You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan sumber energi bagi manusia terutama dibidang transportasi dan industri. Minyak bumi berasal dari fosil hewan purbakala yang terpendam selama ratusan tahun lalu. Minyak bumi merupakan unrenewable energy karena jumlahnya yang terbatas dan tidak dapat di perbaharui lagi. Biasanya minyak bumi diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurut Fiona Rochili (2008) kebutuhan energi untuk transportasi di Indonesia meningkat 3.5 kali pada tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 2005. Kebutuhan energi untuk industri meningkat 4 5 kali pada tahun 2025 sedangkan untuk pemenuhan listrik meningkat 5 kali lipat. Cadangan batu bara berkualitas tinggal 30 tahun lagi dan gas tinggal 27 tahun. Saat ini pencarian energi alternatif merupakan suatu tantangan besar. Hal ini disebabkan karena cadangan minyak bumi semakin menipis akibat konsumsi energi terus meningkat seiring dengan bertambahnya populasi manusia dan berkembangnya negara-negara industrialisasi. Bioetanol merupakan salah satu energi alternatif untuk mengatasi krisis energi. Berbeda dengan bahan bakar fosil, bioetanol merupakan sumber energi yang dapat diperbarui (renewable energy). Disamping itu pemakaian bioetanol sebagai sumber energi memberikan keuntungan, utamanya adalah mengurangi emisi partikulat gas buang yang merupakan penyebab greenhouse. Dengan mempertimbangkan terbatasnya persediaan minyak bumi, pemerintah telah mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak dengan meluncurkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak. Walaupun kebijakan tersebut menekankan penggunaan batu bara dan gas sebagai pengganti BBM, kebijakan tersebut juga menetapkan sumber daya yang dapat diperbaharui seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM.

Bab I Pendahuluan

I- 2

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah memberikan perhatian serius untuk pengembangan bahan bakar nabati dengan menerbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tertanggal 25 Januari 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar alternatif, karena permintaan yang terus meningkat di pasaran internasional dan persediaan BBM menipis. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006

menyebutkan bahwa pemanfaatan bioetanol sebagai salah satu bahan bakar nabati akan mengurangi permasalahan ketergantungan bahan bakar minyak. Bioetanol dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan, karena bersih dari emisi bahan pencemar. Bioetanol dapat dibuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sagu dan tetes. Ubi kayu, ubi jalar, dan jagung merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioetanol atau gasohol. Produksi bioetanol dari singkong telah mencapai skala industri. Singkong dapat dikonversi dengan ubi jalar karena sama-sama sebagai bahan berpati. Ubi jalar memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan singkong meskipun kandungan pati pada singkong lebih tinggi. Keunggulan ubi jalar dibandingkan dengan singkong adalah masa panennya lebih singkat dan produktifitasnya lebih tinggi. Dengan mengkonversi bioetanol dari ubi jalar maka tidak dikhawatirkan akan terjadinya monokultural pertanian. Penelitian untuk pembuatan bioetanol dari ubi jalar belum banyak dilakukan, padahal ubi jalar memiliki peluang yang besar untuk dijadikan bahan baku pembuatan bioetanol. Latar belakang inilah yang mendasari pemilihan judul : Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

I.2 Definisi Bioetanol dan Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) I.2.1 Bioetanol Bioetanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 3

berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bioetanol atau etil alkohol merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen dengan rumus molekul CH3CH2OH dan merupakan derivat senyawa hidrokarbon, yang mempunyai gugus hidroksil sehingga dapat dioksidasi atau esterifikasi. Bioetanol bisa digunakan dalam bentuk murni ataupun sebagai campuran untuk bahan bakar gasolin (bensin) maupun hidrogen. Interaksi bioetanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi fuel cell ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.

