You are on page 1of 44

TENGGELAM, LUKA BAKAR, KERACUNAN PADA BAYI DAN BALITA

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kasus tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada wilayah perairan seperti di Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai. Perlu diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan; air asin atau air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Tenggelam merupakan penyebab kematian yang masih dapat dicegah. Keberhasilan menolong korban yang tenggelam tergantung dari lama dan beratnya derajat hipoksia. Kegawatan pada korban tenggelam adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan akibat masuknya cairan(air tawar/ asin) ke dalam jaringan paru yang dapat menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui/ ditolong korban tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan selanjutnya. Kematian pada anak anak akibat keracunan relative tidak sering dikebanyakan Negara berkembang. Di UK terdapat sekitar 30 kematian pertahun. Sekitar 12.000 anak-anak dibawa ke RS setiap tahunnya karena menelan racun dan 40.000 datang ke A & E departemen. Yang tersering pada usia < 5 tahun. Produk kedokteran sebagai salah satu penyebab keracunan pada anak anak seperti antihistamain. Produk rumah tangga dapat juga menimbulkan keracunan pada anakanak. Luka yang serius disebabkan oleh zat-zat alkalis yang bersifat korosif. Luka bakar merupakan bahaya yang potensial terjadi di setiap rumah tangga; banyak laporan menunjukkan, luka bakar oleh karena air panas/cairan panas adalah jenis yang paling sering terjadi pada anak. Bayi dan anak kecil lebih rentan terkena sebab rasa ingin tahu yang besar serta kulit mereka yang sangat sensitif. Luka bakar yang kecil biasanya dapat ditangani dengan aman di rumah, tapi luka bakar yang cukup

luas tentu saja memerlukan perawatan medis. Yang penting ialah melakukan tindakan pencegahan sederhana di rumah.

B.

TUJUAN Tujuan disusunnya makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui mengetahui masalah-masalah yang mungkin terjadi pada neonatus, bayi dan balita, khususnya tenggelam, keracunan, dan luka bakar. 2. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada masalah tenggelam, keracunan, dan luka bakar yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita.

C. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. SITEMATIKA PENULISAN BAB II KONSEP DASAR A. TENGGELAM 1. PENGERTIAN 2. ETIOLOGI 3. PATOFISIOLOGI 4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 5. PENCEGAHAN 6. KOMPLIKASI 7. PENATALAKSANAAN B. KERACUNAN 1. TANDA DAN GEJALA 2. KLASIFIKASI

C. LUKA BAKAR 1. PENGERTIAN 2. ETIOLOGI 3. PATOFISIOLOGI 4. KLASIFIKASI 5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 6. PENCEGAHAN 7. KOMPLIKASI 8. PENATALAKSANAAN BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR

A. TENGGELAM 1. PENGERTIAN Di dalam pengertian tenggelam dikenal 3 istilah, yakni : a. Drowning : masuknya cairan yangg cukup banyak ke dalam saluran pernapasan / paru. b. Submersion : kepala masuk ke dalam air. c. Immersion : seluruh tubuh masuk ke dalam air. Titik berat pembicaraan ini adalah tenggelam dalam artian drowning, mengingat bahwa kedua keadaan lainnya akan mengakibatkan drowning juga. (Purnawan Junadi : 1982)

2. ETIOLOGI Penyebab tenggelam yang sering terjadi yaitu: a. Kurangnya pengawasan orang tua b. Kurangnya pengawasan dari petugas keamanan di kolam renang

3. PATOFISIOLOGI Di dalam prosees tenggelam ditemukan dua unsur : a. Tubuh kontak lama dengan air (terutama bagi immersionn), akan mengakibatkan tanda-tanda : basah, kutis anserina, women washers hand. Tanpa adanya inhalasi air yang banyak, kematian dapat terjadi melalui asfiksi akibat spasme laring dan kedinginan yang sangat, terutama di daerah nontropis.

b. Inhalasi air (drowning) : menyebabkan asfiksia yang relatif karena air merupakan sumbatan yang masih bisa bergerak keluar masuk (bila sedikit), kecuali bila ada benda asing padat yang menyumbat total. Kematian dapat terjadi melalui : asfiksia atau fibrilasi jantung (pada tenggelam di air tawar) atau edema paru (pada tenggelam di air laut). Hipoksia merupakan masalah utama yang sering diakibatkan oleh trauma saat tenggelam, tetapi dengan adanya spasme glottis mampu menghambat terhirupnya air ke paru-paru. Hal ini terjadi pada kurang lebih 10 % kematian akibat tenggelam. Dalam situasi yang lain, terjadi peningkatan cepat tekanan alveoli-arterial, yang terjadi pada saat air teraspirasi sehingga menyebabkan hipoksia progresif. Korban-korban tenggelam kebanyakan mengalami hipervolemia. Adanya perbedaan

tenggelam di air tawar dan di air laut dalam hal upaya untuk bertahan hidup, yang mana tidak begitu penting dibandingkan dengan temuan-temuan klinik. ARF dan DIC telah dilaporkan terjadi pada kasus orang yang selamat pada kasus tenggelam. Perubahan kadar elektrolit minimal dan kandungan klorin yang ada di dalam air bukan suatu perbedaan yang signifikan.

4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Perbedaan kadar elektrolit jantung kanan dan kiri dapat dideteksi dengan : a. Mengukur kadar Na dan Cl secara kimiawi pada masing-masing tempat. b. Tetes jatuh CuSO4 Darah diteteskan ke dalam larutan CuSO4 yang diketahui berat enisnya (BJ), kemudian dicari ke dalam larutan mana tetesan tersebut melayang yang menimbulkan BJ sama. Normal BJ darah 1,055. Perbedaan sebesar 0,0050 sudah bermakna.

5. PENCEGAHAN Cara terhindar dari ancaman tenggelam : a. Setiap anak yang sedang berenang harus selalu diawasi. b. Pintu masuk atau akses ke kolam renang harus selalu dalam pengawasan c. Peralatan penyelamat seperti pelampung atau ban penyelamat harus selalu dekat dengan kolam renang atau area berenang d. Bila punya kolam renang di rumah, letakkan telepon dekat dengan kolam renang. Agar anda bisa mengangkat telepon tanpa meninggalkan pengawasan anak anda saat berenang e. Hindari meletakkan meja dan kursi dekat kolam renang agar anak anda tidak dapat memanjatnya f. Ikutkan salah seorang anggota keluarga anda di dalam pelatihan RJP agar bila dibutuhkan suatu saat ia dapat menolong. g. Sering terjadi bayi yang sudah mulai berjalan sendiri atau anak kecil tenggelam di kolam renang milik orang tuanya. Ini karena minimnya pengawasan saat si bayi bemain-main di dekat kolam renang. Agar anak terhindar dari bahaya tenggelam, inilah yang perlu dilakukan orang tua h. Gunakan ember dan air yang ukurannya disesuaikan usia anak. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian sedetik pun di dekat bak mandi. i. Selalu buang air di dalam bath-up setiap kali usai menggunakannya. Bila sedang mengisi bath-up, tutuplah pintu kamar mandi. Bila perlu, kuncilah untuk mencegah si kecil merangkak masuk. j. Sekeliling kolam renang harus diberi pagar pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam harus selalu terkunci. k. Selalu awasi si kecil bila ia berada di dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun.

l. Jangan terlalu berambisi mengajari bayi berenang sejak dini di kolam renang umum. Usia yang paling disarankan adalah tiga tahun karena daya tahan tubuhnya sudah lebih kuat menghadapi parasit dan bakteri yang mungkin ada di kolam renang umum. Lagi pula, kalau diajarkan terlalu dini, orang tua biasanya menggampangkan; begitu si kecil sudah bisa ngambang atau berenang sedikit, dikiranya sudah aman padahal belum tentu. Kelak, bila ingin memasukkan si kecil ke kursus renang, pilihlah guru yang bersertifikat dan terlatih mengajar balita. 6. KOMPLIKASI

Komplikasi SSP jarang terjadi pada anak-anak yang selamat. Cerebral irritability sering terjadi pada 18 jam pertama setelah kecelakaan, dengan bentuk high pitched cerebral cry / menjerit.Kerusakan ini bisanya kembali normal dan pada pemeriksaan psikometrik mengenai cara bertahan tidak signifikan berubah.Tetapi kerusakan korteks yang besar bisa terjadi pada beberapa kasus, terjadi karena adanya interval waktu yang lama antara waktu keluar dari air dengan waktu pertama kali menghirup nafas.

