You are on page 1of 2

PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TIPE BENIGNA AKTIF DENGAN RHINOFARINGITIS KRONIS

Dibuat oleh: Lituhayu B. Putri,Modifikasi terakhir pada Tue 13 of Dec, 2011 [02:02 UTC]

ABSTRAK Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Penatalaksanaan OMSK didasarkan pada tipe klinik penyakit. Tujuan penting dalam penatalaksanaan OMSK adalah untuk mengusahakan telinga yang aman dan pertimbangan fungsional merupakan tujuan yang sekunder. KASUS Pasien datang ke poli THT RS jogja dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan. Keluhan tersebut dirasakan hilang timbul sejak 6 bulan yang lalu, terutama bila sedang batuk pilek berkepanjangan. Sejak seminggu sebelum datang ke poli pasien mengeluh telinga kanan terasa berdengung, terasa tersumbat, tidak nyeri, dan tidak gatal. Dari telinga kanan mengeluarkan cairan berwarna kuning, agak kental, tidak berbau. Carian tersebut keluar terutama saat sedang beraktifitas, bila sedang istirahat atau tiduran, cairan tidak mengalir. Cairan yang keluar dari telinga kanan hanya sedikit-sedikit, keluarnya kadang-kadang saja, dan mengalir dari liang telinga kanan. Pendengaran telinga kanan dirasa sedikit menurun bila dibandingkan dengan telinga kiri. Telinga kanan sulit untuk mendengar bisikan, sedangkan telinga kiri masih bisa mendengarkan bisikan. Pasien tidak pernah berenang, sebelum muncul keluhan pasien tidak merasa kemasukan air. Tidak ada riwayat trauma. Pada telinga kiri pasien saat ini tidak ada keluhan. Pasien sering membersihkan telinga dengan mengorek-ngorek dengan cotton bud terutama jika telinga gatal atau keluar cairan. Malam hari sebelum datang ke poli, pasien sempat mengorek-ngorek telinga kanan karena telinga kanan mengeluarkan cairan. Saat masih kecil pasien sering sakit terutama batuk dan pilek, ketika batuk dan pilek kambuh biasanya selalu disertai dengan keluarnya cairan dari telinga. Pasien lupa telinga mana yang selalu mengeluarkan cairan saat batuk pilek. Pasien mengeluh saat ini hidung agak tersumbat, kadang bersin-bersin, namun tidak mengeluarkan cairan jernih encer. Pasien mengeluh merasa hidung tersumbat hanya saat sedang pilek. Saat hidung tersumbat tidak disertai demam, tidak disertai mata dan hidung gatal, nafsu makan tidak turun, dan tidak nyeri kepala. Apabila terpapar suhu dingin (pagi atau malam hari, atau ruangan dingin), debu, asap rokok, sedang banyak pikiran, keluhan hidung tersumbat tidak muncul. Apabila hidung sedang tersumbat, keluhan hidung tersumbat tidak membaik dengan perubahan posisi saat tidur. Pada pemeriksaan Keadaan umum : Baik, Kesadaran :Compos Mentis, Tekanan darah: 130 / 80 mmHg, Nadi : 76 x per menit, Frekuensi nafas: 20 x per menit, Temperature tubuh: 36.5 C. STATUS LOKALIS Auricula Dekstra : Inspeksi: bentuk auricula normal, deformitas (-), bekas luka (-), hiperemis (-), sekret (-), bengkak (-) . Palpasi: tragus pain (-),nyeri tekan processus mastoideus (-), nyeri manipulasi auricula (-). Auricula Sinistra : Inspeksi: bentuk auricula normal, deformitas (-), bekas luka (-), hiperemis (-), sekret (-), bengkak (-). Palpasi: tragus pain (-),nyeri tekan processus mastoideus (-), nyeri manipulasi auricula (-). OtoskopiAurikula dekstra : CAE edema (+), hiperemis (+), serumen (-), discharge (+) seromukoid, membran timpani perforasi (sentral), tampak hiperemis (+).Aurikula sinistra : CAE edema (-), hiperemi (-), serumen (-), discharge(-), membran timpani utuh tampak putih mengkilat. HIDUNG Inspeksi : ND : deformitas (-), secret (-), bekas luka (-), bengkak (-). NS : deformitas (-), secret (-), bekas luka (-), bengkak (-). Palpasi : ND : nyeri tekan os nasale (-), nyeri tekan alae nasi (-), krepitasi (-). NS: nyeri tekan os nasale (-), nyeri tekan alae nasi (-), krepitasi (-) Rhinoskopi anterior: Nasal dekstra : mukosa nasal hiperemi (+), konka inferior dan konka media hipertrofi (+), hiperemis (+), sekret (-), discharge (-), deviasi septum nasi (-), massa di rongga hidung. Nasal Sinistra: mukosa nasal hiperemi (+), konka inferior dan konka media hipertrofi (+), hiperemis (+), sekret (-), discharge (-), deviasi septum nasi (-), massa di rongga hidung. Tenggorokan Inspeksi:Mukosa faring : hiperemi (-), granulasi (+), tonsil derajat 0, masih difossa, kripte tidak melebar, permukaan licin, hiperemis (-), hipertrofi (-), uvula tidak membengkak, palatum molle tidak membengkak. Palpasi: Limfonodi tidak membesar, nyeri tekan submandibula (-). DIAGNOSIS AD : Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna fase Aktif AS : dalam batas normal Rhinofaringitis Kronis TERAPI Terapi non medikamentosa dapat diberi saran : Pasien diminta untuk tidak memberihkan telinga dengan cara mengkorek-korek dengan cotton bud, bulu ayam, peniti, atau alat lain. Telinga dibersihkan di dokter spesialis THT setiap 2 bulan sekali. Pasien diminta berhati-hari saat keramas/mandi supaya telinga tidak kemasukan air. Pasien diminta mengurangi kebiasaan makan gorengan. Pasien diminta untuk menjada kebersihan diri dan lingkungan. Pasien diminta menjaga daya tahan tubuh, supaya tidak mudah batuk/pilek. Untuk terapi medimamentosa dapat diberikan Antibiotik untuk mengatasi eksaserbasi akut OMK misalnya ciprofloxacin 2 x 500 mg. DISKUSI Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba auditiva, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan non supuratif. Otitis media supuratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah peradangan kronis telinga tengah, ditandai dengan adanya perforasi pada membran timpani, serta riwayat keluarnya cairan dari telinga lebih dari 2 minggu yang dapat menetap atau hilang timbul. Cairan yang keluar dapat bersifat serous, mukous atau purulen. Secara klinis, OMSK dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : OMSK tipe benigna, dimana proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan tidak mengenai tulang. Umumnya letak perforasi membran timpani berada di sentral. Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, OMSK tipe benigna dibedakan menjadi fase tenang, yaitu fase dimana tidak ada sekret yang keluar dari telinga dan fase aktif, yaitu fase dimana sekret keluar dari kavum timpani secara aktif. Selain itu terdapat OMSK tipe maligna dimana proses peradangannya dapat menyebabkan erosi pada tulang. Letak perforasi membran timpani marginal atau atik (pars flacida). Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatoma yang sifatnya berbahaya karena mempunyai kemampuan untuk tumbuh dan mendestruksi tulang. Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi.Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Pencetus terjadinya otitis media akut adalah infeksi saluran pernaasan atas (ISPA). Akibatnya terjadi sumbatan tuba eustachius. Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan Gangguan fungsi tersebut kemudian menyebabkan berkurangnya pemberian oksigen ke dalam cavum timpani. Padahal oksigen sllau dibutuhkan untuk kehidupan mukosa cavum timpani. Akibatnya tekanan udara di dalam cavum timpani berkurang (hipotensi) menjadi < 1 atm (atau disebut juga tekanan negative). Radang dan kondisi tekanan negative di cavum timpani menyebbakan terjadinya perubahan pada mukosa membrane timpani berupa: Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan linfe, Peningkatan permeabilitas dinding sel, Terjadinya proliferasi sel kelenjar mukosa. Perubahan yang terjadi pada mukosa cavum timpani tersebut menyebabkan terjadinya perembesan cairan ke dalam cavum timpani dan terjadi transudasi sehingga terjadi otitis media akut. Otitis media akut dengan perforasi membrana timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.7 Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi Otitis Media Supurative Kronis ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk. Ada beberapa mekanisme dimana terjadi perkembangan perforasi yang persisten dari membran timpani. Dalam banyak kasus, Otitis Media Supurative Kronis terjadi sebagai konsekuensi otitis media akut dengan perforasi, dengan kegagalan penyembuhan perforasi. Ada juga hubungan antara Otitis Media Efusi dan perforasi kronik. Adanya efusi telinga tengah dalam beberapa kasus membuat degenerasi lapisan lapisan fibrosa pada membran timpani.

