You are on page 1of 18

PENDAHULUAN

Manusia sering menyebut kata tungkai. Pengertian dari tungkai sendiri adalah anggota badan bawah antara pantat dan lutut serta lutut dan pergelangan kaki.1 Dalam ilmu kedokteran ada istilah sistem muskuloskeletal yaitu merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Pada dasarnya, sebagian besar dari tubuh

manusia terdiri dari otot dan tulang. Tulang secara umum terdiri dari tulang rawan, sendi, dan ligamentum. Ilmu yang mempelajari tulang disebut osteologi. Tulang adalah jaringan hidup yang akan menyuplai saraf dan darah. Rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Otot adalah suatu jaringan dalam tubuh yang sangat penting. Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Otot mencapai 40% sampai 50% dari berat tubuh.2 Otot sendiri dalam bahasa Latin berarti little mouse. Otot disebut juga sebagai musculus. Ilmu yang mempelajari tentang otot / musculus sendiri adalah myologi. Ada beberapa gangguan dalam tulang antara lain atrofi dan hipotonus. Hipotonus adalah keadaan tonus otot rangka berkurang, ketahanan otot terhadap peregangan pasif berkurang.3 Tonus sendiri adalah kontraksi otot yang ringan dan terus menerus yang pada otot rangka membantu dalam mempertahankan postur dan mengembalikan darah ke jantung.4 Tujuan dari dari makalah ini adalah untuk menjelaskan struktur, fungsi, tulang dan otot serta mekanisme kerja otot pada ekstremitas inferior dan menambah wawasan kita mengenai atrofi pada otot yang terjadi di daerah ekstremitas inferior karena lama tidak digunakan untuk berkontraksi.

1|Page

PEMBAHASAN

Struktur anatomi manusia, terdiri dari extremitas inferior, extremitas posterior, dll. Extremitas inferior dan extremitas posterior terbagi lagi menjadi 2 yaitu dextra dan sinistra. Sinistra berarti sebelah kiri. Dextra adalah bagian kanan.4 Sedangkan ekstremitas adalah anggota badan, seperti lengan dan tungkai. Jadi, extremitas dextra adalah bagian lengan kanan atau tungkai kanan pada tubuh. Extremitas inferior juga sama dengan bagian lain dari tubuh manusia yaitu tersusun atas otot dan tulang. Tulang tulang pada ekstremitas inferior terdiri dari pelvis, paha, tungkai bawah, dan kaki. Sedangkan otot yang menyusun ekstremitas inferior cukup banyak yang secara garis besar terdiri dari otot pangkal paha, otot tungkai atas, otot tungkai bawah, dan otot pedis.

Gambar 1. Tulang ekstremitas dextra Inferior

2|Page

1. Tulang 1.1.Struktur Struktur ekstremitas inferior secara anatomi adalah sebagai berikut : Pelvis Bagian pelvis tersusun atas os coxae yang menghubungkan os sacrum dengan os femur. Os coxae sendiri terdiri dari 3 tulang, yaitu os ilium, os ischium, dan os pubis.5 Os ilium adalah bagian dari os coxae terbesar di sebelah cranial dimana terdapat bagian cranial acetabulum, yaitu lekukan sendi yang dalam pada aspek lateral os coxae untuk bersendi dengan caput femoris. Os ischium membentuk bagian dorsokaudal acetabulum dan os coxae. Os pubis membentuk bagian ventral acetabulum dan bagian ventromedial os coxae.

Gambar 2. Os coxae Paha Paha terdiri dari os femur yang menghubungkan pelvis dengan patella. Femur merupakan tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat tubuh dari os coxae kepada os tibia sewaktu berdiri. Caput femoris mengarah ke kraniomedial dan agak ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum.5 Ujung proksimal femur terdiri dari sebuah caput femoris, collum femoris, dan dua trochanter. Ujung distal femur berakhir menjadi dua condylus yaitu epicondylus lateralis dan epicondylus medialis.

3|Page

Gambar 3. Os Femur Patella Patella terletak di antara os femur dan os tibia serta os fibula. Bentuknya hampir seperti segitiga. Patella sangat berperan dalam gerakan extensi lutut.