7.

PENATALAKSANAAN

Kasus tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada wilayah perairan seperti di Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai. Perlu diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan; air asin atau air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Hal ini tentu akan dilakukan oleh orang yang sangat terlatih dalam hal berenang, sehingga penolongpun tidak menjadi korban berikutnya. Setelah korban tenggelam ini dapat di keluarkan dari air maka mengusahakan untuk membebaskan fungsi pernapasan; dan mengeluarkan air yang sudah terminum dengan cara

merangsang terjadinya refleks muntah (bagi pasien sadar), sedangkan bagi korban tak sadar/ koma kita harus menghindari terjadinya aspirasi( masuknya air dalam saluran napas) serta sesegera mungkin dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai. Kegawatan pada korban tenggelam adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan akibat masuknya cairan(air tawar/ asin) ke dalam jaringan paru yang dapat menyebabkan gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui/ ditolong korban tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan selanjutnya.

Setiap anak yang nyaris tenggelam sebaiknya diperiksa secara medis dengan lengkap, meskipun dia kelihatan baik-baik saja. Jika dia berhenti bernafas, menghirup air, atau kehilangan kesadaran, anak sebaiknya tetap berada dalam pengawasan medis selama paling sedikit 24 jam untuk memastikan tidak terjadi kerusakan pada system pernafasan atau system syarafnya.

Sembuhnya anak dari nyaris tenggelam tergantung dari seberapa lama dia kekurangan oksigen. Jika dia berada di dalam air hanya sebentar, anak mungkin sembuh dengan sempurna. Waktu tanpa oksigen yang lama dapat menyebabkan kerusakan paru, jantung dan otak. Seorang anka yang tidak berespon dengan cepat saat dilakukan RJP mungkin mengalami masalah yang serius, tetap penting untuk terus mencoba karena RJP yang terus dilakukan dapat menyadarkan anak yang kelihatannya sudah sekarat atau yang tenggelam dalam air yang sangat dingin untuk waktu yang lama. RJP a. Tidak mungkin berespons, tanpa diperlukan adanya bukti jika pernafasan yang : efektif

b. Kesulitan berat dalaam bernafas (seperti dengan nnyeri dada atau sumbatan karena menghisap benda asing).

c. Bibir atau kulit biru yang berhubungan dengan kesulitan bernafas d. Pernafasan yang cepat atau dipaksakan (pernafasan berat dan berbunyi).

e. f. g.

Mengi Mengeluarkan liur Sangat

yang atauu sulit

hebat menelan pucat

Jika korban menunjukkan tanda-tanda tersebut dan orang tua bersama orang lain, mintalah orang lain menelepon instalasi gawat darurat sementara orang tua mulai melakukan RJP. Jika oorang tua sendirian, lakukan dan ikuti langkah RJP dengan segera setelah berteriak atau mencari pertolongan. Langkah-langkah Langkah 1. periksa dengan cepat keadaan RJP: korban.

Apakah ia sadar? Goyangkan dengan kuat, pukul, atau teriak untuk mrncoba membangunkanya. Anggap ia tidak sadar jika ia tidak berespon setelah anda melakukan hal itu tiga kali. Apakah ia bernafas?

Tempatkan telinga anda secara langsung di sekitar mulutnya dan dengarkan pernafasannya. Jika dia sulit bernafas, aturlah untuk membawanya segera ke IGD. Jika anda tidak mendengar suara nafasnya, lihatlah dadanya bergerak ke atas dan ke bawah atau tidak.

Langkah 2. Jika korban tidak bernafas, baringkan dia telentang pada permukaan datar yang keras.

Jika anda mencurigai bahwa anak mengalami cedera pada leher atau tulang punggung pindahkan dia dengan hati-hati sehingga lehernya tidak tertekuk. Jika anda menemukan korban dengan wajah menghadap ke bawah, topang kepalanya agar lehernya tidak terpelintir saat anda memutar anak telentang. Langkah 3. Buka jalan udara akorban dengan mengangkat kepalanya ke belakang sehingga hidungnya berada di udara.

Hati-hati jangan sampai mendorong kepalanya terlalu jauh ke belakang karen dapat menghambat saluran pernafasan bayi atau anak kecil. Untuk membebaskan lidah dari terjatuh ke belakang tenggorok, angkat dagu ke atas

dengan lembut menggunakan satu tangan sementara mendorong ke bawah pada dahi dengan tangan yang lainnya. Jika tidak berhasil, lihat ke dalam tenggorok untuk melihat apakah terhalang oleh benda asing atau makanan. Langkah 4. jka korban masih tidak dapat bernafas dan ia tidak tampak tersedak, 1. berikan Ambil resusitasi dari nafas mulut ke mulut. panjang

2. Jika anak masih bayi, tempatkan mulut anda di sekitar hidung dan mulutnya. Buatlah seketat mungkin. Jika anak sudah lebih besar, jepit cuping hidungnya dan tempatkan mulut anda di sekitarnya.

3. Berikan dua bantuan nafas, tiupkan cukup udara pada korban sehingga anda dapat melihat dadanya bergerak naik dengan pelan. Kemudian berhenti, angkat mulut anda darinya sehingga udara dapat keluar, dan ambil nafas panjang lagi. Pada bayi, berhati-hatilah untuk tidak mengeluarkan nafas dengan terlalu keras karena ini akan berbahaya. Jika udara tidak tampak masuk ke dalam dada, saluran udara mungkin masih terhambat dan anda perlu mengulang langkah 3.

4. Jika dada anak anda jelas mengembang setelah anda meniupkan udara ke mulutnya, teruskan meniupkan denga rerata satu nafas per tiga detik (20 per menit), Langkah 5. sampai periksa denyut ia korban bernafas sete;ah dua bantuan sendiri. nafas.

Untuk bayi di baawah satu tahun, cari arteri pada bagian depan siku. Untuk anak yang lebih besar, raba arteri pada leher di bawah telinga dan tepat di baewah tulalng rahang. Jika jantung berdenyut, anda akan merasakan denyutan ketika jari tangan anda dengan lembut menyentuh titik-titik ini. Jangan menekan dengan kuat.

Langkah 6. jika anda tidak dapat meraba denyutnya, asumsikan jantungnya berhenti dan mulai lakukan kompresi dada (RJP) untuk menjaga sirkulasi

darah

pada

organ

vital.

Lakukan

sebagai

berikut:

1. pada bayi, tempatkan dua atau tiga jari tangan pada tulang dada, satu jari lebarnya di bawah garis puting payudara. Tekan ke bawah 1,25 hingga 2,5 cm, denag kecepatan 100x per menit. Berhati-hatilah untuk tidak melakukan tekanan yang terlalu banyak. Pada anak yang lebih besar, tempatkan salah satu tumit tangan anda di atas tulang rusuk ke tiga. Tekan ke bawah 1,25-2,5 cm denga kecepatan 80-100 kali per menit.

2. Setelah lima tekanan, berikan anak satu pernafasan, seperti dijelaskan pada langkah 4. teruskan 5 tekanan satu nafas, 5 tekanan satu nafas sampai anda merasakan denyut pada arteri yang menunjukkan bahwa jantung memompa lagi. Langkah 7. Minta bantuan gawat darurat.

JiKa anda sendirian hubungi segera IGD setelah anak mulai bernafas. Pastikan untuk menyebut lokasi dan nomor telepon yang anda pakai. Paramedis yang tiba di tempat kejadian akan menentkan kondisinya dan memberi penanganan yang sesuai.

