You are on page 1of 7

DASAR NEGARA DAN KONSTITUSI

A. MATERI KOMPETENSI DASAR


HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI Pengertian Konstitusi sebagai Dasar Negara Perkataan konstitusi berasal dari kata kerja constituer (Prancis), yang berarti membentukdi negara Barat, konstitusi (constitution) berasal dari bahasa Latin. Zaman dahulu, istilah konstitusi dipergunakan untuk perintah-perintah kaisar Romawi (Constitutiones Principum). Kemudian, di Italia digunakan untuk menunjukan undang-undang dasar (Diritto Constitutionale). Berawal dari hal tersebut, kata konstitusi0 kemudian menyebar di berbagai negara Eropa. Kata konstitusi dalam bahasa Inggris dan Prancis Constitution, dan bahasa latin Constitutio, yang berarti dasar susunan badan. Dengan demikian, konstitusi mempunyai sifat yang sama dengan badan manusia. Konstitusi mempunyai bagian-bagian atau organ-organ yang masing-masing mempunyai kedudukan dan fungsinya sendiri-sendiri. Organ atau badan tersebut merupakan satu rangkaian kerjasama yang harmonis. Selain itu, dalam bahasa Belanda undang-undang dikenal dengan istilah groundwet, yang terdiri atas kata ground berarti dasar, dan kata wet berarti undang-undang. Dengan demikian, perkataan groundwet dapat diartikan sebagai undang-undang dasar. Bagi negara Indonesia untuk pengertian konstitusi, ditemukan istilah hukum yang lain, yaitu undang-undang dasar atau hukum dasar. Istilah konstitusi pada umumnya dipergunakan paling sedikit dalam dua pengertian. Pertama, menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara, berupa kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa usages, understanding, customs, atau conventions. Kedua, konstitusi diberi arti yang sempit. Dengan pengertian sempit, konstitusi tidak menggambarkan keseluruhan kumpulan peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis (legal dan nonlegal), melainkan dituangkan dalam suatu dokumen tertentu seperti di Amerika Serikat. Usep Ranawidjaya mengemukakan bahwa ada dua arti konstitusi, yaitu konstitusi dalam arti luas dan konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas mencakup segala ketentuan yang berhubungan dengan keorganisasian negara, baik yang terdapat didalam undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundangan lainnya, maupun kebiasaan atau konvensi. Sebaliknya, konstitusi dalam arti sempit menurut sejarah dimaksudkan untuk memberi nama kepada dokumen pokok yang berisi aturan mengenai susunan organisasi. Pengertian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini. Yang terdapat dalam Arti Luas y y y y Undang-undang Dasar Undang-undang Organik Peraturan Perundang-undangan Lainnya Kebiasaan atau Konvensi 1. a.

Mencakup segala ketentuan yang berhubungan dengan keorganisasian Arti Konstitusi Memberi nama kepada dokumen pokok yang berisi aturan mengenai susunan organisasi negara beserta cara kerjanya organisasi itu Sama dengan Arti Sempit Undang-undang Dasar

Berdasarkan hal tersebut, pengertian konstitusi lebih luas dari undang-undang dasar. Pengertian tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Heramn Heller dalam bukunya Verfassunglehre (ajaran tentang konstitusi ) dengan membagi konstitusi dalam dua tingkat, sebagai berikut. 1) Konstitusi sebagai Pengertian Sosial Politik Artinya, mencerminkan keadaan sosial politik bangsa itu sendiri. Pengertian hukum adalah political decision. Artinya, merupakan keputusan masyarakat sendiri. 2) Konstitusi sebagai Pengertian Hukum Pada pengertian kedua ini, keputusan masyarakat dijadikan suatu perumusan normatif yang harus berlaku. Pengertian politik diartikan sebagai eine seine. Artinya, suatu kenyataan yang harus berlaku dan diberikan suatu sanksi kalau dilanggar. Hukum ada yang tertulis dan tidak tertulis. Hukum tertulis timbul sebagai pengaruh dari aliran kodifikasi, yaitu yang menghendaki sebagaian hukum ditulis dengan maksud mencapai kesatuan hukum, kesederhanan hukum, dan kepastian hukum. Adapun hukum tidak tertulis, misalnya hukum adat. 3) Konstitusi sebagai Suatu Peraturan Hukum Pengertian ketiga ini adalah suatu peraturan hukum yang tertulis. Dengan demikian, undang-undang dasar adalah salah satu bagian dari konstitusi dan bukan sebagai persamaan pengertian menurut pengertian sebelumnya. Kesamaan pengertian adalah

