0,4333 (o) 4t P1
S D

A A

1.3t

4.7334t

7 MB = 0 5m (f ) HA
BA B

Av.l q . 3 . 4,5 -

P.1 = 0

Av.6 2.3. 4,5 4.1 = 0 Av = 27  4 ! 5 1 / 6 ton 6

7 MA = 0 Av.l P.5 - q . 3 . 1,5 = 0

Bv

Av.6 4.5 2.3 . 1,5 = 0 Bv =


20  9 ! 4 5 / 6 ton 6

MS = (dari kiri) Av . 3 2.3 . 1,5 HA.5 = 0 Bv HB = 4 5/6 . 38 ! 1.3 ton n 5 Av 0,4333 = 4,7334 t

VA = Av = 5 1/6

VB = Bv + 0,4333 m = 4 5/6 + 0,4333 = 5,2666 t Kontrol : 7 Kontrol : 7


V

=0

6 + 4 = 4,7334 + 5,2666
H

=0

2t/m'

HA ( ) = HB (n)

Pusat

1.3t

B
B

5,2666 t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 121Bidang M (momen)

5,2 tm

7,8 tm -

Mc = -HA . 4 = -1,3.4 = - 5,2 tm Mmax teletak di D = 0 x = 2,3667 m (daerah cs) x = 2,3667 VA . 2,3667 Mx = -HA . 4 + . q (x)

- C

A x 4,7334 t + 4 +
BIDANG D BIDANG M

B 1,2666 t

Mx = -1,3 . 4 + 4,7334 . 2,3667 . 2 (2,3667) = -5,2 + 11,20254 5,2666 t 5,60127

= 0,40127 tm (M max) MD = -HB . 6 = -1,3 . 6 = - 7,8 tm Momen dibawah beban P MP=VB.1 H B.6 = 5,2666.1 7,8

1,3 t

1,3 t 1,3 t 4,7334 t


BIDANG N

1,3 t

= - 2,5334 tm Bidang D (gaya lintang) Daerah A-C Daerah C-D Di S D = -HA = -1,3t Dx = VA qx

x=3m 6 = -1,2666 tm D = -HB = -1,3 t

5,2666 t Gambar 4.32. Bidang M, N, D portal 3 sendi

Ds = 4,7334 Daerah B-D

Bidang N (gaya Normal) Daerah A-C = -4,7334 ton Daerah C-D = -1,3 ton Daerah B-D 5,2666 tm N = -V B = N = -HA = -HB N = -VA

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 122-

4.6. JUDUL : BALOK GERBER PADA PORTAL 3 SENDI 4.6.1. Pendahuluan Seperti pada balok menerus diatas 2 perletakan, maka untuk memperpanjang bentang, dibuat balok gerber dari portal 3 sendi dengan skema struktur seperti pada Gambar (a). S S1 C
(a)

S = sendi dari portal 3 sendi S1 = sendi gerber A B

RS1

C Rc
Gambar 4.33. Skema pemisahan struktur gerber portal 3 sendi menjadi 2 bagian

RS1

(b )

Prinsip penyelesaian dasar seperti pada Balok gerber biasa.

4.6.2. Prinsip Penyelesaian Dasar S1 C R S1 R S1

Dipisahkan

dulu

struktur

gerber

tersebut menjadi 2 ba gian, dimana kedua-duanya harus merupakan

konstruksi statis tertentu.

Harus pula diketahui mana struktur yang ditumpu dan mana pula

struktur yang menumpu.

Struktur yang ditumpu diselesaikan dulu dan reaksinya merupakan yang

Gambar 4.34. Skema pemisahan struktur gerber portal 3 sendi

beban

pada

struktur

menumpu.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 123-

4.6.3.