B. 1. TANDA DAN

KERACUNAN GEJALA

Kebanyakan anak yang menelan racun tidak terancam bahaya permanen, khususnya jika mereka mendapat penanganan yang segera. Waspadalah terhadap a. b. noda luka yang tanda-tanda tidak bakar dapat pada berikut dijelaskan bibir di atau ini: pakaiannnya mulutnya

c. leleran air liur yang tidak biasa atau bau yang aneh dari nafasnya d. e. mual atau kram muntah yang perut tidak dan jelas sebabnya demam

f.

kesulitan

bernafas

g. perubahan tingakah laku yang tiba-tiba, seperti misalnya mengantuk yang tidak biasa, peka rangsang, kaget-kagetan.

h. kejang-kejang atau tidak sadarkan diri (hanya bila dalam kasus yang sangat serius). 2. a. Racun yang KLASIFIKASI Ditelan

pertama-tama jauhkan bahan beracun dari anak-anak. Jika masih terdapat sisa di dalam mulutnya, buatlah agar dia meludahkannya atau korek dengan jari Anda. Biarkan bahan tersebut bersama dengan bukti lainnya yang akan membantu menentukan apa yang ditelan oleh anak kenudian periksa tandatanda 1.) 2.) 3.) 4.) 5.) Macam-macam 1.) a. racun Keracunan mengantuk yang ditelan nyeri banyak keluar sulit berikut tenggorok air : berat liur bernafas kejang-kejang berat : Bongkrek Etiologi

Bisa dari tempe bungkil atau ampasnya (bahan sisa minyak kelapa), umumnya dari jamur golongan rhizopus (kurang beracun), namun kemudian mengalami super kontaminasi jamur: pseudomonas cocofenans yang membentuk racun toksoflafin (dari gliserin) dan asam bongkrek (dari asam lemak) yang tahan terhadap b. Gambaran pemanasan. klinik

Inkubasi 1-4 jam, sakit kepala, mual, muntah, depresi nafas, anoreksia, merasa

lemah,sukar menelan atau berbicara dan koma. Kematian bisa timbul dalam 18 c. hari. Therapi

Atasi gejala yang ada. Sulfas atrofin mungkin berguna karena antidotum spesifik belum ada. Lafase lambung, katarsis, dapat pula diberikan antitoksin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa IV ini sebaiknya disertai dengan laritan garam fisiologik dan plasmo. Cairan ini harus 2.) a. diberikan secepatnya Keracunan bila ada persangkaan. Jengkol Etiologi

Biji jengkol di berapa daerah di Indonesia biasa dimakan. Yang menyebabkan keracunan jengkol ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengaandung belerang yang dapat diisolasi dari biji jengkol ( Pithecolobium lobatum b. ) oleh Van Veen dan Hyman pada tahun 1933. Gejala

Gejala yang timbul disebabkan oleh Hablur ( kristal ) asam jengkol yang menyumbat traktus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 512 jam setelah makan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yangn terlambat 36 jam setelah makan biji jengkol. Umumnya penderita menceritakan bahwa setelah memakan beberapa biji jengkol, ia akan merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah, adanya serangan kolik dan perasaan nyeri pada waktu berkemih. Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria. Nafas dan urine berbau jengkol. Pada anak gejala yang sering didapat ialah infiltrat urine pada penis, skrotum, yang dapat meluas sampai didaerah suprapubik dan regio inguinal. c. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop dapat ditemukan Hablur asam jengkol berubah jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset. Hablur ini tidak selalu ditenukan pada urine anak dengan keracunan jengkol sebab Hablur ini cepat menghilang apabila urine disimpan. Menurut Djaini ( 1967 ) hablur tersebut terbentuk pada peralihan alkali ke asam atau sebaliknya. Ureum pada keracunan jengkol dapat normal atau sedikit meninggi kecuali pada anak dengan anuria kadar uerum meninggi. Diagnosis keracunan jengkol tidak sukar ditegakan. Umumnya orang tua penderita sendiri menceritakan bahwa setelah beberapa jam makan biji jengkol d. timbul gejala dan keluhan . Therapi

Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut atau pinggang saja) penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus Natrium Bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan anak 2-5 mEq/kg BB Natrium Bikarbonat diberikan secara infus selama 4-8 jam. Antibiotika e. diberikan apabila ada infeksi sekunder. Prognosis

Pada umumnya prognosis baik, walaupun ada juga penderita yang meninggal dunia f. Jangan 3.) makan Keracunan biji Zat sebagai akibat gagal ginjal akut. Pencegahan jengkol. Korosif

Zat Korosif ialah zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan kulit atau mukosa. Kerusakan ini bisa ringan ( tidak menyebabkan kerusakan yang berarti) atau berat (sampai timbul ulkus atau perforasi usus). Derajat

kerusakan ini bergantung pada macam, jumlah dan konsentrasi zat korosif, serta lamanya kontak zat tersebut dengan mukosa atau kulit.

Kematian yang terjadi akibat zat korosif disebabkan oleh komplikasi berupa renjatan, asfiksia karena edema glotis dan laring, perforasi lambung dan intercurent infections kerusakan esofaggus akibat asam lebih kecil daripada asam, sebaliknya dalam lambung zat yang bersifat asam menyebabkan kerusakan Kerusakan oleh lebih basa hebat lebih bersifat daripada nekrosis oleh likuefaksi basa. sehingga

mengakibatkan kerusakan lebih hebat pada esofagus daripada oleh asam. Akan tetapi dalam kenyataannya sifat korosif akibat asam atau basa umumnya tidak a. dapat dibedakan. Gejala

gejala keracunan zat korosif yang diminum ialah sebagai berikut : a) disfagia, dapat terjadi langsung atau beberapa saat setelah menelan zat korosif. Mula-mula sukar menelan makanan padat, makanan cair, akhirnya air atau ludah.

b) terjadi korosif pada mukosa mulut, tenggorokan dan esofagus. Daerah nekrotik biasanya berwarna abu-abu putih tapi segera berubah menjadi hitam. Asam nitrat biasanya menyebabkan warna kuning.

c) faktor jumlah insektisida yang beredar. Dinyatakan adanya hubungan pestisida yang beredar setipa tahun dengan keracunan yang terjadi. d) kolaps vaskular, nadi cepat dan lemah, nafas sesak dan produksi urin sedikit. e) edema glotis yang menyebabkan asfiksia dengan segala akibatnya. f) ulserasi semua membran jaringan yang terkena.

i) striktur dan stenosis esofagus, lambung dan pilorus yang kadang-kadang memerlukan tindakan operatif.

g) aspirasi pneumonia, hemoptisis dapat terjadi bila misalnya menghisap uap asam b. klorida. Pengobatan

a) bila terdapat renjatan, perbaikilah dengan memberikan cairan Ringer laktat, albumin atau darah. Usahakan supaya penderita menjadi hangat.

b) minum air sebanyak mungkin. Pada keracunan akut teruttama dengan zat yang bersifat asam penerita merasa sangat nyeri.

c) berikan demulsan seperti susu, putih telur atau kanji. Jangan memberikan zat untuk menetralkan zat racun oleh karena dapat menyebabkan reaksi eksotermik. d) bila nyeri hebat dapat diberikan morfin.

e) segera dilakukan operasi bila terjadi obstruksi pernafasan, perforasi dan striktur. Pemberian antibiotik diperlukan bila ada gejala infeksi.