pendapat yang keliru dan jika ada kesamaan pengertian, tidak lain akibat pengaruh dari aliran kodifikasi (aliran modern). Selain itu, kesamaan pengertian konstitusi dengan undang-undang dasar tidak hanya akibat dari aliran kodifikasi, tetapi jauh sebelumnya sejak Oliver Cromwell menjadi Lord Protectorat tahun 1660. b. Ciri Khas Konstitusi di Indonesia Konstitusi Indonesia terdapat tiga pengertian istilah konstitusi, yaitu konstitusi dalam arti sempit, konstitusi dalam arti luas (dalam bahasa Indonesia lazim disebut undang-undang dasar), dan konstitusi seperti yang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu konstitusi yang lebih luas daripada undang-undang dasar, tetapi lebih sempit daripada hukum tata negara. Pengertian tersebut dapat dilihat lebih jelas dalam bagan berikut.
Hukum Tata Negara (Constitutional Law) Sama dengan Aturan Dasar Tertulis, yaitu Undang-Undang Dasar (Constitution)

Arti Konstitusi

Hukum Dasar (Fundamental Law)

Undang-Undang Dasar (Constitution)

Aturan Dasar Tidak Tertulis, yaitu Konvensi (Convention)

Konstitusi dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu, seperti politik, sosiologi, hukum, dan sisi lain. Berikut ini merupakan rumusan yang dapat dilihat dalam bentuk bagan
(Segi Politik) Konstitusi sebagai Keputusan Politik Tertinggi y Undang-Undang Dasar y Undang-Undang organik y Peraturan Perundang-undangan Lainnya

Hukum Dasar Tertulis Studi Konsttusi Segi Hukum Konstitusi sebagai Hukum Dasar Hukum Dasar Tidak Tertulis

y Kebiasaan y Kesepakatan y Adat Istiadat

(Segi Sosiologi) Konstitusi sebagai lembaga Kemasyarakatan (Segi Lain) Konstitusi dapat dikaji pula dari segi ekonomi, etika, psikologi sosial, atau lainnya.

Kedudukan Konstitusi dalam Susunan Ketatnegaraan Kedudukan konstitusi dapat dilihat dengan menyimak pendapat M. Solly Lubis, yakni undang-undang dasar adalah sumber utama dari norma-norma yang mengatur hukum tata begara. Selain terperinci, undang-undang dasar mengatur bentuk dan susunan negara, alat-alat perlengkapan di pusat dan didaerah, mengatur tugas-tugas alat perlengkapan, serta hubungannya satu sama lain. Dengan kata lain, undang-undang dasar memuat norma-norma yang mengaur struktur pemerintahan negara. Berdasarkan hal tersebut, dalam susunan tata negara, undang-undang dasar menjadi hukum dasar negara. Bagian terbesar UUD memuat peraturan-peraturan tentang susunan negara dan pemerinyahannya serta menentukan dan membatasi usaha-usaha pemerintah. Di samping itu, rakyatnya merasa aman dan damai dibawah perlindungan hukum dasar. Mengenai susunan negara dan pemerintah, UUD menetapkan pokok dasar dari tiga kekuasaan, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang masing-masing lembaga mempunyai tugas berbeda. Ketiganya dibentuk untuk mewakili rakyat. Undang-undang dasar merupakan sumber dari kekuasaan pemerintah yang harus dapat mengikat seluruh rakyat dengan tidak membeda-bedakan manusia. Artinya, tidak ada golongan rakyat terbanyak (mayoritas) dan terkecil (minoritas), serta tidak ada turunan bangsawan dan jelata. Dalam undangundnag, setiap orang mempunyai persamaan derajat dan persamaan memperoleh perlindungan. Siapa yang berlaku curang terhadap negara harus dihukum dengan tidak memandang jabatan dan pangkat. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai hal tersebut adalah undang-undnag dasar suatu negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar negara. Undang-undang dasar ialah hukum dasar tertulis. Di samping undang-undang dasar berlaku juga hukum dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Hans Kelsen dalam teorinya Stufenbau des Recht mengemukakan bahwa Hukum itu bersifat hirarkis:. Artinya, hukum tidak bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Berkaitan dengan pendapat tersebut, perhatikan bagan berikut ini.