(www.beritaiptek.com). Bioetanol (C2H5OH) adalah salah satu bahan bakar nabati yang saat ini menjadi primadona untuk menggantikan minyak bumi yang harganya semakin meningkat. Dibanding minyak bumi, bioetanol mempunyai kelebihan lebih ramah lingkungan dan penggunaannya sebagai campuran BBM terbukti dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Bioetanol (C2H5OH) adalah bioetanol yang dibuat dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol hasil olahan dari tumbuh-tumbuhan menjadi alternatif utama untuk dikembangkan menjadi pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) yang berasal dari tumbuhan tebu, jagung, singkong, ubi dan sagu, dan lain lain. Hasil penelitian di sejumlah negara membuktikan bahan bakar alternatif ini mampu mengantikan bensin dan solar, selain menggantikan bensin, minyak bioetanol juga memiliki keunggulan mampu menurunkan emisi CO2. Efisiensi produksi bioetanol bisa ditingkatkan dengan memanfaatkan bagian tumbuhan yang tidak digunakan sebagai biomassa. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 4

antar individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan), dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Untuk pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :

Nira bergula (sukrosa)

Nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, dan sari-buah mete.

Bahan berpati : Tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek, ubi jalar,

ganyong, garut, suweg, dan umbi dahlia.

Bahan berselulosa (lignoselulosa) : Kayu, jerami, batang pisang, bagas, tandan kosong kelapa sawit, dll. (www.teknologibioetanol.com)

I.2.2 Ubi Jalar (Ipomoea Batatas) Ubi jalar atau ketela rambat atau sweet potato diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orangorang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas ke seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun Ubi jalar dapat

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 5

diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini: Daun: sayuran, pakan ternak Batang: bahan tanam,pPakan ternak Kulit ubi: pakan ternak Ubi segar: bahan makanan Tepung: makanan Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat

Bahan baku utama yang dipakai untuk pembuatan bioetanol dalam pabrik ini adalah ubi jalar. Pemilihan ubi jalar sebagai bahan baku karena keteresediaannya begitu berlimpah di Indonesia. Selain itu, ubi jalar mudah di tanam dan memiliki masa panen yang lebih cepat dibandingkan tanaman yang mengandung pati lainnya. Produksi ubi jalar cenderung stagnan, namun data terakhir menunjukkan kenaikan produksinya, hal tersebut seperti yang tercantum dalam table berikut: Produksi Ubi Jalar dari Tahun 2005-2009 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Luas Panen (Ha) 178,336 176,507 176,932 174,561 181,183 Produktivitas (Qu/Ha) 104,13 105,05 106,64 107,80 107,48 Produksi (Ton) 1,856,969 1,854,238 1,886,852 1,881,761 1,947,311

Dengan melihat kapasitas produksi ubi jalar di atas, maka ubi jalar bisa menjadi salah satu alternative bahan baku pembuatan bioetanol.

I. 3 Perkembangan Bioetanol Bioetanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 6

Campuran dari bioetanol yang mendekati kemrunian untuk pertama kali ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan Ar-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang proses distilasi wine. Sedangkan bioetanol absolut didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang. Sementara itu, Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa bioetanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Thodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia bioetanol. Sekitar lima puluh tahun kemudian (1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun bioetanol. Dengan demikian bioetanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan rumus bangunnya. Bioetanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat bioetanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang digunakan pada proses produksi bioetanol sintetis hingga saat ini. Pada tahun 1840 bioetanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat, pada tahun 1980-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun 1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan bioetanol sebagai bahan bakarnya. Namun pada tahun 1920-an bahan bakar dari petroleum yang harganya lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan bioetanol kurang mendapatkan perhatian. Akhir-akhir ini, dengan meningkatnya harga minyak bumi, bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang terus dikembangkan.

I. 4 Penggunaan Bioetanol Bioetanol digunakan dalam berbagai bidang, dan secara garis besar dapat diklarifikasikan dalam 4 kelompok yaitu, 1. Bahan bakar 2. Bahan pelarut

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 7

3. Bahan baku industri lainnya 4. Bahan pembersih, untuk rumah tangga, rumah sakit, dan laboratorium

Kegunaan bioetanol (alkohol) adalah sebagai berikut,

Minuman

"Alkohol" yang terdapat dalam minuman beralkohol adalah bioetanol.

Spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam skala industri Bioetanol biasanya dijual sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang

diproduksi dalam skala industri yang sebenarnya merupakan sebuah bioetanol yang telah ditambahkan sedikit mbioetanol dan kemungkinan beberapa zat warna. Mbioetanol beracun, sehingga spirit bermetil dalam skala industri tidak cocok untuk diminum. Penjualan dalam bentuk spirit dapat menghindari pajak tinggi yang dikenakan untuk minuman beralkohol (khususnya di Inggris).