Kortikosteroid diberikan pada renjatan persisten atau digunakan untuk mencegah atau mengurangi timbulnya striktur. Antibiotik dan kortikosteroid bermanfaat mencegah striktur bila kerusakan belum mencapai lapisan otot. Pemberian triamsinolon intra lesi telah dicobba di Bagian THT FKUI/RSCM Jakarta dengan hasil bervariasi, tetappi penderita yang diobati masih terbatas. Tindakan diilatasi esofagus dikerjakan bila keadaan sudah tenang ( tidak ada tanda-tanda infeksi, peradangan, perdarahan atau suhu badan meninggi). Trakeostomi dikerjakan bila terjadi asfiksia karena edema laring atau glotis. f) aliimentasi parenteral (pemberian makanan per IV ) dibarikan biiasanya 1 minggu sampai diperkirakan mukosa sudah sembuh, kemudian dicoba dengan diet cair, makanan lunak dan akhirnya makanan biasa.

g) hindarkan tindakan bilas lambung atau tindakan yang menyebabkan penderita muntah.

h) Bila zat korosif mengenai kulit tindakan kita ialah mencuci dengan air atau

sabun, sedangkan bila mengenai mata cucilah dengan air bersih selam 5-10 menit bila zat bersifat asm, atau selama 10-15 menit untuk zat yang bersifat basa. 4.) Keracunan S insektisida

Pestisida atau insektisida yang banyak digunakan di Indonesia termasuk golongan organoklorin dan organofosfat. Kedua golongan bahan organk tersebut merupakan penyebab terpenting keracunan. Pada umumnya keracunan dapat timbul sebagai akibat kesalahan dalam rumah tangga ataupun akibat a. penyemprotan di daerah pertanian. etiologi

Hayes (1970) mengemukakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya keracunan pestisida yaitu:

a) Faktor umur. Anak dan orang tua pada umumnya lebih mudah terkena. b) faktor alkohol. Peminum alkohol dan penderita penyakit jiwa lebih mudah terkena. c) faktor jumlah insektisida yang beredar. Dinyatakan adanya hubungan pestisida yang beredar setiap tahun dengan keracunan yang terjadi. d) faktor keceerobohan. Penyimpanan yang kurang sempurna sehingga mudah dicapai anak, menyebabkan keracunan pada anak. Sering terjadi kesalahan yang menimbulkan keracunan akibat tidak diberikannya etiket atau tanda pada tempat penyimpanan.

e) faktor musim. Di Amerika Serikat keracunan lebih banyak terjadi pada musim panas daripada musim dingin. Hal ini disebabkan penggunaan insektisida lebih banyak di musim panas. Dan penyerapan melalui kulit lebih mudah pada suhu yang lebih tinggi.

f) Faktor toksisitas. Perbedaan toksisitas pada masing-masing insektisida berpengaruh terhadap timbulnya keracunan.

g) Faktor cara masuknya insektisida ke dalam tubuh. Umumnya timbulnya keracunan yang menyebabkan kematian sebagai akibat masuknya insektisida ke dalam tubuh melalui mulut.

h) faktor jenis kelamin. Laki-laki, anak, maupun dewasa lebih banyak terkena daripada b. Keracunan 1.) insektisida dapat insektisida dibagi menjadi dua organo perempuan. Klasifikasi golongan. klorin

keracunan

golongan

Dalam golongan ini termasuk DDT, Dieldrin, Endrin, Chlordane, Aldin, dll. DDT ialah pestisida dari golongan ini dengan adanya toksisitas paling rendah, tetapi pemakaiannya sangat luas baik di lapangan maupun di dalam rumah tangga. a.) Efek farmakologis

Insektisida golongan ini terutama bekerja pada SSP, yaitu terutama di batang otak, serebelum dan korteks serebri. Mekanisme kerjanya maih belum diketahui. Pada binatang percobaan tikus, DDT menghambat kerja enzim adenosin b.) trifasfatase daripada ujung saraf. Toksikologi

Insektisida golongan ini pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kerosen, minyak tumbuh-tumbuhan, alkohol dan benzen. Pada keracuan akut pada insektisida golongan ini, tanda pertamanya ialah bertambahnya aktifitas iritasi dan peninggian sensitivitas. Kelemahan dan kelumpuhan otot menyusul kemudiandan dapat timbul kejang. Hal ini semua jelas terlihat pada binatang percobaan. Pada manusia tanda keracunan akut ialah muntah, nyeri perut disertai diare setelah terjadi sesudah 1-2 jam. Dapat pula timbul parastesia dari bibir, lidah dan muka; malaise, nyeri kepala dan sakit tenggorok; tremor ataksia dan pada keadaan yang berat terjadi kkejang tonik

dan klonik yang dapat disertai koma dan parasis. Pada keadaan yang sangat berat, DDT menyebabkan sensitisasi jantung terhadap epinefrin androgen, dapat terjadi fibrilasi ventrikel dan kematian mendadak. Kematian biasanya disebabkaan oleh terhentinya pernafasan akibat kelumpuhan medula oblongata. Kejang sebagai gejala intosikasi SSP merupakan gejala utama keracunan insektisida golongan organoklorin ini. Pemeriksaan EEG menunjukan kelainan yang dapat menetap sampai 6 bulan ( Holengram, 1972 ). Gejala sisa belum dapat dijetahui karena memerlukan pengamatan jangka waktu yang lama. Intoksikasi kronis banyak dijumpai pada pekerjaan yang bekerja dengan organokorin, biasanya berupa Neuropatia perifer, parastesia, hipotonia dan kelemahan otot serta anemia aplastik ( Sanches dan Medal, 1967 c.) ). Kematian biasanya terjadi akibat nekrosis hati.

Diagnosis

umumnya diagnosis dapat ditegakan setelah anamnesis. Diagnosis pasti ditegakan dengan ditemukan 2,2 bis ( Paraklorofenil ) asam asetat didalam urine d.) atau didapatkanya DDT didalam darah. Pengobatan

Tindakan cuci lambung dengan NaCl fisiologis atau membuat penderita muntah, bila pelarut organoklorin bukan minyyak tanah tetapi air. Bebaskan jalan nafas terhadap sekret, mukus saluran nafas atau air ludah. Untuk mengatasi kejang dapat diberikan Diazepam.

Pengobatan simptomatik dan suportif, misalnya dengan memberikan makanan yang kaya akan karbohidrat dan vitamin B kompleks. 2.) keracuan insektisida golongan organofosfat

Yang termasuk dalam golongan ini iallah TEPP, Paraoxon, Dimefox, Schradan, Parathion, Systox, Potosan, EPN, Malathion, Sumithion, Diazinon.

a.)

efek

farmakologis

golongan organofosfat menurut cara kerja farmakologisnya dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu : ( 1) golongan yang menghambat enzim kolinesterase invitro (misal TEPP).

(2) golongan yang berpengaruh sedikit sekali atau tiidak berpengaruh sama sekali terhadap enzim kolinesterase tetapi bila masuk ke dalam tubuh akan berubah menjadi suatu ingibitor terhadap senyawwa kimia yang tidak jelas di dalam b.) tubuh. (misal Parathion, Potosan, dann Schradan). gejala

Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan golongan organofosfat pada umumnya sama yaitu racun ini menyebabkan keracunan biokimiawi sebagai akibat inhibisi dari pada kolinesterase yang di dalam saraf berfungdi menghentikan c.) aksi asetilkolin dengan jalan hidrolisis. toksikologi

organofosfat dapat menyebabkan keraacunan akut ammupun mrnahun. Gejala keracunan (1) akuta dapat dibagi Gejala dalam dua golongan yaitu:

muskarinik

Misalnya hiperpireksia kelenjar keringat, air mata, air liur, saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Dapat ditemukan juga gejala nausea, muntah, nyeri perut, diare, inkkontinensia alvi dan urin, bronkokontrinksi, miosis, bradikardi, dan hipotensi. Dalam hal keracunan menahun gejalanya ringan atau tidak tampak sama sekali. Sebsb kematian biasanya kegagalan pernafasan dan (2) d.) atau kegagalan kardiovaskuler gejala yaiaatu henti jantung.. .

nikotinik diagnosis

diagnosis keracunan organofosfat dapat dipastikan dengan pemeriksaan aktivitas kolinesterase dalam darah kurang dari 50%, keracunan dianggap

pasti. e.) pengobatan

(1) bila perlarut golongan organofosfat yang diminum atau terminum ialah minyak tanah kira-kira 98% tindakan untuk memuntahkan atau cuci lambung sebaiknya dihindari untuk mencegah timbulnya pneumonia aspirasi. Bila pelarut golongan fosfat ialah air seperti halnya digunakan di pertanian, tindakan cuci lambung atau membuat penderita muntah dapat dibenarkan. (2) dilakukan pernafsan buatan bila terjadi depresi pernafasan dan bebaskan jalan nafas dari sumbatan-sumbatan.