Contoh Penyelesaian
P1 S S1 C

GERBER PADA PORTAL 3 SENDI q t/m

S = sendi portal S1 = sendi gerber A B

Penyelesaian dengan prinsip balok gerber P1

sama pada

Balok S 1-C merupakan struktur yang ditumpu dari portal 3 sendi RS1 q t/m S RS1 A B S, merupakan struktur yang menumpu. RC

HA A

HB B

VA

VB

Reaksi R S1 pada struktur S1-C merupakan beban pada struktur portal sendi A B S 1. Baik struktur S 1-C ataupun struktur A B S 1 kedua-duanya merupakan struktur sta tis tertentu

Gambar 4.35. Pemisahan struktur gerber portal 3 sendi Penyelesaian kedua struktur tersebut, baik S 1-C maupun A B S 1 diselesaikan seperti biasanya, termasuk penyelesaian gaya -gaya dalamnya.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 124-

4.7. Garis Pengaruh Gerber Pada Portal 3 Sendi 4.7.1. Pendahuluan Seperti biasanya, bahwa jembatan gerber pelengkung 3 sendi selalu dimuati oleh suatu kendaraan yang berjalan. Jadi untuk menghitung besarnya reaksi, besarnya momen serta gaya lintang disuatu titik memerlukan suatu garis pengaruh. 4.7.2. Prinsip Dasar Untuk menghitung garis pengaruh tersebut perlu diketahui mana struktur yang ditumpu dan mana yang menumpu. (a) S S1 C Seperti pada gambar (a) dan (b) struktur S,C adalah yang

ditumpu sedang struktur ABS 1 adalah struktur yang menumpu

Kalau A B

muatan

berada

diatas

struktur ABS1, maka RS 1 dan Rc di struktur S 1C tidak ada, namun S1 C sebaliknya jjika muatan berada

diats S1C maka reaksi-reaksi di struktur ABS 1 ada.

S (b)

A B Gambar 4.36. Pemisahan struktur pada gerber portal 3 sendi

4.7.3. Contoh Penyelesaian

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 125-

GARIS PENGARUH GERBER PORTAL 3 SENDI x u E A D S P v B S1 C

f A c H a l b H B d e

d l
-

l c l

GP.R A

1t

C l

V l

1t

l d l
GP.R B
+

c l

d l
a.d l.f

GP.DD

Q l GP.RB
b.c l .f

GP.RA
a.b l .f -

GP.ND=GP.H

u.v l

a.b a.b .f ! l. f l

d.a l cb l GP.M D

cb l

Gambar 4.37. Garis pengaruh pada gerber portal 3 sendi GP.RA

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 126-

RA = P di E P di A P di B

l x ton l x=-c x=0 x=l RA = RA =

l c ton l

l ! 1 ton l

R A = 0 ton RA = d ton l

P di S 1

x=l+d

GP.RB RB = P di E P di A P di B P di S 1
x ton l

x=-c x=0 x=l

RB =

c ton l

RB = 0 ton R B = 1 ton RA = l d ton l

x=l+d

GP. DD P berada antara E P berada antara D D C lihat kanan potongan lihat kiri potongan DD = -RB

D D = RA

GP. N D Garis pengaruh N D sama dengan g.p nilai H. P berada antara E lihat kanan S RB . b H = RB . P di E RB = RB = x l

7 Ms = 0 (lihat kanan s)

H.f = 0 b . ~ g.p. R B f

c c l c.b p H ! x p ND !  l l f lf

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 127-

P di S

RB =

a.b a a b p H ! x p ND !  l l f lf lihat kiri S RA . a H= RA = l x t l

P berada antara DC 7 Ms = 0 (lihat kiri s)

H.f = 0 R A .a f

P di S

b a ab RA = b p H ! . p N D !  l l f lf
ab b a RA = b p H ! . p N D !  l l f l f

P di S 1

GP.MD P berada antara D C

M D = RA . Q - H . f I II

I = RA Q = Garis pengaruh M D diatas 2 perletakan P di D MD =


Q.V l

II = H . f = Garis pengaruh H x f.

