You are on page 1of 14

LANDASAN TEORI APPENDICITIS

Dalam bab ini akan dibahas tentang landasan teori secara medis dan keperawatan 1. Definisi Penyakit a. Appendiksitis adalah peradangan pada tambahan kantong yang tidak berfungsi terletak di bagian inferior dari seikum (Engram, 1999: 215). b. Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiforis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 2000: 307). c. Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan menyumbat appendix (http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html) d. Appendicitis adalah inflamasi appendik yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor (Nettina, 2002 :37) e. Appendiktomi adalah pengangkatan apendiks terinflamasi pada pasien dengan menggunakan pendekatan endoskopi dan dilakukan prosedur pembedahan (Doenges, 2000: 508). Dari keempat pengertian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa : Appendicitis adalah peradangan pada appendik ( terletak pada bagian inferior seikum) yang disebabkan oleh obstruksi akibat infeksi, striktur massa fekal, benda asing atau tumor yang akan mengakibatkan terjadinya infeksi.

2.

Etiologi a. Penyumbatan pada lumen b. Masuknya kuman dari kolon appendiks dan akan menyebabkan infeksi c. Adanya fekolit dalam lumen appendiks d. Striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya e. Benda asing f. Adanya neoplasma g. Infeksi virus h. Sekresi mucus yang terus menerus mengakibatkan obstruksi vena dan bakteri akan menembus dinding (Mansjoer, 2000 : 307)

3.

Patofisiologi Bakteri/ Biji - bijian

Lumen appendik tersumbat

Pembengkakan / edema (kerusakan pada selaput lendir lapisan dari appendik)

Kerusakan dinding appendik

Pecah

Radang

Nyeri

Peritonitis

Nyeri

Appendicitis Akut (tanpa perforasi) Appendik abses Appendicitis akut perforasi (Termasuk appendicitis gangrenosa karena dinding appendik sudah terjadi mikroperforasi)

Mual / Muntah

Infeksi

Appendiktomi

Nyeri akut,Resiko kekurangan volume cairan, Kurang mandiri dalam merawat diri, Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

(Engram , 1999:218) 4. Tanda dan Gejala a. Nyeri abdominal Nyeri ini merupakan gejala klinik appendicitis. Mula-mula dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (Mc. Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatic setempat. Bila terjadi perangsangan peritoneum biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk. b. Mual muntah biasanya pada anak-anak c. Nafsu makan menurun d. Malaise e. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,7-38,3 C. f. Konstipasi dan diare pada anak-anak (Mansjoer, 2000 : 307 dan (http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html)

5.

Penatalaksanaan a. Sebelum operasi 1) Observasi Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala appendiksitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya appendiksitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan thorak tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan. 2) Intubasi bila perlu 3) Antibiotik b. Operasi appendiktomi c. Pasca operasi Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernafasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan

baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Kemudian diberikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang. (Mansjoer, 2000 : 308) 6. Kemungkinan Data Fokus Wawancara dan Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas/istirahat Gejala : b. Sirkulasi Tanda : c. Eliminasi Gejala : Konstipasi pada awitan awal Diare (kadang-kadang) Takikardia Malaise

Tanda :

Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan Penurunan atau tak ada bising usus

d. Makanan Gejala : Anoreksia Mual/muntah e. Nyeri/keamanan Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak antara umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks). Keluhan berbagai rasa nyeri/gejala tak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter). Tanda : Perilaku berhati-hati; berbaring ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk; meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal. f. Keamanan

Tanda : g. Pernafasan Tanda :

Demam (biasanya rendah)

Takipnea, pernafasan dangkal

h. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis akut, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional. (Doenges, 2000 : 508) Pemeriksaan Diagnostik a SDP : Leukositosis diatas 12.000/mm, neutrofil meningkat sampai 75%. b c Urinalis : Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada. Foto abdomen : Dapat menyatakan adanya pergeseran material pada appendiks (fekalit), ileus terlokalisir. d Ultrasound : Dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran-udara terlokalisir. e f Appendicogram Pemeriksaan rectal toucher (Mansjoer, 2000 : 307 dan Doenges, 2000 : 508)

7.