(3) bila racun mengenai kulit atau mukosa mata, bersihkan dengan air. (4) atropin dapat diberikan dengan dosis 0,015-0,05 mg/kgbb secara IV dan dapat diulang5-10 menit sampai timbul gejala antropiniasi seperti muka merah, mulut kering, takikardia dan madriasis. Kemudian diberikan dosis rumat untuk mempertahankan atropiniasi ringan selama 24 jam. Protopan dapat diberikan pada anak dengan dosis 0,25 gram secara IV secara perlahanlahan (5) 5.) atau pengobatan simtomatik Keracunan melaui dan ivfd. suportif. Singkong

singkong merupakan tanaman umbi-umbian yang tumbuh di seluruh Indonesia. Di beberapa daerah di pulau Jawa, Singkong bahkan merupakan makanan a. utama penduduk. Toksikologi

Penyebab keracunan singkong adalah asam sianida yang terkandung di dalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam sianida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong akan menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam sianida yang terdapat di dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahan sampai dimakan. Diketahui

bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam sianida akan berkurang oleh karena HCN akan larut dalam air.

HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengangkutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzim sitokrom oksidase. Akibatnya oksigen tidak dapat digunakan oleh jaringan dan tetap tinggal dalam pembuluh darah vena yang berwarna merah cokelat dengan adanya oksihemoglobin. Ikatan antara sitokrom oksidase dengan HCN bersifat reversibel.

Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan terlihat pada permulaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusun oleh tingkat depresi dan akhirnya dapat timbul kejang oleh hipoksia dan kematian olah kegagalan pernafasan (Ward dan Wheatley, 1947). Kadang-kadang dapat pula timbul detak jantung yang irreguler (Wexler dkk, 1947)

HCN ialah suatu racun yang bekerja sangat cepat, kematian dapat ditimbulkan dalam beberapa menit. Apabila HCN murni ditelan dalam keadaan lambung kosong dalam kadar asam yang tinggi, maka kerja racun ini sangat cepat sekali. HCN dalam bentuk cair dapat diserap oleh kulit dan mukosa, tetapi garam sianida hanya berbahaya bila termakan. Dosis letal daripada HCN ialah 60-90 mg. Sebenarnya tubuh sendiri mempunyai daya proteksi terhadap HCN ini dengan cara detoksitasi HCN menjadi ion iosianat yang relatif kurang toksik. Detoksitasi ini berlangsung dengan perantaraan enzim rodanase

(transulfurase). Enzim ini terdapat di dalam jaringan, terutama di hati. Tubuh sebenarnya mempunyai kemampuan mendetoksikasi HCN tetapi sistem enzim

rodanase ini bekerja sangat lambat sehingga keracunan masih dapat timbul. Kerja enzim ini dapat dipercepat dengan memasukkan sulfur ke dalam tubuh. Secara klinis hal inilah yang dipakai sebagai dasar menyuntikkan natrium tiosulfat pada pengobatan keracunan oleh singkong, HCN pada umumnya. b. Gejala

Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah anak makann singkong. 1.) gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare 2.) sesak nafas dan sianosis

3.) perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma 4.) c. renjatan diagnosis

Diagnosis keracunan singkong umumnya mudah ditegakkan. Biasanya orang tua anak menceritakan tibulnya gejala seperti telah disebut diatas. Setelah anak d. makan singkong. Pengobatan

Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Bila makanan diperkirakan masih ada si lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambbung atau membuat penderita muntah.

Diberikan natrium tiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara IV perlahan. Bila sukar menemukan pembuluh darah vena dapat dilakukan venoklisis atau pemberian dapat dilakukan secara IM. Sebelum pemberian natrium tiosulfat (selama mempersiapkan obat tersebut), paada penderita dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi. Cara pemberian natrium tiosulfat ialah mula-mula denagn menyuntikkan obat tersebut sebnyak 10 ml IV, kemudian anak dicubit untuk mengetahui apakah kesadaran sudah pulih. Bila penderita belum sadar dapat diberikan lagi 10 ml natrium tiosulfat. Bila timbul sianosis, dapat diberikan O2.

e. Bila f. pengobatan cepat dilakukan, anak akan

Prognosis sembuh. Pencegahan

Jangan memakan singkong beracun atau rendamlah singkong terlebih dahulu dalam 6.) waktu lama (1 Minyak malam sebelum dimasak) Tanah

Minyak tanah yang banyak dipergunakan sebagai bahan bakar dapat menimbulkan keracunan apabila diminum manusia. Secara kimiawi minyak tanah terdiri dari rangkaian hidrokarbon yang terletak antara nonan dan heksadekan. a. Toksikologi

Berat ringannya gejala yang ditimbulkan oleh keracunan minyak tanah, bergantung pada apakah minyak tanah selain tertelan, juga sebagian teraspirasi ke dalam paru atau tidak. Bila minyak tanah ini diaspirasi ke dalam paru, dapat timbul keracunan akut, perdarahan dan bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam. Brunner (1964) mengatakan bahwa kelainan paru yang kadangkadang sangat luas dapat terjadi tanpa didapatkannya gejala klinis lain. Kematian yang dapat timbul ialah sebagai akibat asfiksia karena edema dan konsolidasi paru. Sebagai akibat keracunan sistemik keracunan minyak tanah ini, terjadi depresi SSP.

Minyak tanah yang diinhalasi menyebabkan efek sistemik yang lebih kuat daripada minyak tanah yang diminum. Hal ini disebabkan penyerapan minyak tanah dari usus lambat. Kadang-kadang minyak tanah yang terminum dapat menyebabkan kelainan pada paru. Hal ini disebabkan oleh minyak tanah yang sampai ke paru melalui aliran darah. Kadang-kadang dengan dosis minum yang lebih besar, kelainanparu tidak terjadi. Menurut Gerrard, 1963 hal ini

disebkan karena sebagian besar minyak tanah diekskresi melalui paru. Di samping kelainan iritasi lokal dan depresi SSP, keracunan minyak tanah dapt pula menyebabkan kerusakan pada alat tubuh lain berupa kelainan degeneratif dan perdarahan kecil-kecil di hati, ginjal, limpa dan susunan tulang b. yang bersifat refersibel. Gejala

Gejala keracunan minyak tanah dapat dibagi dalam gejala inhalasi dan gejala akibat minyak tanah yang terminum. Gejala inhalasi dapat menimbulkan euforia. 1.) gejala iritatif terhadap faring,esofagus, lambung dan usus halus dapat menyebabkan perasaan terbakar pada mulut, tenggorok, esofagus, dan ulkus pada mukosa.

2.) gejala fibrilasi ventrikel, jarang terjadi. Ini disebabkan karena minyak tanah menyebabkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin eksogen dan endogen (epinefrin, norepinefrin).

3.) gejala pada susunan saraf pusat berupa mengantuk atau koma yang terjadi segera setelah terminum minyak tanah.

4.) gejala pada paru berupa bronkopneumonia. Bronkopneumonia ini bukan disebabkan oleh minyak yang diabsorbsi melalui oral atau ekskresi minyak tanah melalui paru, tetapi akibat aspirasi terakeobronkial.