4.8. Latihan : Garis pengaruh pada Pelengkung dan Portal tiga sendi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 128-

Untuk memacu mahasiswa belajar maka perlu diberi latihan Soal 1. 4m C yc A


H

P = 1 t berjalan Pelengkung 3 sendi seperti tergambar. Pelengkung mengikuti persamaan parabola: y = 4fx (l - x) / l Akibat beban P = 1t berjalan diatas pelengkung, ditanyakan : G.P. VA , G.P. H, G.P. N C , G.P.D C , G.P. M C

f= 4 H H B

H 8m

8m VB

VA

Soal 2. C S D Portal 3 sendi ABCD seperti tergambar Akibat beban P = 1t berjalan diatas portal, ditanyakanL G.P VA , G.PH, G.P N C bawah , G.P D C bawah, G.P NC kanan, G.P D C kanan

A B H

f=3m EE 4m 4m 4m VA H 4m VB

Portal 3 sendi adalah suatu portal yang kondisinya masih statis tertentu. Gerber portal 3 sendi adalah suatu rangkaian antara portal 3 sendi dan balok statis tertentu, dimana dalam penyelesaiannya merupakan gabungan dari penyelesaian masing -masing struktur statis tertentu tersebut.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 129-

4.9. Rangkuman 4.10. Penutup Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa, perlu melihat jawaban soal-soal tersebut seperti dibawah ini.

Keterangan VA

P = 1t dititik A B A S B Yc Y' = tng E Sin E Sin E

Nilai 1t 0 0 1t 0 3m 0.5 0.447 0.894

Tanda / Arah + o

Di A = H

Data pendukung

Keterangan NC

P = 1t di titik A C kiri C kanan S B A C kiri C kanan S B

Nilai 0 0,335t 0.782t 1,1175t 0 0 0,447t 0,447t 0 0 0 1,5t m 1,0t m 0

Tanda / Arah -

DC

MC

A C S B

+ -

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 130-

Soal No. 2 Keterangan VA P = 1t di titik A B A S B A C bawah C kanan S B A C bawah C kanan S B NC kanan A S B A C bawah C kanan B A C S B Nilai 1t 0 0 1,333t 0 0 0,384t 0,084t 1,336t 0 0 0,60t 0,20t 0,40t 0 0 1,333t 0 0 0,25t 0,75t 0 0 1t m 2t m 0 Tanda/ Arah + o

Di A = H

NC bawah

DC bawah

DC kanan

MC

+ -

4.11. Daftar Pustaka Suwarno, VII Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM Bab VI dan

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 131-

4.12. Senarai Pelengkung 3 sendi : struktur pelengkung yang masih statis tertentu Portal 3 sendi = struktur portal yang masih statis tertentu Gerber pelengkung 3 sendi = gabungan antara pelengkung 3 sendi dan balok. Gerber portal 3 sendi = gabungan antara portal 3 sendi dan balok.

MODUL 5 : ARTI KONSTRUKSI RANGKA BATANG DAN CARA PENYELESAIANNYA


5.1. JUDUL : KONSTRUKSI RANGKA BATANG (K.R.B.)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 132-

5.1.2. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan bisa mengerti arti serta cara menyelesaikan struktur konstruksi rangka batang. 5.1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah membaca materi ini mahasiswa bisa mengetahui bentuk -bentuk KRB serta bisa menyelesaikan struktur tersebut dengan beberapa cara pendekatan yang telah dijalankan diajarkan serta tahu persyaratan-persyaratan yang diperlukan. 5.1.4. Pendahuluan Dalam membuat suatu struktur bangunan maka kita harus menyesuaikan dengan material yang ada terutama dengan nilai harga yang paling murah. Jika materialnya dari beton, maka struktur bisa dibuat sesuai dengan keinginan perencana, tapi kalau materialnya dari kayu, ba mbu atau baja, maka kita harus merangkai material tersebut. Rangkaian dari material bambu, kayu atau baja tersebut disebut dengan konstruksi rangka batang. Missal : Rangka batang dari suatu jembatan

Rangka batang dari suatu kuda kuda

Gambar 5.1. Bentuk-bentuk dari suatu konstruksi

Bentuk Rangkaian Konstruksi rangka batang tersebut merupakan rangkaian dari be ntuk segitiga.