c.

Grundnorm

Konstitusi

Undang-undang dan Kebiasaan

Putusan Badan Pengadilan

Berdasarkan hal tersebut, setiap norma hukum merupakan suatu susunan dari norma-norma (stufenbau). Dipuncak stufenbau terdapat grundnorm (norma dasar) dari suatu tata norma hukum positif yang dibentuk oleh suatu tindakan legislatif, tetapi hanya merupakan hasil analis pemikiran yuridis. Jadi, hanya dipostulasikan oleh pikiran manusia. Norma dasar (basic norm) merupakan dasar dari segala pandangan yang bersifat yuridis. Sebagai contoh, grundnorm negara Republik Indonesia adalah Pancasila. d. Fungsi Konstitusi Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintah dengan warga negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang lain. Karena itu, biasanya, isi konstitusi bertujuan untuk mengatur mengenai tiga hal penting, yaitu: (a) menentukan pembatasan kekuasaan organ-organ negara, (b) mengatur hubungan antara lembaga-lembaga negara yang satu dengan yang lain, dan (c) mengatur hubungan kekuasaan antara lembagalembaga negara dengan warga negara. Fungsi-fungsi konstitusi dapat dirinci sebagai berikut: 1) Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara. 2) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara. 3) Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara dengan warga negara. 4) Fungsi memberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara. 5) Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara. 6) Fungsi simbolik sebagai pemersatu (symbol of quality). 7) Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan (identity of nation). 8) Fungsi simbolik sebagai pusat upacara (center of ceremony). 9) Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat (social control), baik dalam arti sempit hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan ekonomi. 10) Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering atau social reform), baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas. e. Bentuk Konstitusi Suatu Negara Konstitusi dapat dibedakan antara konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Konstitusi tertulis dapat dibedakan antara yang tertulis dalam satu dokumen khusus atau dalam beberapa dokumen dan yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan lain. Konstitusi tertulsi yang tersusun dalam satu dokumen khusus, misalnya UUD 1945, konstitusi RIS, dan UUD Amerika Serikat 1787. Adapun konstitusi tertulis yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan lain, misalnya dalam ketetapanketetapan MPR dan undang-undang. Konstitusi tidak tertulis, dapat dibedakan dalam tiga golongan. Pertama, ketentuan konstitusi terdapat dalam kaidah-kaidah hukum adat. Kedua, ketentuan-ketentuan konstitusi terdapat dalam konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan. Ketiga, adalah adat-istiadat. Pada kenyataannya, tidak ada satu negara pun di dunia yang hanya memiliki konstitusi tertulis atau hanya memiliki konstitusi tidak tertulis. Semua negara memiliki konstitusi tertulis. Akan tetapi ada negara-negara yang tidak mempunyai konstitusi tertulis dalam salah satu atau beberapa dokumen khusus. Negara-negara ini hanya mempunyai konstitusi tertulis yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan biasa seperti Inggris, Selandia Baru, dan Israel. Sebaliknya, negara-negara yang memiliki konstitusi tertulis yang tertuang dalam satu atau beberapa dokumen khusus selalu mempunyai kaidah-kaidah konstitusi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan biasa. Demikian pula konstitusi tidak tertulis, dimiliki oleh semua negara di dunia. 2. SUBSTANSI KONSTITUSI NEGARA Terdapat beberapa pendapat mengenai substansi konstitusi, diantaranya sebagai berikut. a. A.A. Struycken mengemukakan bahwa undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen formal yang berisi: 1) hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau; 2) tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa; 3) pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang; 4) keinginan yang sesuai dengan perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa. b. Wiryono Prodjodikoro mengemukakan bahwa konstitusi memuat suatu peraturan pokok (fundamental) mengenai soko-soko guru atau sendi-sendi pertama untuk menegakkan bangunan besar bernama negara. c. Miriam Budiarjo mengemukakan bahwa setiap undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut: 1) Organisasi negara, misalnya adanya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