Sebagai bahan bakar Bioetanol dapat dibakar untuk menghasilkan karbon dioksida dan air

serta bisa digunakan sebagai bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan petrol (bensin). "Gasohol" adalah sebuah petrol / campuran bioetanol yang mengandung sekitar 10 20% bioetanol. Karena bioetanol bisa dihasilkan melalui fermentasi, maka alkohol bisa menjadi sebuah cara yang bermanfaat bagi negara-negara yang tidak memiliki industri minyak untuk mengurangi import petrol mereka.

Sebagai pelarut Bioetanol banyak digunakan sebagai sebuah pelarut. Bioetanol relatif

aman, dan bisa digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air. Sebagai contoh, bioetanol digunakan pada berbagai parfum dan kosmetik.

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 8

I. 5 Sifat Fisik dan Sifat Kimia I. 5. 1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Produk Bioetanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun, bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Bioetanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul bioetanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Bioetanol dapat dibuat dengan fermentasi atau peragian dan sintesis kimia. Untuk proses fermentasi pada umumnya bahan yang digunakan adalah bahan makanan yang mengandung pati atau karbohidrat, seperti beras, dan umbi. Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya berkadar rendah. Untuk mendapatkan alkohol dengan kadar yang lebih tinggi diperlukan proses pemurnian melalui penyulingan atau distilasi. Bioetanol untuk keperluan industri dalam skala lebih besar dihasilkan dari fermentasi tetes, yaitu hasil samping dalam industri gula tebu atau gula bit. Sedangkan pada proses sintesis kimia melalui antara reaksi gas etilen dan uap air dengan asam sebagai katalis. Katalis yang dipakai misalnya asam fosfat. Asam sulfat dapat juga dipakai sebagai katalis, namun dewasa ini sudah jarang dipakai. Sifat Fisika dari Bioetanol seperti yang tertera di bawah ini: Merupakan senyawa aromatik yang volatile Keasaman pKa = 15,9 Mudah terbakar Termasuk B3 Berbau tajam

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 9

Berikut ini sifat fisik Bioetanol: Tabel I.1 Sifat Fisik Bioetanol Besaran Berat Molekul Specific gravity , pada 20oC, g/ml Faktor kompresibilitas kritis, z Kelarutan dalam air, pada 20 C Panas pembakaran, pada 25 C, J/g Panas pembentukan Panas penguapan, pada titik didih normal, J/g Panas spesifik, pada 20oC, J/g.C.s Tekanan Kritis, kPa Temperatur kritis, C Titik Beku, C Titik didih normal, oC Viskositas, pada 20oC, mPa.s (cP) Volume kritis, L/mol Warna cairan
o o o o

Nilai 46 0.7893 0.248 Larut 29676.69 104.6 839.31 2.42 6383.48 243.1 -114.1 78.32 1.17 0.167 Jernih (Sumber: Kirk-Othmer, 339)

Bioetanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh bioetanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya. Bioetanol merupakan gugus hidroksil dan dapat bereaksi secara dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterifikasi. Sifat kimia bioetanol dengan senyawa lain yaitu : 1. Pembentukan metal ethoxide (ethylate). Atom hidrogen pada gugus hidroksil digantikan oleh logam aktif seperti sodium, potasium, dan kalsium sehingga dihasilkan H2 secara perlahanlahan. CH3CH2OH + 2 M 2 C2H5OM + H2

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 10

2. Pembakaran bioetanol. Reaksi pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 dan H2O. CH3CH2OH + O2 3. Pembentukan ethoxide Reaksi ethyl alkohol dengan aluminium atau magnesium menghasilkan ethoxide dengan menambahkan katalis logam amalgat (ditambahkan sedikit mercury). 6 CH3CH2OH + 2 Al 2 CH3CH2OH + Mg 4. Oksidasi bioetanol. Reaksi oksidasi dari ethyl alkohol akan menghasilkan ethanal dan oksidasi ethanal akan menghasilkan assam asetat. CH3CH2OH CH3CHO
[O ] 2 [O ] 2