Pada keracunan minyak tanah yang berat dapat dilihat kelainan urin berupa albuminuria. c. Pengobatan

Obat yang dapat menimbulkan muntah ialah kontraindikasi mutlak keracunan minyk tanah ini. Juga sebaiknya dihindarkan mengingat bahaya inhalasi yang dapat ditimbulkan. Pemakaian adrenalin sebaiknya dihindarkan mengingat miokardium yang sudah sensitif terhadap keracunan minyak tanah. Alkohol

dan minyak mineral jangan diberikan sebab mempermudah absorbsi minyak tanah. 1.) 2.) 3.) 4.) kalau antibiotika Terapi yang sebaiknya Terapi pemberian perlu lakukan sebagai digunakan ialah: supportif O2 IVFD profilaksis

5.) bila gejala depresi SSP jelas terlihat, dapat diberikan kafein. 7.) Keracunan Aflatoksin

Aflatoksin ialah sejenis racun yang dihasilkan oleh jamur jenis aspergilus flavus dan penicilium. Aflatoksin tidak menyebabkan keracunan secara akut tetapi secara kronik dapat menimbulkan kelainan hati pada binatang dan manusia. Sifat khas aflatoksin ialah menunjukkan fluoresensi jika terkena sinar UV dan sifat khas ini dipakai dalam penentuan kadar kualitatif maupun kuantitatif. Menurut sifat fluoresensi, aflatoksin dapat dipakai dalam jenis B1, B2, G1, G2, M1, dan M2. aflatoksin jenis b2 yang paling toksik. Jenis aflatoksik M1 dan M2 banyak ditemukan pada susu dan kacang yang berjamur. a. Toksikologi

Aflatoksin banyak ditemukan dalam bahan makanan seperti susu, kacang tanah, oncom, tembakau, minyak kacang dan juga jamu-jamuan. Selain itu juga dibeberapa negeri aflatoksin ditemukan dalam beras, jagung, ubi kayu, kopi, kedelai, kopra dan gandum. Penyimpanan lama dapat menyebabkan kerusakan pada bahan makanan tersebut oleh mikroorganisme dan jamur yang dapat menghasilkan aflatoksin. Bahaya aflatoksin terhadap manusia ialah menyebabkan 1.) kelainan pada hati, yang dapat berupa :

Sirosis

hepatis

Robinson, 1967 melaporkan bahwa urin anak yang menderita sirosis hepatis

menunjukkan adanya aflatoksin yang diduga jenis B1. keracunan aflatoksin ini dapat pula terjadi atas bayi yang sedang menyusu, ini disebabkan kerena aflatoksin 2.) di dapat Karsinoma oleh bayi hepatis melalui ASI. primer

Pada kasus ini telah diselidiki bahwa penderita dalam jangka waktu tertentu telah memakan makanana yang diduga sangat mungkin terkontaminasi jamur yang 3.) menghasilkan Sindrom aflatoksin. reye

Reye dkk, 1963 pertama-tama melaporkan suatu kasus edema otak, perlemakan visera yang terjadi akut dan fatal dalam suatu sindrom patologi klinis. Mula-mula penyakit ini disangka disebabkan oleh infeksi virus, tetapi kemudian dugaan ini dapat disingkirkan. Dugaan yang kuat ialah aflatoksin merupakan penyebab sindrom reye. Hubungan langsung antara aflatoksin dengan b. sindrom reye belum dapat dibuktikan. Pencegahan

Menghindarkan kontaminasi jamur atas bahan makanan dengan memperbaiki cara 8.) penyimpanan yang Keracunan lebih sempurna. Antihistamin

Banyak macam antihistamin yang telah diketahui, tetapi selama ini hanya efek mengantuknya saja yang palling dikenali sedangkan efek toksiknya yang lain belum banyak diperhatikan orang. Pada anak dapat timbul gejala perangsangan susunan saraf pusat berupa gejala kejang dan demam dengan kematian karena kolaps vaskular. Dalam masa laten kira-kira setengah sampai dua jam sesudah menelan obat, akan terlihat depresi ringan SSP yang disusunl dengan kejang. Gejala seperti keracunan atropin timbul pada intoksikasi denagn difenhidramin dan feniramin maleat.

Pada orang dewasa telah dilaporkan adanya kasus yang dapat bertahan hidup

setelah menelan derivat fenotiazin sebanyak 2,5-5 gram sekali makan. Anak lebih peka keadaannya sehingga dengan dosis 30-60 mg per kg BB derivat fenotiazin telah dapat menimbulkan keracunan yang berat dan kematian. a. gejala

1.) Depresi SSP. Biasanya merupakan reaksi yang dominan pada orang dewasa. Gejala yang tampak ialah mengantuk, lemah, lelah, tidur, koma, vertigo, atoksia, tinitus, dan pandangan kabur.

2.) Perangsangan SSP seperti gelisah, gemetar, cemas, insomnia, delirium dan kejang. 3.) hiperpireksia

4.) Gangguan saluran pencernaan seperti mulut kering, mual, nausea, muntah, nyeri perut, konstipasi, dan diare.

5.) Tahap akhir berupa depresi SSP yang berat sampai terjadi kematian karena depresi 9.) pernafasan dan Keracunan olaps kardiovaskuler. Timah

Pada usia 2 atau 3 tahun, anak akan masuk dalam fase memasukkan bendabenda lain selain makanan ke dalam mulutnya. Dia akan mengunyah mainannya, menjilat pasir di kotak bermain, dan bahkan ingin mencicipi makanan kucing jika diberikan kesempatan. Timah adalah salah satu bahan berbahaya yang dapat dikonsumsi anak tanpa sepengetahuan Anda. Keracunan timah lebih sering disebabkan karena makan timah yang terkandung dalam cat yang lama atau debu yang terkontaminasi oleh timah atau menghirup timah di udara, atau dengan meminum air dari pipa yang dindingnya atau sambungannya terbuat dari timah.

Bila anak tersebut terus menerus mengkonsumsi timah maka akan terjadi penumpukan di dalam tubuhnya. Meskipun hal tersebut tidak kelihatan untuk sementara waktu pada akhirnya akan mempengaruhi organ-organ dalam

tubuhnya termasuk otak. Keracunan timah yang ringan dapat menyebabkan ketidakmampuan belajar yang rinngan. Keracunan yang lebih parah dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan fisik yang mennetap. Timah juga dapat mengakibatkan gangguan perut dan lambung, anemia, kehilangan pendengaran a. dan juga tinggi badan yang pendek. Pencegahan

Anda dapat memastikan bahwa anak Anda tidak memakan timah dengan menghilangkan cat yang mengandung timah. Pastikan untuk memperbaiki seluruh dinding dan langit-langit yang retak dan mengupas habis cat yang lama sebelum melakukan pengecatan dengan yang baru. Jika karena suatu alasan Anda tidakk bisa mengecat ulang, usahakan rumah Anda sebersih mungkin dan coba untuk mengontrol jumlah debu di udara dengan mengepel seluruh lantai terbuka dan permukaan dengan detergent yang berisi kadar fosfat yang tinggi. Ana juga dapat membuat anak Anda kurang rentan terhadap keracunan timmah dengan memastikan bahwa dia mengkonsumsi diet yang seimbang dan rendah lemak. Kalsium dan besi khususnya, akan mengurangi jumlah penyerapan dan penumpukan timah dari usus. b. Pengobatan

Anak-anak yang keracunan timah seriing tidak menunjukan gejala sampai dia mencapai usia sekolah, pada saat mereka mulai mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di kelas. Beberapa bahkan terlihat sangat aktif, karena efek fisik dari timah tersebut. Anak-anak yang mengalami keracunan timah memerlukan pengobatan dengan obat yang mengikat timah tersebut dalam darah dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menghancurkannya. Pengobatn biasanya meliputi perawatan dirumah sakit dan serangkaian suntikan. Beberapa anak yang keracunan timah memerlukan lebih dari satu putaran pengobatan, dan semuanya memerlukan pengamatan lanjutan yang

ketat selama berbulan-bulan. Jika kerusakannya berat, anak tersebut memerlukan c. pendidikan Pemeriksaan dan terapi khusus. Laboratorium

Uji pemeriksaan yang paling sering untuk keracunan timah adalah menggunakan setetes darah dari tusukan jari. Jika hasil uji ini menunjukkan bahwa anak tersebut terpajan timah yang berat, uji kedua akan dilakukan menggunakan sampel darah lebih banyak, yang diambil dari vena lengan. Uji ini lebih akurat dan dapat mengukur tepat jumlah timah dalam darah. b. Racun pada Kulit