Analisa Data
No Data 1. Etologi Masalah

DS : - Pasien mengeluh demam Ruptur/ Perforasi Infeksi DO : pada appendiks - Pemeriksaan USG terlihat perforasi appendiks. - AL lebih dari batas normal. - Takikardi - Suhu tubuh meningkat 38,5C DS : DO : Pembatasan diet pasca operasi. Resiko kekurangan cairan Nyeri akut tinggi volume

2.

DS : Distensi jaringan - Pasien mengatakan nyeri usus oleh inflamasi. pada perut kanan bagian bawah. DO : - Ketika dilakukan palpasi pada abdomen pasien terlihat menyeringai kesakitan. - Pasien mempertahankan

posisi berhati-hati
- Pasien berbaring ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk 4 DS : - Pasien mengatakan ADL dibantu oleh keluarga dan perawat - Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat. DO : - ADL dibantu oleh keluarga Keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan. Kurang mandiri dalam merawat diri

dan perawat.

Rencana Asuhan Keperawatan


No. 1. Diagnosa Keperawatan Infeksi berhubungan dengan ruptur/perforasi pada appendiks : peritonitis. Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi dengan criteria : - Meningkatkan penyembuhan luka yang benar - Bebas dari tanda infeksi - Tidak ada drainase purulen, eritema, dan demam. Intervensi Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen Lakukan pencucian tangan dengan baik dan perawatan luka aseptic Lihat insisi dari balutan. Catat karakteristik drainase (bila dimasukkan), adanya eritema. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat Rasional 1. Dugaan adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, peritonitis

1.

2.

2. Menurunkan resiko penyebaran bakteri

3.

3. Memberikan deteksi dari terjadinya proses infeksi

4.

5. Kolaborasi - Berikan obat antibiotic sesuai indikasi

4. Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan ansietas 5. Kolaborasi - Menurunkan jumlah mikroorganisme, menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya 1. Mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler 2. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

2.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan diet pasca

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan criteria :

1. Awasi tekanan darah dan nadi 2. Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit, dan

operasi.

- Kelembaban membran mukosa - Turgor kulit baik - Tanda vital stabil

3.

4.

5.

6.

pengisian kapiler Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir Kolaborasi - Berikan cairan IV dan elektrolit

3. Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral 4. Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan 5. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecahpecah 6. Kolaborasi - Dehidrasi dan dapat terjadi keseimbangan elektrolit 1. Berguna dalam pengawasan keefektifan obat 2. Perubahan tanda-tanda vital dapat menunjukkan terjadinya peningkatan nyeri 3. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang 4. Meningkatkan normalisasi fungsi organ contoh merangsang peristaltikdan kelancaran flatus 5. Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping

3.

Nyeri akut berhubungan dengan adanya distensi jaringan usus oleh inflamasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan criteria : - Pasien melaporkan nyeri hilang/terkontrol - Tampak rileks, mampu istirahat/tidur dengan tepat - Skala nyeri 0-3

1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10) 2. Observasi tanda vital

3. Mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler 4. Dorong ambulasi dini

5. Berikan aktivitas hiburan 6. Kolaborasi

- Berikan analgetik

6. Kolaborasi - Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk 1. Kondisi dasar akan menentukan tingkat kekurangan kebutuhan 2. Memenuhi kebutuhan dengan mendukung partisipasi dan kemandirian klien 3. Menghemat energi, menurunkan kelelahan dan meningkatkan kemampuan klien untuk melakukan tugas

4.

Kurang mandiri dalam merawat diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu : - Berpartipasi pada aktivitas sehari-hari dalam tingkat kemapuan diri/keterbatasan penyakit

1. Kaji kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri 2. Berikan bantuan dengan aktivitas yang diperlukan 3. Dorong/gunakan teknik penghematan energi, contoh duduk, melakukan tugas dalam peningkatan bertahap 4. Jadwalkan aktivitas sesuai kemapuan klien

4. Meningkatkan partisipasi klien

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta. Doenges E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta. Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. FKUI. Media Aesculapius. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta. [Online]. Diakses tanggal 24 Oktober 2011 dari http://medlinux.blogspot.com/2008/12/apendisitis.html [Online]. Diakses tanggal 24 Oktober 2011 dari http://www.klikdokter.com/userfiles/appendix%20copy.jpg

You might also like