CO2 + H2O

2 (CH3CH2O)3Al + 3 H2 (CH3CH2O)2Mg + 3 H2

CH3CHO + H2O CH3COOH

5. Pembentukan ethyl chloride Reaksi ethyl alkohol dengan fosfor pentaklorida menghasilkan ethyl chloride. CH3CH2OH + PCl5 chloride dan air. CH3CH2OH + HCl 6. Pembuatan alkil halide. Reaksi ethyl alkohol dengan asam-asam halogen menghasilkan alkil halida. CH3CH2OH + HX 7. Reaksi esterifikasi. Ester dapat dibuat dengan mereaksikan ethyl alkohol dengan asam organic. CH3CH2OH + CH3COOH 8. Dehidrasi. Ethyl alkohol dapat dihidrasi menjadi etilen atau ethyl ether. CH3CH2OH CH2 CH2 + H2O CH3COOC2H5 + H2O CH3CH2X + H2O CH3CH2Cl + H2O CH3CH2Cl + POCl3 + HCl

Reaksi ethyl alcohol dengan hydrogen chloride membentuk ethyl

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 11

2CH3CH2OH 9. Dehidrogenasi.

CH3CH2OCH2CH3 + H2O

Ethyl alkohol dapat dihidrogenasi menjadi asetaldehida dalam fase uap dengan bantuan bermacam katalis. CH3CH2OH CH3CHO + H2

I. 5. 2 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Bahan Baku Utama Ubi jalar (Ipomea batatas) termasuk dalam famili Cavalvuloceae. Varietas ubi jalar sangat beragam. Dua kelompok ubi jalar yang umum dibudidayakan adalah jenis ubi jalar yang memiliki daging ubi keras (padat), kering dan berwarna putih; dan jenis ubi jalar dengan daging umbi lunak, kadar air tinggi dan warnanya kuning oranye (Anonim, 2003). Karbohidrat merupakan kandungan utama dari ubi jalar. Selain itu, ubi jalar juga mengandung vitamin, mineral, fitokimia (antioksidan) dan serat (pektin, selulosa, hemiselulosa). Kadar pati di dalam ubi jalar ubi jalar segar sekitar 20% (Santosa et al, 1997). Pati ubi jalar berbentuk bulat sampai oval, dengan diameter 3 40 m dengan kandungan amilosa sekitar 15 25% (Moorthy, 2004). Penelitian Syamsir dan Honestin (2007) menunjukkan bahwa tepung ubi jalar dari varietas sukuh yang dibuat dengan pengeringan sinar matahari memiliki suhu gelatinisasi yang tinggi (80.3C), viskositas puncak tinggi (540 BU), dengan breakdown dan set back yang tinggi (berturut-turut 75 BU dan 165 BU). Menurut Moorthy (2004), pasta pati ubi jalar terbentuk pada kisaran suhu 66.0 84.6C, dengan viskositas puncak sekitar 480 BU, volume pengembangan pati sekitar 20 27 ml/g dengan kelarutan 15 35%. Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya. Di Jepang, ubi jalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang cukup populer. Beberapa varietas ubi Jepang cukup dikenal hingga ke Indonesia. Selanjutnya beberapa varietas yang diusahakan tersebar secara luas di Indonesia, diantaranya varietas ibaraki, beniazuma, dan naruto (Hartoyo, 2004).

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 12

Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral, vitamin yang terkandung dalam ubijalar antara lain vitamin A, vitamin C, thiamin (vitamin B1), dan riboflavin. Sedangkan mineral dalam ubijalar diantaranya adalah zat besi (Fe), fosfor (P), dan kalsium (Ca). Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu (Kumalaningsih, 2006). Adapun komposisi kimia beberapa jenis ubijalar dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. 2 Komposisi Kimia Ubi Jalar Segar Keterangan Air Abu Pati Protein Gula reduksi Serat kasar Lemak Impurities Komposisi Kimia (%) 62.24 0.93 28.79 0.89 0.32 2.5 0.77 3.56 Sumber: Suprapta (2003)dalam Arixs (2006)

Sedangkan konversi Ubi Jalar dibandingkan dengan bahan berpati lain, bisa dilihat dalam table berikut:
Kandungan Gula Bahan Baku (kg) Jumlah Hasil konversi (%) Perbandingan bahan baku dan bioetanol

Bahan Baku

Jenis

Konsumsi (kg)

Ubi Kayu Ubi Jalar Jagung Sagu Tetes

1000 1000 1000 1000 1000

250-300 150-200 600-700 120-160 500

166.6 125 200 90 250

6,5:1 8:1 5:1 12:1 4:1

Produktivitas ubi jalar cukup tinggi di Indonesia. Ubi jalar dengan masa panen 4 bulan dapat berproduksi lebih dari 30 ton/ha, tergantung dari bibit, sifat tanah dan pemeliharaannya. Walaupun saat ini rata-rata produktivitas ubi jalar nasional baru mencapai 12 ton/ ha. Tetapi masih lebih besar, jika kita bandingkan

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 13

dengan produktivitas ubi kayu (8 ton/ha), padahal masa panen ubi jalar lebih lama dari masa panen ubi jalar (Sinar Tani, Edisi 30 Juli - 5 Agustus 2008).