2) Hak-hak asasi manusia. 3) Prosedur mengubah undang-undang dasar. 4) Memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar. d. G.S. Diponolo menguraikan bahwa biasanya pasal-pasal oertama konstitusi itu mulai dengan memperkenalkan identitas negara, daerahnya, bangsanya, benderanya, lagu kebangsaannya, lambang negaranya, bentuk negara, bentuk pemerintahan, kedaulatannya, cara menjalankannya, jaminan-jaminan bagi hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan dasar manusia, namanama lembaga negara di bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif susunan organisasi, cara pembentukannya, dan wewenangwewenagnya, serta kedudukan dan hubungannya satu sama lain. a. UUD 1945 UUD 1945 lahir sehari setelah diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945, yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kmerdekaan Indonesia (PPKI). Selain disahkan UUD 1945, PPKI pun memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Sejak saat itu mulai berlaku tata hukum baru yang bersumber dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. UUD 1945 sebagai perwujudan dari tujuan Proklamasi Kmerdekaan Indonesia mengandung pokok-pokok pikiran yang erat kaitannya dengan bentuk negara, betuk pemerintah, pembagian kekuasaan, dan sistem pemerintah yang akan dijelaskan berikut ini. b. Bentuk Negara Berdasarkan struktur keilmuan, dikenal dua istilah yang berbeda maknanya, yaitu bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Bentuk negara dipergunakan untuk membedakan antara kesatuan dan serikat atau federasi, sedangkan bentuk pemerintahan dipergunakan untuk membedakan republik dan kerajaan. Salah satu ciri negara kesatuan adalah kedaulatan negara tidak terbagi. Artinya, kekuasaan untuk mengatur seluruh wilayah negara terletak pada satu tangan, yaitu pemerintah pusat. Walaupun pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian dari kekuasaannya kepada pemerintah daerah, tetapi pada tahap akhir kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan pemerintah pusat. Menurut penjelasan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik. Undang Undang Dasar 1945 menghendaki suatu bentuk negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Hal ini dapat disimak pada Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1845, yang berbunyi Oleh karena negara Indonesia itu suatu eenheidstaat (baca: begara kesatuan), Indonesia tidak memiliki daerah provinsi dan daerah-daerah yang bersifat otonom (streek and local rechts gomenschappen) yang semuanya menurut aturan yang telah ditetapkan dengan undang-undang. Penjelasan pasal tersebut mengandung beberapa petunjuk di antaranya sebagai berikut. 1) Negara Indonesia berbentuk negara kesatuan. 2) Daerah-daerah tidak bersifat negara. 3) Daerah berbentuk otonom. 4) Di daerah otonom akan dibentuk dewan perwakilan rakyat. c. Bentuk Pemerintahan Bahwa bentuk pemerintah dipergunakan untuk membedakkan antara republik dan kerajaan (monarkhi). Dalam hal ini UUD 1945. Pasal 1 ayat 1 menghendaki bentuk pemerintahan negara Indonesia adalah republik. Republik berasal dari perkataan res dan publica (res yang berarti kepentingan; publica yang berarti umum). Republica berarti kepentingan umum atau urusan bersama. Dalam ajaran tentang bentuk pemerintahan, republik merupakan kekuasaan dalam negara tidak dipegang oleh seseorang secara turun-temurun. Berbeda dengan Monarki yang kekuasaan dalam negara dipegang oleh seorang raja dan menjalankan kekuasaan berdasarkan pengangkatan atau penunjukan. Berdasarkan hal tersebut, jika dikaitkan dengan suasana sidang II BPUPKI yang berlangsung pada tanggal 10-16 Juli 1945 mengenai bentuk pemerintahan, dalam rancangan Undang-Undang Dasar Pasal 1 Ayat 1 mendapat tanggapan yang cukup ramai. BPUPKI dalam mempersoalkan bentuk pemerintahan dilakukan dengan cara pemungutan suara (voting). Dengan cara tersebut, sebagian besar menghendaki bentuk pemerintahan republik. Jelasnya, dari 64 orang anggota, 55 suara memilih bentuk republik, 6 suara memilih kerajaan (monarki), 2 suara memilih bentuk lain, serta 1 suara tidak mengajukan pendapat (abstein). Pengesahan bentuk pemerintahan republik itu, tercermin dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat berbunyi: ...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat...Dalam pelaksanannya, bentuk pemerintah republik tercermin dalam Batang Tubuh UUD 1945, yaitu Pasal 7.