Kenapa bentuk ( tersebut dipilih !.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 133-

Bentuk bentuk bentuk bentuk

segitiga (() tersebut dipilih karena segitiga tersebut adalah suatu yang mantap (stabil) tidak mudah berubah. Bagaimana jika tersebut segiempat ( ) segiempat ( ) tersebut tidak stabil. P

segiempat mudah berubah menjadi jajaran genjang.

5.1.5. Bentuk Konstruksi Rangka Batang 5.1.5.1. Bentuk K.R.B. = Suatu konstruksi yang terdiri dari batang -batang yang berbentuk segitiga Segitiga (bentuk teta p). Untuk menyambung titik sudut digunakan plat buhul / simpul. Pada konstruksi baja sambungan -sambungan pada plat buhul

digunakan baut, paku keling atau las. Pada konstruksi kayu memakai baut, pasak atau paku.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 134-

titik buhul

K.R.B = segitiga yang dihubungkan melalui plat buhul pada titik buhulnya

I titik buhul Gambar 5.2. Bentuk Konst ruksi Rangka Batang

+ + + + + + + +

Batang Plat buhul

Titik buhul Paku keling / baut

Gambar 5.3. Detail I, salah satu sambungan

Titik buhul sebagai sambungan tetap / stabil, tapi dalam perhitungan titik buhul ini dianggap SENDI.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 135-

K.R.B. Pada Jembatan

K.R.B. Ruang

terdiri dari

2 K.R.B. sisi

1 K.R.B. atas (ikatan angin atas)

1 K.R.B. bawah (ikatan angin bawah)

K.R.B. Ruang bisa dipisahkan menjadi K.R.B. Bidang. Gambar 5.4. Bentuk konstruksi rangka batang pada jembatan

5.1.5.2. Perletakan :

1 sendi dan 1 lagi merupakan rol karena

konstruksi statis tertentu Sendi Rol 2 Reaksi 1 Reaksi

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 136-

Perletakan sendi

RH

ada 2 reaksi R V = Reaksi vertikal R H = Reaksi horizontal

RV

Perletakan rol RV

ada 1 reaksi R V = Reaksi vertikal

5.1.5.3.

Konstruksi Statis Tertentu Pada K.R.B. (Konstruksi

Rangka Batang) Konstruksi statis tertentu adalah suatu konstruksi yang masih bisa diselesaikan dengan syarat -syarat keseimbangan ; 7H = 0 7V = 0 7M = 0 3 persamaan keseimbangan

Jadi maximum harus ada 3 reaksi yang tidak diketahui (3 bilangan yang tidak diketahui)

Pendekatan Penyelesaian Konstruksi Rangka Batang K.R.B. merupakan kumpulan dari batang -batang yang mana gaya -gaya batang tersebut harus diketahui. Dalam hal ini gaya -gaya batang tersebut beberapa gaya tarik atau tekan. Pada konstruksi dibawah ini (Gambar 5). Jumlah bilangan yang tidak 2 4 4 8 6 diketahui : Reaksi 1 3 1 RH 2 3 6 5 10 7 RV 5 7 9 11 13 Jumlah batang 12 8 Bilangan yang tidak diketahui = 3 + 13 = 16 =3 Jumlah = 13

RV Gambar 5.5. Konstruksi rangka batang bidang

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 137-

Titik simpul : dianggap sendi Jadi tiap-tiap titik simpul ada 2 persamaan Yaitu : 7V = 0 atau 7H = 0 7Kx = 0 7Ky = 0