Gambar 4. Os patella Tungkai Bawah Tungkai bawah terdiri dari os fibula dan os tibia yang menghubungkan patella dengan ossa tarsi. Os tibia yang besar dan merupakan penyangga beban, bagian proksimalnya bersendi dengan condylus femur dan distalnya bersendi dengan talus. Os fibula ramping yang terletak lateral dari os tibia dan terutama berguna sebagai tempat melekatnya otot, dan tidak atau hanya sedikit berguna untuk menopang berat tubuh. Corpus tibiae dan corpus fibulae dihubungkan oleh membrane interossea cruris.5

4|Page

Gambar 5. Os fibulae dan os tibiae Kaki Kaki terdiri dari ossa tarsi, ossa metatarsi, dan phalanx yang merupakan ujung distal dari ekstremitas inferior. Ossa tarsi terdiri dari tujuh buah tulang yaitu talus, calcaneus, os cuboideum, os naviculare, daan tiga os cuneiforme. Talus sendiri terdiri dari corpus tali, collum tali, dan caput tali. Calcaneus adalah tulang kaki yang paling besar dan paling kuat.5 Os naviculare terletak antara caput tali dan os cuneiforme. Os cuboideum adalah tulang yang paling lateral pada baris ossa tarsi distal. Os cuneiforme ada tiga, yaitu os cuneiforme lateral, os cuneiforme medial, dan os cuneiforme intermedium.5 Ossa metatarsi terdiri dari dari lima ossa metatarsi. Mulai metatarsi I sampai dengan metatarsi V. Phalanx seluruhnya terdapat 14 phalanx. Jari kaki pertama terdiri dari dua phalanx (phalanx distal dan proksimal), keempat jari lainnya terdiri dari tiga phalanx (phalanx distal, proximal, medial).

Gambar 6. Os pedis
5|Page

1.1.1. Makroskopis Secara makroskopis, tulang dapat dibagi menjadi tulang kompak (substansia kompakta) dan tulang spons atau kanselosa (substansia spongiosa). Tulang kompak tampak sebagai massa utuh padat dengan ruang-ruang kecil dan membentuk perlindungan luar untuk jaringan tulang lainnya.6 Tulang kompakta tersusun teratur sesuai distribusi pembuluh darah yang memasoknya. Tulang spons terletak di bagian dalam dari tulang kompak, rapuh dan memiliki banyak pori atau ronggarongga yang nantinya akan diisi sumsum tulang. Tulang spons ini tidak teratur. Tulang spons terdiri atas banyak trebekel/lempeng lempeng yang saling berhubungan. 1.1.1. Mikroskopis Secara mikroskopis, tulang terdiri dari dua bagian yaitu matriks dan sel sel tulang. 1.1.1.1. Matriks Substansi interstisial tulang terdiri atas dua komponen utama yaitu matriks organic 35% dan garam garam anorganik 65% dari berat keringnya.6 Matriks organic terdiri dari serat serat kolagen yang terbenam dalam substansi dasar kaya akan proteoglikan dan beberapa glikoprotein structural spesifik. Kolagen yang merupakan 90% dari bahan organic matriks tulang adalah terutama tipe-I. Garam-garam organik inilah yang memberikan kekuatan pada tulang dan serabut kolagen yang memberikan sifat elastis pada tulang. Serat seratnya berdiameter 50-70 nm dan memiliki gurat silang khas 67nm.6 Kolagen tulang sedikit berbeda dengan kolagen jaringan lunak jenis serupa karena memiliki lebih banyak hubungan silang intermolekuler. Lisin dari kolagen tulang juga lebih tinggi hidroksilasinya. Matriks anorganik yang banyak terdapat pada matriks tulang antara lain adalah kalsium dan fosfor, namun ditemukan juga bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan natrium. Kalsium dan fosfor tersebut membentuk Kristal hidroksiapatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH)2.6,7 Meskipun begitu, Kristal Kristal ini menunjukkan ketidaksempurnaan dan tidak

6|Page

identik dengan hidroksiapatit pada mineral karang. Kalsium amorf (nonkristal) juga cukup banyak ditemukan. 1.1.1.2. Sel tulang Jaringan tulang disusun oleh beberapa bentuk sel tulang, yang terdapat dalam cairan ekstraseluler (matriks) berupa garam-garam anorganik (sebagain besar berupa kalsium dan fosfor). Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari:8 Sel Osteoprogenitor/osteogenik Sel osteogenik ini merupakan sel induk/stem cell. Sel osteogenik juga merupakan sel yang belum berdiferensiasi berasal dari jaringan ikat mesenkim. Berbentuk gelendong dengan inti pucat. Sitoplasmanya sedikit asidofilik atau sedikit basofilik.6 Sel osteogenik ini terdiri dari preosteoblas dan preosteoklas. Preosteoblas memiliki sedikit reticulum endoplasma dan akan menghasilkan osteoblas. Sedangkan preosteoklas mengandung lebih banyak mitokondria dan ribosom bebas dan akan menghasilkan osteoklas. Sel Osteoblas Osteoblas berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan blastos yang berarti benih.7 Sel osteoblas adalah sel pembentuk tulang dari tulang yang berkembang dan dewasa.6 Osteoblas hanya terdapat di permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktiv menyintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasmanya basofilik. Bila aktivitas sintesisnya menurun, sel tersebut menjaddi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya berkurang. Sel osteosit Osteosit berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan kytos yang berarti sel. 7 Osteosit merupakan sel tulang dewasa yang terbentuk dari sel osteoblas yang terletak di dalam lacuna yang terletak di antara lamena lamena matriks. Hanya ada satu osteosit dalam satu lacuna. Bila dibandingkan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari
7|Page