HAL-HAL POKOK DALAM RANGKAIAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Tuntutan Reformasi y Amandemen UUD 1945 y Penghapusan doktrin Dwi Fungsi ABRI y Penegakkan hukum, HAM, dan pemberantasan KKN y Otonomi daerah y Kebebasan Pers y Mewujudkan kehidupan demokrasi Sebelum Perubahan Jumlah: y 16 bab y 37 pasal y 49 ayat y 4 pasal Aturan Peralihan y 2 ayat Aturan Tambahan y Penjelasan Dasar Pemikiran Perubahan y Kekuasaan tertinggi di tangan MPR y Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden y Pasal-pasal multitafsir y Pengaturan lembaga negara oleh Presiden melalui pengajuan UU y Praktek ketatanegaraan tidak sesuai dengan jiwa Pembukaan UUD 1945 Kesepakatan Dasar y Tidak memgubah Pembukaan UUD 1945 y Tetap mempertahankan NKRI y Mempertegas sistem presidensil y Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam pasal-pasal (Batang Tubuh (Batang Tubuh) y Perubahan dilakuakan dengan cara adendum Tujuan Perubahan Menyampaikan aturan dasar: y Tatanan negara y Kedaulatan rakyat y HAM y Pembagian kekuasaan y Kesejahtraan sosial y Eksistensi negara demokrasi dan negara hukum y Sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan bangsa Dasar Yuridis y Pasal 3 UUD 1945 y Pasal 37 UUD 1945 y TAP MPR No.IX/MPR/1999 y TAP MPR No.IX/MPR/2000 y TAP MPR No.XI/MPR/2001

Hasil perubahan Jumlah: y 21 bab y 72 pasal y 170 ayat y 3 pasal Aturan Peralihan y 2 pasal Aturan Tambahan y Tanpa Penjelasan

Sidang MPR y Sidang Umum MPR 1999, tgl. 14-21 Okt 1999 y Sidang tahunan MPR 2000, Tgl. 7-18 Agt 2000 y Sidang Tahunan MPR 2001, Tgl. 1-9 Nov 2001 y Sidang Tahunan MPR 2002, Tgl. 1-11 Agt 2002

d. Kekuasaan Kekuasaan merupakan salah satu masalah yang selalu dihubungkan dengan ajaran trias politica dari Montesquieu. Pemisahan kekuasaan dalam negara terdiri atas: 1) kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan membuat undang-undang; 2) kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan menjalankan undang-undang; 3) kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan mengawasi pelaksanaan undang-undang atau kekuasaan kehakiman/justisi. Pemisahan kekuasaan tersebut, bertujuan supaya kekuasaan pemerintah tidak terpusat pada satu lembaga. Dasar Hukum (Pasal) Dalam UUD 1945 2 (1)(2)(3); 3 (1)(2)(3); 7A, 7B (6)(7) 4 (1)(2); 5 (1)(2); 6 (1)(2); 6A (1)(2) (3)(4)(5); 7; 7C; 8 (1)(2)(3); 9 (1)(2); 10; 11 (1)(2)(3); 12; 13; (1)(2)(3); 14 (1)(2); 15; 16; 17 (1)(2); 20 (2)(4)(5); 22 (11); 23 (2) 19 (1)(2)(3); 20 (1)(3); 20A (1)(2)(3)(4); 21; 22 (2)(3); 22B