Pada gambar (5.5) ad a 8 titik simpul jadi ada 2 x 8 persamaan = 16 persamaan Dari keseluruhan konstruksi : Ada 16 bilangan yang tidak diketahui 3 reaksi 13 gaya batang

Ada 16 persamaan (karena masih bisa

Konstruksi statis tertentu diselesaikan dengan syarat -syarat persamaan

keseimbangan)

5.15.4. Rumus Umum Untuk K.R.B. 7k=b+r k = banyaknya titik simpul (titik buhul) b = jumlah batang pada K.R.B. r = jumlah reaksi perletakan

5.1.6. Rangka Batang Gerber Seperti pada balok menerus, maka pada konstruksi rangka batangpun ada balok gerber 2 1 1 A Sendi 2 3 3 4 5 6 5 B rol 4 7 8 9 10 7 6 12 11 13 14 S 9 8 15 10 16 17 11 19 18 20 21 13 12 23 22 14

24 25

26 15 rol C C

Rol (Sendi Gerber)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 138-

Gambar 5.6. Rangka batang gerber

A = sendi B = rol S = sendi gerber C = rol

Jumlah reaksi perletakan

1 sendi + 2 rol 2 2

Jumlah batang

26

Jumlah bilangan yang tidak diketahui = 30

Jumlah titik simpul = 15

Persamaan yang tersedia = 2 x 15 = 30 persamaan. Ada 30 bilangan yang tidak diketahui dan tersedia 30 persamaan Konstruksi statis tertentu Konstruksi statis tertentu 5.1.7. Prinsip Penyelesaian Ada beberapa cara penyelesaian K.R.B. 1. Keseimbangan titik buhul a. Cara analitis dengan menggu nakan 7.Kx = 0 dan 7.Ky = 0 b. Cara grafis dengan metode Cremona

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 139-

2. Metode Potongan : a. Cara Analitis Metode Ritter b. Cara Grafis Metode Cullman 3. Metode Penukaran batang

5.1.8. Keseimbangan Titik Simpul Dalam bagian ini hanya membahas teori tentang keseimbangan titik simpul saja. a. Penyelesaian secara analitis Cara menyelesaikannya dengan keseimbangan titik simpul. y 7H=0 7.V = 0 ata 7.Kx =0 7.Ky = 0

semua gaya yang searah x dijumlahkan demikian juga yang searah y dan resultantenya harus sama dengan rol.

b. Distribusi Beban Konstruksi rangka batang merupakan gelagar tidak langsung, jadi kalau ada beban terbagi rata atau beban titik yang terletak di tengah-tengah antara 2 titik simpul (gelagar lintang) harus diuraikan menjadi beban titik pad simpul -simpul terdekat. P1 = distribusi akibat beban terbagi rata Akibat beban P P2 = distribusi akibat beban terbagi rata dan P P3 = distribusi akibat beban P Akibat

P1

P2

P3

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 140-

c. Contoh distribusi beban pada konstruksi Rangka batang q = 1 t/m (muatan terbagi rata)

4m A B

4m

4m

4m

4m

Muatan terbagi rata tersebut dijadikan mua tan terpusat pada titik -titik simpulnya.

2t 2t A B

4t

4t

4t

Gambar 5.8. Beban terbagi rata didistribusikan menjadi beban titik

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 141-

5.1.9. Contoh Soal 1 Suatu konstruksi Rangka Batang dengan beban sebesar P = 4 ton seperti pada gambar !. selesaikan struktur tersebut.