tersebut memiliki sedikit reticulum endoplasma kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel sel ini secara secara aktiv terlibat untuk mempertahankan matriks tulang. 7 Sel osteoklas Osteoklas berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan klastos yang berarti pecah.7 Osteoklas merupakan sel tulang yang besar dan berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Osteoklas berasal dari penggabungan sel sel sumsum tulang. pada daerah terjadinya reabsorpsi tulang, osteoklas terdapat dalam lekukan yang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lacuna howship.6,7 1.2.Fungsi Fungsi tulang pada ekstremitas inferior yaitu : Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh.9 Gerakan tubuh terbentuk dari kerjasama antara sistem rangka dengan otot, oleh sebab itu keduanya sering dikelompokkan menjadi satu nama yaitu sistem musculo-skeletal.9 Fungsi lain dari tulang adalah : Untuk menghasilkan atau sebagai tempat pembentukan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu. Sistem rangka melindungi organ-organ vital seperti otak yang dilindungi oleh tulang tengkorak, paru-paru dan jantung dilindungi oleh tulang dada dan tulang rusuk.9 2. Otot Pada bagian ektremitas inferior terdiri dari otot rangka dan otot polos. Dimana otot rangka jauh lebih besar daripada otot polos. Panjangnya sekitar 10cm sampai 30cm dan berdiameter antara 0,1mm sampai 0,5mm.6 2.1. Struktur Secara anatomi, otot otot pada ekstremitas bawah yaitu 2.1.1.1. Otot pangkal paha M. gluteus maximus M. gluteus minimus M. Psoas M. gluteus medius M. Quadratus femoris M. Piriformis
8|Page

M. iliacus

M. Obtrator internus

2.1.1.2. Otot tungkai atas Mm. Extensor sendi lutut M. Sartorius M. Quadriceps femoris M. Articularis genus M. Gracillis M. Adductor longus M. Adductor minimus

Mm. Adductor femoris M. Pectineus M. Adductor magnus M. Adductor brevis

Mm. Flexor Sendi lutut M. Biceps femoris M. Semitendinosus M. Semiimembranosus

2.1.1.3. Otot tungkai bawah Mm. Flexor Lapisan dangkal M. Gastrocnemius M. Soleus M. Plantaris Lapisan dalam M. Popliteus M. Flexor digitorum longus M. Tibialis posterior M. Flexor hallucis longus Mm. Extensor M. Tibialis anterior M. Extensor digitorum longus M. Peroneus tertius

9|Page

M. Extensor hallucis longus

Mm. Peronaei M. Peroneus longus M. Peroneus brevis

2.1.1.4. Otot pedis Mm. Dorsum Pedis M. extensor digitorum brevis Mm. Hallucis brevis

Mm. Plantaris Pedis Mm. jari kaki I M. Abductor hallucis M. Flexor hallucis brevis M. Adductor hallucis Mm. jari kaki V M. Abductor digiti quinti M. Flexor digiti quinti brevis M. Opponens digiti quinti brevis Mm. Ruang tengah pedis M. Flexor digitorum brevis M. Quadratus Plantae M. Lumbricales M. Interossei Plantares M. Interossei dorsales