Nama Lembaga 1. MPR

Kewenangan Mengubah/menetapkan UUD; Melantik Presiden/Wakil; Memberhenatikan Presiden/Wakil; Menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR. Memegang kekuasaan pemerintahan; Mengajukan RUU; Menetapkan PP; Pemegang kekuasaan tertinggi Angkatan Darat, Laut, Udara; Menyatakan perang; Membuat keadaan bahaya; Mengangkat duta/konsul; Memberi grasi dan rehabilitasi, amnesti dan abolisi; Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan; Membentuk dewan pertimbangan; Mengangkat dan memberhentikan menteri; Mengesahkan RUU; menetapkan PERPU; Mengajukan RUU APBN. Membentuk UU; Memiliki fungsi legislasi, anggaran, pengawasan; Mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat; Mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, hak imunitas; Mengajukan usul RUU; Menyetujui RUU APBN

2. Presiden dan Wakil Presiden

3. DPR

4. DPD 5. BPK 6. Mahkamah Agung

22C (1)(2)(3)(4); 22D (1)(2)(3)(4) 23E (1)(2)(3); 23F (1)(2); 23G (1)(2) 24 (2); 24A (1)(4)(5)

7. Mahkamah Konstitusi (MK)

7B (1)(2)(3)(4)(5); 24C (1)(2)(3)(4)(5)(6)

8. Komisi Yudisial 9. Pemilihan Umum 10. Pemerintah Daerah (Provinsi, kabupaten, Kota) 11. Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat Khusu atau Istimewa 12. TNI

24B (1)(2)(3)(4) 22E (5) 18 (1)(2)(3)(4)(5)(6)(7); 18A (1)(2)

Mengajukan RUU ke DPR; Membahas RUU; Mengawasi pelaksanaan RUU. Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara hasilnya diserahkan ke DPR. Menyelenggarakan peradilan; Mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU; Wewenang lain. Memeriksa, mengadili, memutus dengan seadil-adilnya pendapat DPR bahwa Presiden/Wakil telah melakukan pelanggaran hukum; Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD; Memutus sengketa kewenangan lembaga negara; Memutus pembubaran parpol; Memutus perselisihan hasil pemilu. Mengusulkan pengangkatan hakim agung; Wewenang lain dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim; Penyelenggara pemilu untuk anggota DPR, Presiden/Wapres, DPRD. Mengaatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan; menjalankan otonomi seluasluasnya, Menetapkan perda dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Diatur oleh UU Melakukan usaha pertahanan dan keamanan negara melalui sistem pertahan dan keamanan rakyat semesta; mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Melakukan usaha pertahan dan kemanan negara melalui sistem pertahanan dan kemanan rakyat semesta; Alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat, melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Diatur oleh UU Membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

18 B (1)(2) 30 (2)(3)(4)

13. Kepolisian Negara RI

30 (2)(4)(5)

14. Bank Sentral 15. Kementrian Negara

23D 17 (1)(2)(3)

Materi yang terkandung dalam UUD 1945 Topik 1. Bentuk dan Kedaulatan 2. Pemilihan Umum 3. Rancangan Perundang-Undangan 4. Keuangan 5. Kekuasaan Kehakiman 6. Wilayah Negara 7. Warga negara dan penduduk 8. Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat 9. HAM 10. Agama 11. Pertahanan dan Keamanan Negara 12. Pendidikan dan Kebudayaan 13. Perekonomian nasional dan Kesejahtraan Sosial 14. Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan 15. Perubahan UUD 16. Aturan Peralihan 17. Aturan Tambahan Pasal dalam UUD 1945 1 (1) (2) (3) 22E (1) (2) (3) (4) (5) (6) 21; 22 (1)(2)(3); 22A 23 (1)(2)(3); 23A; 23B; 23 C 24 (1)(2)(3); 24A (2)(3); 25 25A 26 (1)(2)(3); 27 (1)(2) 28 28A s.d. 28J 29 (1)(2) 30 (1)(2)(3)(4)(5) 31 (1)(2)(3)(4)(5); 32 (1)(2) 33 (1)(2)(3)(4)(5); 34 (1)(2) 35; 36; 36A; 36B; 36C 37 I; II; III I; II

3. KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD TAHUN 1945 NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Dalam rangka memahami kedudukan pembukaan UUD 1945, berikut ini akan dijelaskan setiap makna yang terjandung di dalamnya. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok atau kaidah negara yang bersifat fundamental, mempunyai kedudukan yang tetap, dan melekat bagi negara Republik Indonesia. Oleh sebab itu, pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk DPR dan MPR sesuai dengan sifat konstitutifnya pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945. Mengubah Pembuakaan UUD 1945 berarti meniadakan negara Republik Indonesia. Hal ini disebabkan Pembukaan UUD 1945 merupakan;

a. sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia; b. sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan dalam lingkungan nasional dan internasional; c. mengandung nilai-nilai unversal dan lestari. Universal artinya bahwa nilai-nilai tersebut dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang beradab. Lestari artinya bahwa ia mampu menampung dinamika masyarakat. Selain hal tersebut, berikut ini akan dijelaskan makna setiap alinea dalam Pembukaan UUD 1945, di antaranya sebagai berikut. 1) Alinea pertama yang berbunyi: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal tersebut mengandung nilai-nilai sebagai berikut. a) Menunjukkan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadaoi masalah kemerdekaan. b) Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Oleh karena itu, harus dihapuskan. c) Adanya aspirasi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan. d) Pendirian bangsa Indonesia tersebut jelas menjadi landasan pokok politik luar megeri yang mengakui hak-hak asasi manusia untuk merdeka. Konsekuensinya bangsa Indonesia menentang setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa. 2) Alinea kedua yang berbunyi: Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Dari alinea kedua ini menunjukkan kebanggaan dan penghargaan atas para pejuang. Ini berarti adanya kesadaran bahwa kedaan sekarang tidak dapat dipisahkan dari masa lampau dan langkah sekarang menentukan langkah yang akan datang. 3) Alinea ketiga yang berbunyi: Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Hal tersebut bukan hanya motivasi tiil dan material untuk menyatakan kemerdekaan, melainkan merupakan motivasi spiritual. Selain itu, alinea ketiga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan berkesinambungan antara kehidupan material dan spiritual, rohaniah, dan jasmaniah. Selain itu, alinea ketiga membuktikan ketakwaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan maha Pencipta, Maha Pengatur dan Maha Pemelihara bagi segala yang dijadikannya. 4) Alinea keempat yang ber-bunyi: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada KeTuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial nagi seluruh rakyat Indonesia. Alinea ini merumuskan secara padat dan luas tujuan dan prinsip dasar apa yang hendak dicapai oleh bangsa negara Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut. 1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan segenap tumpah darah indonesia (tujuan kemanan). 2) Memajukan kesejahtraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (tujuan kesejahtraan dan keadilan). 3) Ikut melaksanakan ketertiban dunia (tujuan persahabatan). Adapun prinsip dasar meliputi hal-hal berikut. 1) Menyusun kemerdekaan dengan undang-undang dasar Negara Indonesia. 2) Susunan negara berbentuk negara Republik Indonesia. 3) Negara yang berkedudukan rakyat dan berdasarkan Pancasila. Selain itu, pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut. 1) Persatuan Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tiumpah darah Indonesia dengan berdasarkan persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung pengertian negara persatuan yang melindungi segenap bangsa dan negara mengatasi segala paham golongan/perorangan. Dengan demikian, negara penyelenggara negara dan warganegara wajib mengutamakan kepentingan golongan/perorangan. 2) Keadilan Sosial Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. 3) Kedaulatan Rakyat Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan. Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 4) Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusian yang Adil dan Beradab Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab. Oleh sebab itu, UUD harus mengandung arti mewajibkan pemerintah/penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusian yang luhur dan memelihara budi pekerti kemanusian yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

You might also like