I. 5. 3 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Bahan Baku Penunjang a. Zymomonas mobilis Merupakan suatu bakteri gram-negatif, dipertimbangkan sebagai suatu organisme alternatif dalam produksi bahan bakar etanol untuk skala besar. Dalam hal organisme yang dipelajari untuk produksi etanol Z.mobilis merupakan kandidat utama karena tingkat efisiensi yang tinggi, tingkat toleransi etanol yang tinggi dan kemampuannya untuk diubah secara genetik. Yield ethanol yang diperoleh pada proses fermentasi dengan menggunakan Zymomonas mobilis lebih tinggi daripada Saccaromyches cerevisiae. Keunggulan Zymomonas mobilis dibandingkan dengan Saccharomyces cerevisiae dalam memproduksi bioetanol : Menghasilkan gula dan yield etanol lebih tinggi, Produksi biomassa yang rendah, Toleransi etanol lebih tinggi, Tidak memerlukan kontrol oksigen selama fermentasi, Konversi yang lebih cepat Toleran terhadap suhu Tahan terhadap kadar alkohol yang pekat

b) Asam Sulfat Sifat fisika asam sulfat sebagai berikut (Gessner Hawley, The Condensed Dictionary 10th edition) : Korosif dan reaktif Specific gravity asam sulfat murni Titik leleh Titik didih = 1,84 = 10,4 oC = 315 338 oC

Tidak berwarna atau berwarna coklat tua (tergantung kemurnian) Larut dalam air

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 14

Kegunaan : Sebagai katalis dan pewarnaan

c) Antifoam Sifat-sifat fisik dari Turkey red oil adalah: Warna kuning kecoklatan Merupakan cairan yang viscous Titik didih 1500C Titik lebur 00C Larut dalam air, membentuk larutan encer Specific gravity 1,015 (200C) untuk 50% dan 1,03 (200C) untuk 70%

d) Enzym Enzim -amilase Sifat fisika Enzim -amilase sebagai berikut : Kapasitas panas 0,336 kal/gC Temperatur 105-107C Lama operasi 1-2 jam pH 5,5 Dalam proses ini enzim amilase berfungsi sebagai hidrolisator

Sifat Kimia :

Enzim Sakarifikasi (Enzim Glukoamilase) Sifat Fisika Kapasitas panas 0,308 kal/gC Temperatur 60 C Lama operasi 42-96 jam pH 4,5

Sifat Kimia Dalam proses ini glukoamilase berfungsi sebagai katalisator (Kirk Othmer, 1945)

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 15

I. 6 Aspek Ekonomi Isu yang berkembang saat ini adalah penggunaan bioetanol sebagai campuran bensin. Campuran bioetanol dan bensin, dengan komposisi 10 % berat bioetanol disebut gasohol E10. Kontinuitas penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) memunculkan - paling sedikit dua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya (2) polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajad kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi tidak langsung, mayoritas berupa pemanasan global

(www.energi.lipi.go.id). Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.32/2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Bio-Fuel) Sebagai Bahan Bakar Lain, dapat dilihat pada tabel 1. 3. Tabel 1.3 Pentahapan Kewajiban Minimal Pemanfaatan Bioetanol E100
Oktober Jenis Sektor 2008 s.d. Desember 2008 Rumah Tangga Saat ini tidak ditentukan 3% (existing) Terhadap 1% 3% 5% 10% 15% kebutuhan total Terhadap 5% 7% 10% 12% 15% kebutuhan total Terhadap 5% 7% 10% 12% 15% kebutuhan total Januari Januari 2008 2010 Januari Januari Januari Keterangan

2015** 2020** 2025**

Transportasi PSO

Transportasi Non PSO

5% (existing)