2.1.2. Makroskopis Struktur makroskopis sangat penting dalam menjelaskan otot sebagai sumber energy yang dapat menggerakkan tubuh dan menghasilkan gaya yang bekerja pada sumbu tertentu menurut kedudukannya dalam persendian. 2.1.2.1. OTOT POLOS Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang panjang, ramping, pipih, langsing, polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak
10 | P a g e

disadari (tidak sesuai kehendak) / involuntary, lambat, dan tidak cepat lelah. Memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti: lambung dan usus. 2.1.2.2. OTOT JANTUNG Otot jantung memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter), hanya ada di jantung. Dan otot jantung adalah satusatunya otot yang memiliki percabangan yang disebut diskus interkalaris. Reaksi terhadap rangsang lambat, sehingga otot ini tidak mudah lelah. 2.1.2.3. OTOT RANGKA Otot rangka disebut juga sebagai otot lurik atau otot seran lintang. Otot rangka memiliki banyak inti dengan diameter 10-100m, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter), awal kontraksi cepat, sehingga cepat lelah. Secara makroskopis, pada otot rangka terlihat guratan-guratan melintang yang khas yang disebut sebagai myofibril. Miofibril tersusun atas protein otot aktin, miosin, troponin, dan tropomiosin. Otot rangka memiliki sel sel yang berinti jamak (multinucleated cell). Inti yang banyak terjadi akibat adanya peleburan mioblas mononuclear embrional (precursor sel otot).7 Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka. Contoh semua otot yang melekat pada tulang, otot lidah, langit-langit (palatinum), pharing, ujung esophagus. 2.1.3. Mikroskopis Pada bagian ini akan di bahas mengenai struktur mikroskopis otot rangka. Sel otot disebut juga serabut otot atau miosit. Serat otot tersebut diliputi endomisium. Beberapa serat otot rangka akan menyusun faskulus/berkas yang juga diliputi dengan perimisium. Faskulus faskulus nantinya akan membentuk muskulus yang diliputi epimisium. Endomisium, perimisium, dan epimisium merupakan jaringan ikat.

11 | P a g e

Gambar 7. Endomisium, Perimisium, dan Epimisium Serat otot diliputi oleh membran sel yang dinamakan sarkolemma. Setiap serabut otot/sel otot mengandung sejumlah serabut kecil yang sangat teratur kerjanya disebut miofibril/miofilamen yang terbagi menjadi filamen-filamen.7 Miofibril itu letaknya paralel satu sama lain. Miofibril itu menempati sebagian besar volume sel otot tersebut. Pada miofibril itu terdapat benyak pita gelap dan terang yang merupakan karakteristik dari sel otot seran lintang itu. Seperti yang tampak dengan mikroskop cahaya, serabut otot yang terpotong memanjang memperlihatkan garis melintang yang terdiri dari pita gelap dan pita terang yang bergantian. Pemitaan berdasarkan susunan miofilamen yaitu:2 Pita yang lebih gelap disebut dengan pita A (berasal dari Anisotrop, yaitu mampu mempolarisasi cahaya) terdiri darai susunan tebal yang berselang seling dengan miofilamen tipis. Pita yang lebih terang disebut pita I (berasal dari Isotrop, yaitu tidak mengubah cahaya polarisasi atau nonpolarisasi). Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap menyatu di sepanjang myofibril. Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen myosin yang tidak tertembus filament tipis. Garis M membagi dua pusat zona H. Pembagian ini merupakan kerja protein penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan. Sarkomer adalah jarak antara garis Z satu ke garis Z yang lain.

12 | P a g e

Gambar 8. Struktur Mikroskopis Otot

Filamen otot rangka mengandung beberapa jenis protein. Molekul aktin Aktin sendiri tersusun dari tiga protein yaitu f-aktin fibrosa, molekul tropomiosin, dan molekul troponin.2 F-aktin fibrosa terbentuk dari dua rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain. Molekul tropomiosin membentuk filament yang memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi sisi yang berkaitan dengan crossbridge myosin. Sedangkan molekul troponin berkaitan dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang pada molekul tropomiosin. Troponin adalah suatu kompleks yang tersusun dari satu polipeptida yang mengikat tropomiosin, satu polipeptida yang mengikat aktin, dan satu polipeptida yang mengikat ion-ion kalsium. Jika kalsiun tidak ada, tropomiosin dan troponin mencegah terjadinya ikatan antara aktin dan myosin. Jika kasium ada, maka reorganisasi troponin dan tropomiosin memungkinkan terjadinya hubungan antara aktin dan myosin. Miosin Miosin dapat diuraikan menjadi dua rantai ringan yang identik. Kedua rantai ini berpilin menjadi satu. Terdapat tonjolan globulus kecil pada satu
13 | P a g e

ujung setiap rantai yang membentuk kepala. Pada tonjolan ini terdapat tempat penggabungan ATP, tempat untuk mengikat aktin (actin-binding site), dan bagian yang bersifat katalitik yang dapat menghidrolisis ATP (aktivitas ATPase). 2.2. Fungsi Fungsi Otot secara umum yaitu: Menghasilkan gerakan rangka tubuh, seperti berjalan. Otot menghasilkan gerakan gerakan pada tulang dimana otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian bagian internal tubuh.2 Penopang dan mempertahankan posisi tubuh. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya grafitasi.2 Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi panas