Kelemahan pada membran timpani ini dapat menjadi faktor predisposisi perforasi dan mengurangi kemungkinan penyembuhan spontan. Walaupun banyak membran timpani sembuh spontan setelah ekstrusi tuba ventilasi, sebagian kecil tidak. Trauma perforasi terutama bila besar, dapat gagal menyembuh. Ada dua mekanisme dimana perforasi kronik dapat mengarah ke infeksi telinga tengah yang terus menerus atau berulang: Bakteri dapat mengkontaminasi celah telinga tengah secara langsung dari telinga luar karena barier pelindung fisik dari membran timpani hilang, Membran timpani yang masih utuh normalnya menghasilkan gas cushion di telinga tengah, yang membantu mencegah refluks sekresi nasofaringeal ke telinga tengah lewat tuba eustaschius. Hilangnya mekanisme protektif menyebabkan meningkatnya paparan bakteri patogen dari nasofaring ke telinga tengah. Setelah terjadi OMSK, seringkali timbul komplikasi yang timbul pada daerah sekitar tempat infeksi sampai ke intrakranial, umumnya komplikasi Otitis Media Supurative Kronis timbul karena penyebaran lewat jalan yang sudah ada, penyebaran lewat tulang, dan penyebaran lewat darah. Pasien dapat mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh di telinga atau gangguan pendengaran. KESIMPULAN Otitis Media Supuratif Kronik merupakan infeksi telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. OMSK merupakan Otitis Media Akut (OMA) yang terlambat atau tidak tepat penanganannya. Prinsip pengobatan OMSK tergantung dari jenis OMSK dan luasnya infeksi. Pengobatan OMSK dapat diberikan secara konservatif atau operatif. Pada pasien ini, masalah yang dialaminya sering keluar cairan ditelinga. Didiagnosis Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna fase Aktif. Pasien perlu mendapatkan terapi antibiotik topikal dan sistemik, serta mendapat edukasi agar tidak mengorek kuping dengan cotton bud, jangan sampai kemasukan air disaat mandi dan dilarang berenang. REFERENSI 1. Kelompok studi otologi PERHATIKL. Panduan Penatalaksanaan Baku Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di Indonesia. Jakarta, Mei, 2002. 2. Browning G.G. Aetiopathology of Inflammatory Conditions of the External and Middle Ear. In: Scott-Browns Otolaryngology. 6th edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, 1997; 3/3/15. 3. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Dalam: Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta, 2005; 55 7. 4. World Health Organization. Chronic suppurative otitis media: Burden of Illness and Management Options. Geneva, Switzerland, 2004. 5. Murakami Y. Surgical anatomy and pathology for reconstructive middle ear surgery. In: Suzuki JI et al. Reconstructive Surgery of the Middle Ear. Elsevier, Amsterdam, 1999, 1168. 6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman upaya kesehatan telinga dan pencegahan gangguan pendengaran untuk puskesmas.1998. PENULIS Lituhayu Berlian Putri, Program Profesi Pendidikan Dokter Bagian Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok, RSUD Kota Yogyakarta.

You might also like