You are on page 1of 11

TUGAS PRAKTIKUM IDENTIFIKASI HAMA TUMBUHAN WALANG SANGIT (Leptocorisa oratorius)

Disusun Oleh : Nama Nim : Adik pipit aprilianto : 11589

LABORATORIUM INTEGRATED DESEASE JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

I. A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

Hama tanaman merupakan salah satu organisme penggangu tanaman yang dapat menurunkan produksi dan kualitas dari hasil suatu komoditas tanaman. Macam-macam jenis hama yang menyerang tanaman padi perlu diidentifikasi dan diinventarisasi jenisnya, kemampuannya menimbulkan kerusakan ekonomis, serta cara-cara pengendalian yang tepat. Sampai saat ini hama masih menjadi kendala bagi petani. Hampir di setiap musim terjadi ledakan hama pada pertanaman padi. Hama utama tanaman padi antara lain adalah tikus, penggerek batang padi, dan wereng coklat. Beberapa hama lainnya yang berpotensi merusak pertanaman padi adalah wereng punggung putih, wereng hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat daun, dan walang sangit. Salah satu hama serangga tanaman padi adalah walang sangit (Leptocorisa oratorius). Hama ini menyerang pertanaman padi hampir disetiap musim. Hama ini menyerang pertanaman padi pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, yaitu setelah padi berbunga. Bulir padi ditusuk dengan rostrumnya, kemudian cairan bulir tersebut diisap. Akibat serangan hama ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh ataupun hampa sama sekali. Dengan demikian dapat mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas hasil.

B. TUJUAN Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan informasi tentang hama walang sangit (Leptocorisa oratorius), sehingga dapat mudah mengidentifikasi hama dan menentukan metode yang cocok dalam pengendaliannya.

II.

BIOEKOLOGI WALANG SANGIT

Gambar 01. Walang sangit (http://bugguide.net , 2012)

A. KLASIFIKASI Klasifikasi dari walang sangit adalah sebagai berikut (Kalshoven, 1981): Kingdom : Animalia Phylum Kelas Ordo Famili Genus : : : : : Arthropoda Insecta Hemiptera Alydidae Leptocorixa

Klasifikasi diatas didapatkan dari proses identifikasi hama walang sangit pada tanaman. Berdasarkan klasifikasi diatas, maka dapat diketahui bahwa walang sangit termasuk ke dalam famili Alydidae. Pada dasarnya serangga famili Alydidae memiliki karakteristik yang hamper sama dengan famili Coreidae. Alydidae memiliki tubuh yang langsing. Selain itu Alydidae memiliki beberapa kaki yang panjang dan sangat tipis. Bagian kepala famili Alydidae memiliki ukuran yang luas, hingga ukuran panjang dan lebar ke pronotum dan scutellum yang sama. Untuk bagian mata famili ini merupakan tipe mata majemuk yang bulat dan menonjol, serta terdapat mata ocelli. Hama yang termasuk ke dalam famili ini pada umumnya memiliki warna gelap dengan bagian warna-warni di bagian perut yang tertutupi oleh sayap. Walang sangit memiliki tipe alat mulut pencucuk penghisap. Hama ini juga memproduksi cairan yang berbau busuk.

B. MORFOLOGI Walang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan. Hama ini meletakkan telurnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuk segi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur rata-rata 5,2 hari (Siwi et al., 1981). Hama ini mengalami metamorphosis tidak sempurna. Fase nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Periode ini memiliki Lama periode rata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda. Pada saat fase imago, hama ini menjadi coklat kekuningkuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat. Walaupun demikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa. Jika hama ini berada di pertanaman tanaman padi, maka pada bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan. Namun walang sangit yang ditemukan di lahan rerumputan, maka tubuhnya berwarna hijau keputihan (Siwi, 1981). Fase dewasa atau imago walang sangit berbentuk ramping dan berwarna coklat. Tubuhnya memiliki ukuran panjang sekitar 14 - 17 mm dan lebar 3-4 mm. imago walang sangit memiliki tungkai kaki dan antenna yang panjang. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Imago walang sangit baru dapat melakukan kawin setelah berumur 4-6 hari dengan masa pra peneluran 8,1. Walang sangit dapat menyelesaikan satu siklus hidupnya dari telur hingga mati selama 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari.

Gambar 02. Telur walang sangit (http://bugguide.net , 2012)

Gambar 03. Imago walang sangit (http://bugguide.net , 2012)

Gambar 04. Ventral abdomens walang sangit (http://bugguide.net , 2012)

C. SIFAT DAN PRILAKU Hama walang sangit biasanya meletakkan telurnya secara berkelompok. Hama ini menyerang pertanaman padi pada fase pertumbuhan generatif atau setelah terjadinya pembungaan. Akan tetapi pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup dan berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit. Hama ini mengeluarkan cairan yang berbau busuk yang digunakan sebagai perlindungan diri.