P A 4t RA = B

RB =

Gambar 5.9. Konstruksi rangka batang dengan beban P = 4t

Mencari reaksi perletakan 7 M A = 0 RB . 4 P - 4 . P = 0 RB = 1t 7 MB = 0 RA . 4 P - 4 . 3P = 0 RA = 3t

Pemberian notasi

Untuk mempermudah penyelesaian, tiap -tiap batang perlu diberi notasi. Untuk batang atas diberi notasi A 1; A2 dan A 1 ; A 2 Untuk batang bawah diberi notasi B 1, B2 dan B1 , B2 Untuk batang diagonal diberi notasi D 1; D2 dan D 1 ; D2 Untuk batang vertikal diberi notasi V 1; V2 dan V 1 ; V 2 serta V 3 Tiap-tiap titik simpul diberi nomor urut dari I s/d X.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 142-

II V1 I

A1 D1

IV V2 III 4t

A2 D2

VI

A2 D2

VIII V2 VII

A1 D1

IX

V3 V

V1 X

B1 3t

B2

B2

B1

Gambar 5.10. Pemberian notasi pada gaya -gaya batang

Penyelesaian keseimbangan titik simpul diselesaikan dengan memakai syarat-syarat keseimbangan pada titik simpul yaitu 7 Kx = 0 dan 7 Ky = 0 Jadi keseimbangan pada tiap -tiap titik tersebut bisa diselesaikan jika terdapat maximum 2 batang yang tidak diketahui, karena hanya menyediakan 2 persamaan yaitu 7Kx = 0 dan 7 Ky = 0. Catatan Mulailah bekerja pada titik simpul yang mempunyai 2 batang yang tidak diketahui. y sebelum mengerjakan perlu perjanjian tanda terhadap gaya -gaya batangnyua y (Anggapan) / perjanjian pada K.R.B. titik simpul Batang tertekan dengan tanda ( -) (gaya menuju titik simpul)

Batang tertarik dengan tanda (+) (gaya menjauhi titik simpul) Penyelesaian Mulai dari titik simpul yang mempunyai 2 batang tak diketahui Titik I V1 B1 Anggap dulu semua batang yang tidak diketahui adalah batang tarik. Jika hasil positif berarti anggapan kita betul batang betul-betul tertarik. Jika hasil negatif berarti anggapan kita salah batang tertekan. Dalam penjumlahan, gaya yang searah diberi tanda sama.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 143-

3t

7V=0

3 t + V1 = 0 V1 = -3 ton (berarti batang tekan)

7H=0

B1 + 0 = 0

B1 = 0 (batang nol)

V1

B1 = 0 Batang A1 dan D1 dianggap tarik dan batang D1 diuraikan menjadi gaya batang horizontal dan vertikal. V1 = - 3 t (menuju titik simpul) 3t V1 D1 2 A1 Batang D 1 diuraikan menjadi arah vertikal D1

Titik II

2 dan arah horizontal

D1

2.

7V=0

- 3 t + D1 D1

2=0

2= 3

D1 = 3 2 t (tarik)

7H=0

A 1 + D1

2= 0 2= - . 3 2 . 2

A1 = - D 1

A1 = - 3 ton (tekan) Titik III V2 3 2 3t 3t B2 B1 = 0 P = 4t 7H=0 Batang V 2 dan B2 dianggap tarik Batang D1 = 3 2 (tarik) diuraikan menjadi batang vertikal = 3 t dan horizontal = 3t 7V=0 4t 3t V2 = 0

V2 = 1 t (tarik) B2 3t=0

B2 = 3 t (tarik)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 144-

Batang A 2 dan D2 dianggap tarik. Titik IV 3t D2 2 D2 2 1t D2 7H=0 A2 Batang D 2 diuraikan menjadi gaya horizontal dan vertikal D 2 2 7V=0 D2 2 + 1 t = 0 D2 = - 2 t (tekan) 3 + A 2 + D2 2 = 0 3 + A2 1 ton = 0

A 2 = - 2 ton (tekan)

Titik VI

Batang A 2 dan V 3 dianggap tarik A2 7V=0 7H=0 V3 = 0 V3 = 0 ton A2 + 2 t = 0 A2 = - 2 t (tekan)