Industri dan Komersial

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 16

Pembangkit Listrik

Saat ini tidak ditentukan


(esdm.go.id)

** Spesifikasi disesuaikan dengan spesifikasi global dan kepentingan domestik

Pra desain pabrik bioetanol dari ubi jalar sawit ini menggunakan proses batch dan direncanakan beroperasi pada tahun 2015 yaitu dengan masa konstruksi 2 tahun. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM di atas, pada tahun 2015 mengikuti regulasi tahun 2010, minimum penggunaan bioetanol adalah sebesar 3% dari kebutuhan bahan bakar total untuk transportasi PSO (Publik Service Obligation), 7% untuk Transportasi non-PSO, dan 7% untuk Industri dan Komersial, dimana data pertumbuhan pejualan bahan bakar premium dalam negeri adalah seperti yang ditunjukkan pada table 1. 4. Tabel 1.4 Data Pertumbuhan Pejualan Bahan Bakar Premium Dalam Negeri Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Penjualan (kL/tahun) 13345194,00 13235789,.12 13407985,54 17480327,00 17071164,00 16616342,82 Pertumbuhan -0,008198 0,013010 0,303725 -0,023407 -0,026643 0,05169744
( dtwh2.esdm.go.id)

Rata-Rata Pertumbuhan

Dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 5,17% maka diperoleh prediksi kebutuhan premium 2015 berdasarkan persamaan:
F P 1 i
n

dimana: F = Nilai pada tahun ke-n P = Nilai pada tahun awal n = tahun i = pertumbuhan

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 17

Dari data di atas diperoleh penjualan premium pada 2015 sebesar 24.869.693,62 kL/tahun. Dengan regulasi di atas, diambil kebutuhan bio-bioetanol pada tahun 2015 sebesar 7% dari kebutuhan bahan bakar per tahun, sehingga diperoleh perhitungan kebutuhan bioetanol sebagai berikut: Kebutuhan bioetanol 2015 = 7% x konsumsi Premium = 0,07 x 24.869.693,62 kL/tahun = 1.740.878,554 kL/tahun Data ekspor bioetanol Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 1.5 Data Ekspor Bioetanol Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Ekspor ($) 2.045.488 2.902.587 1.890.433 1.277.737 1.105.706 986.481 1.242.317 -0,08270934 Pertumbuhan 0 0,419019324 -0,34870755 -0,324103525 -0,134637253 -0,107827035

Rata-rata =

Ekspor bioetanol 2015

= 740.117,5 $

Data impor bioetanol Indonesia adalah sebagai berikut, Tabel 1.6 Data Impor Bioetanol Indonesia Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Impor ($) 15.518 35.324 2.508 11.899 25.717 36.811 Pertumbuhan 0 1,276324269 -0,929000113 3,744417863 1,161274057 0,431387798 0,947400645

Rata-rata= Impor bioetanol 2015

= 3.909.892,187 $

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 18

Selisih Ekspor-Impor

= 740.117,5 $ - 3.909.892,187 $ = - 3.169.774,69 $ = Rp - 28.527.972.183,00 (Asumsi kurs dolar ke rupiah sebesar Rp 9.000,00)

Ekspor-Impor

= Rp 28.527.972.183,00 / Rp 5.500,00/liter Bioetanol = 5.186.9,997 liter per tahun = 5.186,9 kiloliter per tahun

Jumlah Bioetanol yang harus disuplai oleh industri dalam negeri adalah : = kebutuhan bioetanol + ekspor - impor = 1.740.878,554 + 5.186,9 = 1.746.065,454 KL/tahun. Dibawah ini merupakan tabel nama perusahaan bioetanol yang telah beroperasi di Indonesia.
Tabel 1.7 Nama Perusahaan Bioetanol yang telah Beroperasi di Indonesia.