Jika anak-anak menumpahkan bahan kimia berbahaya di tubuhnya, buka bajunya dan bilas tubuhnya dengan air hangat. Jika daerahh tersebut menunjukkan tanda-tanda terbakar, lanjutkan membilas paling sedikit 15 menit. Kemudian hubungi pusat pengawasan racun atau dokter anak untuk mendapat anjuran selanjutnya. Jangan gunakan salep atau minyak. c. Racun pada Mata

cuci mata anak dengan menahan kelopak matanya terbuka dan mengalirkan air hangat kuku ke dalam mata tersebut dari sudut mata bagian dalam. Lakukan selama 15 menit.Kemudian hubungi pusat pengawasan racun atau dokter anak untuk mendapat anjuran selanjutnya. Jangan gunakan tetes mata atau salep. Jika nyeri pada mata berlanjut atau cedera yang berat, carilah bantuan gawat darurat d. dengan Racun segera. asap

di lingkungan rumah asap beracun paling sering berasal dari mobil yang dibiarkan hidup dalam garasi tertutup, gas yang bocor, tungku kayu dan arang, atau kompor kerosin yang tidak benar pemakaiannya dan perawatannnya. Jika anak Anda terpajan oleh asap dan gas dari sumber ini atau yang lainnya, bawa dia ke udara segar dengan segera. Jika dia bernafas hubungi pemantau racun

untuk instruksi berikutnya. Jika pernafasannya berhenti, mulai berikan RJP dan jangan berhenti sampai anak bernafas dengan sendirinya atau orang lain dapat menggantikan Anda.

C. 1.

LUKA

BAKAR PENGERTIAN

Luka bakar ialah cedera jaringan krn kontak dgn api, kimiawi, elektrik, friksi, elektromagnetik,radiasi.

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) . (Hidayat;2009) 2. a. b. c. d. e. terpapar lama terkena kontak terkena air panas, minyak benda kimia (asam panas panas sulfat, dan (setrika, bahan ETIOLOGI uap panas kompor) pemutih) listrik sinar matahari

dengan bahan

sengatan dengan

3.

PATOFISIOLOGI

Akibat hal yang terlihat pada individu yang mmengalami luka bakar, merupakan hasil dari tiga penyebab : efek panas itu sendiri terhadap kulit, efek dari panas terhadap elemen darah/pembuluh darah, serta kelainan metabolik yang terjadi secara umum.

Efek terhadap kulit adalah merusak lapisan kulit sehingga mudah terjadi infeksi, dan menyebabkan panas dan cairan tubuh yang hilanng bertambah banyak.

Efek terhadap pembuluh / elemen darah berupa permeabilitas kapiler yang meningkat sehingga cairan dan protein merembes menyebabkan hipovolemi dan syok. Fase syok sering terjadi dalam 24 jam pertama. Harus diperhatikan pula bahwa penyakityang diperoleh bersama luka bakar misalnya Commotio cerebri atau patah tulang, lebih memperberat prognosa.

Efek Sistem Renal dan Gastrointestinal yaitu respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. Efek terhadap sistem imun yaitu fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien. Efek terhadap sistem respiratori yaitu dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan lung compliance. 1. Smoke Inhalation.

Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api. Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak,

terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.

4.

KLASIFIKASI

Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat tergantung seberapa hebat kerusakan pada kulit. Semua penyebab tersebut diatas, dapat menyebabkan ketiga derajat luka bakar.

Akan tetapi yang menentukan bagaimana luka bakar diobati adalah jenis dan penyebabnya. Semua luka bakar harus segera ditangani untuk mengurangi suhu disekitar lokasi luka bakar serta mengurangi kerusakan kulit maupun jaringan Derajat sekitar bila Luka luka bakar luas. Bakar:

a. Luka bakar derajat satu : paling ringan, hanya mengenai lapisan kulit terluar (epidermis). Kulit yang terkena terlihat kemerahan, nyeri, sedikit bengkak tapi tidak ada lepuh. Kulit menjadi berwarna putih jika ditekan. Luka bakar jenis ini sembuh dalam waktu 3 6 hari; lapisan kulit superfisial pada daerah yang terkena akan mengelupas dalam waktu 1 2 hari.

b. Luka bakar derajat dua : lebih berat, mengenai sampai lapisan kulit yang berikutnya. Terbentuk lepuh, nyeri lebih hebat dan kulit kemerahan serta, bisa nampak berwarna putih sampai merah ceri. Waktu sembuh bervariasi, sangat bergantung pada luasnya luka bakar.

1.) Superficial second degree burn, mengenai seluruh lapisan epidermis kecuali stratum germinativum. Penyembuhan kira-kira 2 minggu jika tanpa infeksi. 2.) Deep dermal burn, mengenai seluruh lapisan epidermis dengan stratum germinativumnya dan di beberapa tempat dapat pula mengenai korium. Epitelisasi dapat terjadi dari epitel kelenjar peluh dan folikel rambut, terjadi

kira-kira 25-35 hari tanpa gangguan trauma mekanik atau infeksi. Jika terkena infeksi, deep dermal burn berubah menjadi full thickness skin loss hingga perlu skin graft. Ditemukan banyak bulla berisi zat cair yang komposisinya sama dengan plasma. Terasa sangat nyeri.

c. Luka bakar derajat tiga merupakan jenis yang paling berat dan mengenai seluruh lapisan kulit serta jaringan sekitarnya. Seluruh lapisan kulit mati, permukaan kulit bisa terlihat berlemak, keras dan kasar ataupun hangus, banyak eritrosit hancur, banyak edema di bawah kulit. Karena terjadi kerusakan saraf maka pada awal biasanya tidak terasa nyeri atau sedikit nyeri. Pin prick test dapat digunakan untuk menentukan luka baker tingkat tiga, dengan cara menusukkan dengan jarum diberbagai tempat, anestesi menunjukkan luka baker derajat tiga. Waktu untuk penyembuhan sangat tergantung pada luasnya luka. Pada luka bakar derajat dua yang dalam dan derajat tiga (disebut full-thickness) biasanya memerlukanpenanganan dokter spesialis bedah plastik untuk tranplantasi kulit dan dikenal sebagai skin grafts. Penentuan luka bakar

Yang terutama penting untuk menentukan prognosis ialah luka bakar. Ada Rule cara untuk menentukan of luas luka baker :

Nines

Permukaan badan terdiri atas beberapa daerah yang luasnya 99% atau kelipatannya kepala dada punggung anggota anggota gerak gerak dan dan hingga atas bbawah yaitu leher perut pantat masing-masing masing-masing : 9% 18% 18% 9% 18%

perineum

1%

Rule of Nines ini sebenarnya kurang teliti, akan tetapi praktis. Harus diingat bahwa ddengan cara ini luas luka baker mudah tertaksir lebih besar atau lebih keciil daripada sesungguhnya. Juga untuk anak kecil kurang tepat. Cara yang lebih tepat adalah seperti yang dianjurkan oleh Lund dan Browder.