2t

Batang D 2 dan B 2 dianggap tarik


Titik V

Batang D 2 diuraikan horizontal dan vertikal 0t D 2 1t 1t

2
D2

7V=0

D2 D2 =

2+0

1t=0

2 t (tarik)

7H=0 D2

B2 + 1t 3 t + 1t = 0 B2 = 1 ton (tarik)

3t

2 B2

Titik VIII

Batang A 1 dan V 2 dianggap tarik 7H=0 A1 V2 2 t + A1 1t=0

2t

A1 = - 1 t (tekan)

2t

7V=0

1 + V2 = 0 V2 = - 1t (tekan)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 145-

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 146-

Titik VII

D1 1t 1t

D1

Batang D 1 dan B 1 dianggap tarik Batang D 1 diuraikan menjadi D1

2
D1 D1 =

D1

B1

7V=0

1t=0

2 t (tarik) 2 - 1t = 0

7H=0

B1 - D1 B +1 B = 0t

1=0

Titik X

V1

7V=0

1t + V1 = 0 V 1 = - 1t (tekan)

B1 = 0 RB = 1t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 147-

Kontrol ke Titik IX

7V=0 V1 1t D1 .

A1 = 1 t (tekan) D1 = 2 (tarik) V1 = 1 t

2 =0
2 . 2 !0

(cocok) 7H=0 A1 1 D1 .

2 =0 2. 2 = 0 (cocok)

DAFTAR

BATANG A1 A2 A2 A1 B1 B2 B2 B1 V1 V2 V3 V2 V1 D1 D2 D2 D1

GAYA BATANG -3t -2t -2t -1t 0 3t 1t 0 -3t 1t 0 -1t -1 t 3 2t - 2t 2t 2t

Batang B 1 dan B1 = 0, menurut teoritis batang -batang tersebut tidak ada, tapi mengingat K.R.B. terbentuk dari rangkaian bentuk ( maka batang ini diperlukan. Batang atas pada umumnya batang tekan Batang bawah pada umumnya batang tarik.

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 148-

Contoh Soal 2 Suatu konstruksi Rangka Batang, dengan notasi seperti pada ga mbar, beban sebesar 3 ton terletak di titik simpul III Jumlah batang = 9 = b Jumlah reaksi = 3 = r 12 D3 B3 IV P P 1t VI B Jumlahg titik simpul = 6 = k 2k=b+r 2x6=9+3 konstruksi .r.b. statis tertentu Mencari Reaksi 7 MB = 2 RA = 3 7 MA = 1 RB = 3
Titik Simpul I

II P A I D1 B1 III 2t P 3t V1

A D2 B2

V2

0 x3t=2t 0 x3t=1t

Batang D 1 dan B1 dianggap tarik Batang D 1 diuraikan ke arah vertikal dan horizontal sebesar D 1

D1

D1

D1

2
B1

7 Ky = 0 D1 2 + 2t = 0 2 D1 = . 2 = - 2 2 t . (tekan) 2 7 Kx = 0 B1 - D1 2 = 0 B1 = 2 ton (tarik)

2 t (reaksi)

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 149-

Titik III

V1

Gaya batang V1 dan B2 dianggap tarik 7 Ky = 0 V1 = 3 ton (tarik) B2 = 2 ton (tarik)

2t

3t

B2

7 Kx = 0

Titik II
D2 D1

Gaya batang A dan D2 dianggap tarik 7 Kx = 0 D1 2 - 3t D2 2 = 0 D2 2 = -3 t + . 2 2 . 2 = -3 + 2 = -1 (tekan) D2 = - 2 t (tekan)

D1 = 2 2 3t D2 D1 D2

7 Ky = 0 A + D1 2 + D2 2 = 0 A + . 2 2. 2 - . 2. 2 = 0 A = 1 2 = -1t (tekan)

Titik IV

Gaya batang V2 dan B3 dianggap tarik 7 Ky = 0 V2

D2 =

2t

D 2 2 - V2 = 0 V2= . 2 . 2 = 1 t (tarik) B3 7 Kx = 0 B3 B2 + D2 2 = 0 B3 = 2 - . 2 . 2 = 1 t (tarik)