D. HABITAT Habitat yang sesuai untuk hama walang sangit adalah tempat yang memiliki iklim mikro yang sesuai. suhu yang diharapkan untuk kehidupan walang sangit berada diantara 27 30 0C. selain itu juga, walang sangit memiliki Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkan banyak terjadi pada waktu temperatur sedang, curah hujan rendah dan sinar matahari terang. Walang sangit dapat berkembang biak di lahan dataran rendah maupun di dataran tinggi (Mudjiono, 1991). Selama ini walang sangit dapat ditemukan pada hamper semua negara produsen padi. Daerah penyebaran walang sangit adalah Australia, Bhutan, China, Fiji, India, Indonesia (including New Guinea), Malaysia, Mauritius, Myanmar, New Caledonia, Papua New Guinea, Philippines, Samoa, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, Tonga, and Vietnam. Untuk wilayah Indonesia, walang sangit dapat ditemukan di daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.

III.

KISARAN INANG DAN GEJALA SERANGAN

A. KISARAN INANG Walang sangit selain menyerang tananamn padi yang sudah bermalai dapat pula berkembang pada rumput-rumputan, seperti Panicium crusgalli, Paspalum dilatatum, dan rumput teki. Tanaman inang alternatif hama walang sangit berasal dari keluarga tanaman rumput-rumputan, yang antara lain: Panicum spp. Andropogon sorgum, Digitaria

consanguinaria, Eleusine coracoma, Cyperus polystachys, Paspalum spp., dan Pennisetum typhoideum.

B. GEJALA SERANGAN Pada dasarnya gejala yang diakibatkan serangan hama walang sangit adalah kerusakan akibat aktivitas makan dari hama tersebut. Kerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada masa berbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara nyata setelah pada instar ketiga dan seterusnya. Tingkat serangan dan kehilangan hasil akibat serangga dewasa lebih besar dibandingkan nimfa. Hama walang sangit fase imago dengan jumlah 10 ekor pada tiap 9 rumpun tanaman akan merugikan hasil sebesar 25%. Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada tanaman di lahan yang sebelumnya banyak ditumbuhi rumput-rumputan serta pada tanaman yang berbunga paling akhir. Nimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit mengisap cairan bilir padi dengan cara menusukkan styletnya. Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Gejala serangan walang sangit dapat terlihat lebih jelas pada gambar 02 dan 03 :

(http://www.cbit.uq.edu.au, 2012) Gamabar 05. Gejala serangan walang sangit pada padi setelah dipanen dan digiling.

(http://www.cbit.uq.edu.au, 2012) Gambar 06. Gejala serangan walang sangit pada padi fase generatif.

IV.

PENGENDALIAN

Pada dasarnya pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip pengendalian hama terpadu. Metode yang dapat dilaukan dalam pengendalian hama walang sangit adalah (Effendi et al., 2009): 1. Pencegahan Secara Biologis (Alami) Pengandalian secara Biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami belalang, misalnya dengan cara melepaskan predator alami beruba laba laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit. 2. Pengendalian secara Mekanis a. Menanam tanaman secara serentak. b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit. c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap. d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga. e. Pemeliharaan tanaman / kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta Penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini. 3. Pengendalisn secara Kimiawi Apabila serangan hama dan penyakit telah berada di ambang batas atau mencapai 10%, pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan. Akan tetapi, pemakaian bahan kimia secara berlebihan akan membawa dampak negatif bagi lingkungan. Untuk itulah penggunaanya harus terkontrol. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

V. A. KESIMPULAN

PENUTUP

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, maka dapat disimpilkan bahwa : 1. Walang sangit termasuk ke dalam famili Alydidae dan dalam genus Leptocorixa. 2. Walang sangit menyerang tanaman tebu pada fase generatif. 3. Pengendalian walang sangit dapat dilakukan dengan metode biologis, mekanis maupun kimiawi.

B. SARAN 1. Praktikum identifikasi hama tumbuhan akan lebih baik jika dipelajari lebih lanjut, bukan hanya perkenalan saja. 2. Akan lebih baik jika beberapa hama penting saja yang digunakan untuk pembahasan lebih lanjut. 3. Sebaiknya focus pada suatu komoditas atau kelas tertentu, supaya lebih fokus dalam pembelajarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Scientific name: Leptocorisa acuta (Thunberg), L. oratorius (Fabricius), and L. chinensis Dallas. < http://www.ctpm.uq.edu.au/software/riceipm/keys

/Html/Leptocorisa%20slenderricebug.htm>diakses pada tanggal 18 januari 2012.

Effendi, Baehaki Suherlan. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam Perspektif Praktek Pertanian Yang Baik (Good Agricultural Practices). Strategi Pengendalian Hama Terpadu. 2(1):65-78.

Kalshoven, L.G.E. and P.A. van der Laan. 1981. The pest of crops in Indonesia. P.T. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta.

Mudjiono, G., B. T. Rahardjo., T. Himawan. 1991. Hama-hama Penting Tanaman Pangan. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

Siwi, S.S., A. Yassin and Dandi Sukarna. 1981. Slender rice bugs and its ecology and economic threshold. Syiposium on Pest Ecology snd Pest Management, Bogor.

You might also like