Nama Perusahaan

Kapasitas Produksi (kL/tahun)

Bahan Baku

PT Aneka Kimia Nusantara PT Basis Indah PT Bukitmanikam Subur Persada PT Indo Acidama Chemical PT Madu Baru PT Molindo Raya Industrial PT Medco Bioetanol Indonesia BPPT PT Indo Lampung Distillery PT. Basis Indah PT. PN XI PT. PN X PT. Rhodia Manyar PT. RNI

5.000 1.600 51.282 42.000 6.720 10.000 60.000 30 70.000 1.600 6.000 120 11.000 11.200

Molasses Molasses Molasses Molasses Molasses Molasses Molasses Cassava Molasses Molasses Molasses Molasses Molasses Molasses

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 19

PT. Sampurna Kanematsu Corporation TOTAL

16.800 30.000 323.352

Cassava Cassava

Berdasarkan produksi total pabrik bioetanol yang telah berdiri saat ini yaitu sebesar 323.352 KL/tahun, maka terdapat kekurangan suplai bioetanol untuk tahun 2015 sebesar 1.422.713,454 KL/tahun. Pada pra rancang pabrik ini, diambil kapasitas sebesar 0.351 % dari kekurangan suplai bioetanol tersebut Kapasitas Produksi = 0.351 % x 1.422.713,454 KL/tahun = 4.993,7 KL/tahun = 15,13 KL/hari Dan diputuskan kapasitas produksi pabrik sebesar ~ 15,13 KL/hari

I. 7 Penentuan Lokasi Pabrik Pemilihan lokasi pabrik penting untuk dilakukan, karena kesalahan pemilihan lokasi pabrik dapat menyebabkan biaya produksi menjadi mahal sehingga tidak ekonomis. Tabel I. 8 Kapasitas Produksi Ubi Jalar tiap Provinsi Provinsi Nanggroe Aceh D. Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Riau Kepulauan D.K.I. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Luas Panen (Ha) 1,556 12,841 4,461 1,291 2,360 3,013 3,293 5,120 623 199 0 28,617 8,606 591 14,729 3,051 6,407 Produktivitas (Qu/Ha) 100.97 111.05 155.24 79.16 96.61 68.56 95.17 97.33 80.35 77.19 0.00 136.23 139.05 109.97 98.21 117.47 131.84 Produksi (Ton) 15,711 142,602 69,253 10,219 22,800 20,657 31,341 49,835 5,006 1,536 0 389,851 119,670 6,499 144,659 35,841 84,469

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 20

Provinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia

Luas Panen (Ha) 1,506 14,044 1,632 1,526 2,918 3,623 4,396 2,737 5,899 3,458 399 1,310 2,559 3,062 1,278 34,078 181,183

Produktivitas (Qu/Ha) 116.02 80.29 74.22 70.10 109.51 92.91 98.41 107.39 107.28 83.06 96.59 109.78 85.97 87.00 101.17 98.08 107.48

Produksi (Ton) 17,472 112,765 12,112 10,698 31,954 33,662 43,261 29,392 63,287 28,721 3,854 14,381 21,999 26,640 12,929 334,235 1,947,311

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik antara lain adalah ketersediaan bahan baku, pasar, transportasi dan supply air. Bahan baku Bahan baku merupakan hal penting yang paling berpengaruh dalam penenntuan lokasi pabrik. Semakin dekat jarak antara bahan baku adan pabrik maka akan memudahkan penyiapan bahan baku, selain itu juga menghemat biaya transportasi. Pasar Lokasi pemasaran yang akan dijangkau akan berpengaruh pada biaya distribusi produk. Transportasi Transportasi yang baik akan memudahkan dalam pengambilan bahan baku penyaluran dari produk produk yang akan dihasilkan. Supply air Di dalam suatu proses industi diperlukan air dalam jumlah yang cukup besar, apalagi untuk industri bioetanol dengan proses fermentasi yang

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

Bab I Pendahuluan

I- 21

memerlukan air baik untuk bahan baku maupun bahan tambahan. Oleh karena harus dipilih lokasi pabrik yang dapat dengan mudah mendapatkan supply air dalam jumlah besar. Dari pertimbangan faktor-faktor diatas maka di pilih Kabupaten Kuningan Jawa Barat sebagai tempat lokasi pabrik, karena berdasarkan tabel 1.5.1 bahan baku yang tersedia sanagt melimpah yaitu 389,851 ton per tahun. Selain itu mengingat lokasi Jawa Barat merupakan provinsi yang cukup dekat dengan pulau jawa sebagai pulau yang paling padat penduduk di Indonesia sehingga aspek transportasi dan pemasaran tidak begitu bermasalah.

Pra Desain Pabrik Bioetanol dari Ubi Jalar (Ipomoea Batatas)

You might also like