B2 = 2t

Titik VI

Gaya batang D3 dianggap tarik 7 Ky = 0 D3 D3 2 + 1t = 0 D3 = - 2 . 1t D3 = - 2 t (tekan) 7 Kx = D 3 2 + B3 = 0 - . 2 . 2 + B3 = 0

B3 = 1t

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 150-

B3 = 1t

1t

Kontrol

Titik V A = 1t

7 Kx = 0 A 1t . D3 .

2 =0
(cocok)

D3 V2 = 1t 5.1.10.

2. 2 = 0

Latihan : Konstruksi Rangka Batang

Untuk mendorong mahasiwa belajar maka perlu dibuatkan suatu latihan sebagai berikut :

Soal 1 A1
D1 RAH A E B1 RAV P1=6 t D2 E B2 D3 D4

A2 D6 3 m Konstruksi Rangka Batang seperti tergambar P1 = 6t ; P2 = 3t Ditanyakan : RB P a). Gaya reaksi b). Gaya-gaya batang

D5 B3

P2=3 t

P= 4m

P2 = 600 kg

Soal 2
P1 = 600 kg 8 9 5 6 R AH A RAV 45 1 3m 2 3m 3 3m 7 11 13 12 45 4 3m 10 P3 = 400 kg

Kuda-kuda konstruksi Rangka Batang seperti tergambar. Beban ; P 1 = 600 kg P2 = 600 kg P3 = 400 kg Ditanyakan: a). Gaya Reaksi B b). Gaya- gaya batang RB

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 151-

5.1.11. o o

Rangkuman KRB merupakan rangkaian dari bentuk ( (segitiga) Dalam KRB yang dicari adalah gaya -gaya batangnya, bisa berupa gaya tarik, atau gaya tekan.

o o

Tiap-tiap titik simpulnya dianggap sendi. Pencarian gaya-gaya batang, hanya bisa diselesaikan jika jumlah gaya batang yang tidak diketahui max hanya 2.

5.1.12. Penutup Agar mahasiswa bisa mengontrol pekerjaan latihan, maka mahasiswa bisa melihat jawaban dibawah ini :

Jawaban :

Soal No. 1
Keterangan Reaksi vertikal Reaksi Horizontal Data Pendukung Gaya Batang Titik / Gaya A : RAV B : RB A : RAH Sin E Cos E A1 A2 B1 B2 B3 D1 D2 D3 D4 D5 D6 Nilai 5t 4t 0 0,835 0,555 6,667 t 5,333 t 3,333 t 6,000 t 2, 667 t 6,00 t 6,00 t 1,20 t 1,20 t 4,808 t 4,808 t Arah / Tanda o o

Gaya Batang

Tekan Tekan Tarik + Tarik + Tarik + Tekan Tarik + Tarik + Tekan Tekan Tarik +

MODUL I (MEKANIKA TEKNIK) 152-

Soal No. 2
Keterangan Reaksi Vertikal Reaksi Horizontal Gaya Batang Titik / Gaya A : RAV B : RB A : RAH  2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nilai 850 kg 750 kg 0 850 kg 850 kg 750 kg 750 kg 1202 kg 0 424 kg 778 kg 500 kg 778 kg 283 kg 0 1061 kg Arah / Tanda o o Tarik + Tarik + Tarik + Tarik + Tekan Tekan Tekan Tarik + Tekan Tekan Tekan -

5.1.13. -

Daftar Pustaka Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu , UGM Bab Soemono, Statika I , bab

5.1.14. -

Senarai Konstruksi Rangka Batang : Suatu rangkaian batang -batang yang berbentuk ( (segitiga) Titik simpul : dianggap sendi.

You might also like