Klasifikasi

luka

bakar

berdasarkan

penyebab

a. Luka Bakar Termal. Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. b. Luka Bakar Kimia. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan

rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

c. Luka Bakar Elektrik. Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

d. Luka Bakar Radiasi. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi. 5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Sel darah merah (RBC): dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah karena depresi sumsum tulang.

b. Sel darah putih (WBC): dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai respon inflamasi terhadap injuri.

c. Gas darah arteri (ABG): hal yang penting pula diketahui adalah nilai gas darah arteri terutama jika terjadi injuri inhalasi. Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.

d. Karboksihemoglobin (COHbg) :kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang mengindikasikan keracunan karbon monoksida. e. Serum elektrolit :

a) Potasium pada permulaan akan meningkat karena injuri jaringan atau

kerusakan sel darah merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan. b) Sodium pada tahap permulaan menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi hipernatremia.

f. Sodium urine :jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya g. Alkaline pospatase : resusitasi meningkat akibat berpindahnya cairan. cairan sodium.

interstitial/kerusakan

pompa

h. Glukosa serum : meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres. i. BUN/Creatinin : meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan. j. Urin : adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman menunjukan adanya mioglobin

k. Rontgen dada: Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi. l. Bronhoskopi: untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema, perdarahan dan atau ulserasi pada saluran nafas bagian atas

m. ECG: untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.

n. Foto Luka: sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan 6. luka bakar. PENCEGAHAN

Cara mencegah agar anak-anak terhindar dari benda-benda penyebab luka bakar :

a. Pasanglah pendeteksi asap pada semua kamar tidur, jalan keluar, di luar kamar tidur, dapur, dan kamar tamu, dengan paling sedikit satu buah tiap lantai. Periksa secara teratur.

b. Praktikan latihan kebakaran di rumah. Pastikan semua anggota keluarga mengetahui bagaimana keluar dengan selamat dari rumah pada saat kebakaran. c. Memiliki beberapa pemadam kebakaran yang berfungsi dan siap sedia. d. Ajari anak untuk merangkak ke pintu jika ada asap dalam ruangan (mereka akan terhindar dari menghirup asap tersebut karena posisinya berada di bawah asap tersebut).

e. Beli tangga pengaman jika rumah bertingkat. Jika tinggal di apartement, ajari anak tentang lokasi seluruh pintu keluar dan pastikan mereka mengerti bahwa lift sebaiknya tidak digunakan saat kebakaran karena dapat macet antartingkat atau terbuka pada lantai di mana api tersebut bberkobar. Juga, tentukan daerah pertemuan di luar rumah atau apartement sehingga dapat memastikan setiap orang telah keluar dari daerah yang terbakar.

f. Ajari anak untuk berhenti, menjatuhkan diri,dan berguling di tanah atau lanta g. h. jika Kunci Turunkan rapat suhu dari bajju cairan pemanas mereka yang air di terkena mudah bawwah api. terbakar. 48,8 C.

i. Jangan gunakan kabel tidak kuat, yang sudah lama dan bekas, perlengkapan listrik j. k. Jauhkan yang korek Hindari tidak api dan aman pemantik kembang dan dari meragukan. anak-anak. api.

l. Selalu mengetes terlebih dulu panasnya air yang akan digunakan untuk menyeduh susu atau memandikan bayi.

m. Jika Anda sedang menikmati kopi atau teh, hindari sambil memegang bayi.

n. Jangan sambil menggendong bayi bila sedang memasak. Si kecil bisa menarik gagang panci atau meronta-ronta yang membuat konsentrasi Anda terpecah. o. Arahkan mulut teko ke dalam, untuk menghindari tertumpah ke bawah bila tersenggol. p. Jangan sambil menggendong bayi bila sedang menyetrika.

7.

KOMPLIKASI

Di samping syok dan infeksi umum maka dikenal komplikasi lain yaitu sebagai NO KOMPLIKASI WAKTU berikut; PENGOBATAN

1 Tr. respiratorius Hari pertama Trakhostomi, ventilasi, steroid, antibiotik 2. Penekanan pembuluh darah ekstremitas Hari pertama atau kedua Escharotomy 3. Tukak curling (curling ulcer) Hari kelima sampai sepuluh Transfusi, lavage garam 4. pneumonia faal Minggu ke dua atau Antibiotic ventilasi, operasi suction

8.

PENATALAKSANAAN

Penanganan segera terhadap luka bakar sebaiknya meliputi hal berikut ini : a. Secepat mungkin, tuangi luka bakar tersebut dengan air dingin. Jangan sungkan untuk menyiramkan air dingin sepanjang daerah luka bakar untuk mendinginkan serta meredakan nyerinya segera setelah terjadi cedera. Jangan gunakan es.

b. Angkat pakaian dari daerah yang terkena luka bakar tersebut kecuali jika melekat erat dengan kulit. Dalam hal ini, potong dan buang sebanyak mungkin.

c. Jika daerah yang terluka ttersebut tidak mengeluarkan rembesan air, tutup luka bakar dengan gulungan kain kasa steril.

d. Jika luka bakar berair, tutupi secara longgar dengan kasa steril jika tersedia (jika tidak biarkan terbuka) dan segeralah mencari abntuan medis. e. Jangan meletakkan mentega, minyak atau bedak pada luka bakar. Semua bahan yang disebut ramuan rumahan ini secara nyata dapat membuat cedera lebih buruk.

Tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada waktu penderita datang : a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen. Bila ada stridor dan sianosis, maka trakeotomi tak dapat ditangguhkan lagi.

b. Atasi keadaaan syok, bila keadaan penderita tidak dalam keadaan gawat, sadar, maka tindakan-tindakan berikut dapat dilakukans secara berurutan : a) Timbang berat badan penderita

b) Tanyakan bila dan bagaimana terjadinya luka bakar, apa yang mmenyebabkan, sewaktu terbakar memakai baju apa, berapa lama kontak dengan penyebab luka bakar

c) Hitung luas luka bakar, periksa dengan teliti, apakah ada perlukaanperlukaan atau patah tulang dan lain-lain. Sementara itu bila penderita kesakitan dan tidak ada gangguan, bisa diberikan morfin 10 mg, secara IV (diencerkan dalam larutan isotonic hingga 5 cc). bagi anak-anak bisa dipakai barbiturat. d) Pasang Bila kateter dan perlu tinggalkan diulang sebagai 4 jam. cathether

indewelling

e) Berikan antibiotika dan serum anti tetanus/toksoid. Berikan ATS 3000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak.

f) Sementara itu rencanakan terapi cairan berdasarkan berat badan dan luasnya luka bakar.

g) Barulah kita berikan perawatan luka bakar. Bila ada syok, perawatan local

bisa ditangguhkan dulu sehingga syoknya teratasi, sementara itu luka bakar cukup Terapi Kebutuhan Untuk a. b. c. BB BB x x % % cairan 24 luka luka water diberikan menurut jam bakar x x 1 = 1 ml ml rumus Evans ditutup dengan kasa steril. cairan Broke : elektrolit) darah)

pertama (cairan

bakar

(koloid; cc

plasma,

insensible

loss

2000

(Dekstrosa5%)

Jumlah total kebutuhan cairan untuk 24 jam pertama tersebut dibagi dua. Dalam 24 jam pertama diberikan separuh kebutuhan dan 16 jam berikutnya sisanya. Untuk anak-anak insensible water loss diperkirakan antara 10001500 cc.

Untuk 24 jam kedua kebutuhan cairan kira-kira kebutuhan 24 jam pertama. Untuk penderita dengan luas luka bakar lebih dari 50%, perubahan kecepatan dan jenis cairan yang diberikan dibuat atas dasar pengukuran output uri setiap jam tekanan vena sentral (CVP), denyut nadi dan nilai hematokrit.

BAB PENUTUP

III

A.

KESIMPULAN

1. Masalah yang mungkin terjadi pada neonatus, bayi, dan balita yaitu tenggelam, keracunan, dan luka bakar.

2. Pertolongan pertama pada kasus tenggelam adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air atau daratan. Sedangkan

pada korban keracunan adalah dengan mengeluarkan zat yang mengandung racun dari tubuh korban. Pada kasus luka bakar adalah segera membebaskan korban B. dari sumber luka bakar kemudian mengatasi nyeri. SARAN

1. Bagi orang tua sebaiknya mengawasi anak-anaknya kapanpun dan dimanapun. 2. Bagi orang tua seharusnya menjauhkan anak-anak dari benda-benda yang berbahaya.

DAFTAR

PUSTAKA

Junadi, Purnawan,dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius

Rusepno, Hassan, dkk. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Bagian IKA FKUI

Setyanegara, Surya, dkk. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Arcan

http://yppassalaam.net/component/option,com_fireboard/Itemid,39/id,386/cati d,52/func,fb_pdf/

http://keluargasehat.wordpress.com/category/kecelakaan-pada-anak/

http://www.freewebs.com/accidental_child/ Diposkan oleh SwaDheSi... di 19:29

You might also like