2.3. Mekanisme kerja Dengan adanya otot, maka kita dapat bergerak dan beraktifitas. Dengan jalan kontraksi (memendek) dan relaksasi (kembali seperti keadaan semula), maka akan menimbulkan pergerakan tubuh baik secara keseluruhan maupun sebagian. Sel otot merupakan sel tubuh yang khusus yang digunakan untuk melakukan kontraksi dan relaksasi. 2.3.1. Kontraksi Sitoplasma otot mengandung protein otot yang dinamakan aktin dan miosin. Aktin dan miosin berbentuk filamen. Filamen yang berkelompok membentuk bundel miofibril. Kontraksi otot terjadi ketika ransangan saraf mencapai otot, diawali dengan proses yang disebut inervasi.7 Pada saat terjadi kontraksi, otot menjadi pendek dan gemuk, tetapi tidak mengalami perubahan volume. Pada saat istirahat, ATP terikat pada sisi ATPase pada kepala miosin, namun kecepatan hidrolisis ATP tersebut sangat lambat. Miosin membutuhkan aktin sebagai kofaktor untuk memecahkan ATP dengan cepat dan melepaskan energi. Ketika aktin berikatan dengan miosin, pergerakan kepala miosin akan

14 | P a g e

menarik aktin melewati filamen miosin. Hasilnya, filamen tipis akan di tarik lebih dalam ke arah pita A. Proses inervasi dimulai ketika saraf motorik bermielin bercabang di dalam jaringan ikat perimisium, tempat masing masing saraf menghasilkan beberapa cabang terminal.7 Pada tempat inervasi, saraf tersebut kehilangan selubung mielinnya dan membentuk bagian terminal yang melebar yang terdapat di dalam lekukan pada permukaan sel otot. Struktur ini disebut motor end plate atau taut otot saraf.7 Pada tempat ini, akson ditutupi selapis sitoplasma tipis dari sel schwann. Di dalam ujung akson, terdapat banyak mitokondria dan vesikel sinaps yang mengandung neurotransmitter asetilkolin. Di antara akson dan otot terdapat celah yaitu celah sinaps, tempat matriks lamina basal amorf berada. Pada pertautan, sarkolema membentuk lipatan lipatan pertautan yang dalam. Di dalam sarkoplasma di bawah lipatan lipatan terdapat beberapa inti dan banyak mitokondria, ribosom, dan granul glikogen.7 Bila sebuah potensial aksi memasuki motor end plate, asetilkolin dibebaskan dari ujung akson, berdifusi melalui celah, dan terikat pada reseptor asetilkolin dalam sarkolema di lipatan pertautan. Peningakatan asetilkolin

menyebabkan sarkolema menjadi lebih permeabel terhadap natrium yang berdepolarisasi membran. Kelebihan asetilkolin dihidrolisis oleh enzim

kolinesterase yang terikat pada lamina basal celah sinaps. Pemecahan asetilkolin diperlukan untuk menghindari lamanya kontak transmitter ini dengan reseptor yang berada dalam sarkolema. Depolarisasi yang diawali di motor end plate diteruskan di sepanjang permukaan sel otot dan masuk jauh ke dalam serabut melalui sistem tubulus transversus. Di setiap triad, sinyal depolarisasi disampaikan ke retikulum sarkoplasma dan berakibat terjadinya pelepasan Ca2+, yang mengawali siklus kontraksi. 2.3.2. Relaksasi Apabila depolarisasi membran terhenti, Ca2+ secara aktif akan ditranspor kembali ke dalam sisterna reticulum sarkoplasma, dan kemudian otot akan berelaksasi.7
15 | P a g e

2.4. Mekanisme pengecilan dan hipotonus Atrofi (atrophy) adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan.10 Sedangkan atrofi otot didefinisikan sebagai hilang atau mengecilnya bentuk otot karena musnahnya serabut otot, sehingga kemampuan berkontraksipun hilang.11 Atrofi otot terjadi pada otot-otot yang terdapat pada anggota gerak yang lama tidak digunakan seperti pada keadaan anggota gerak yang dibungkus dengan gips. Karena tidak terpakai terlalu lama, maka otot tersebut mengecil dan pada akhirnya serabut serabut otot akan diinfiltrasi dan digantikan dengan jaringan fibrosa dan lemak.2 Atrofi juga dapat terjadi karena pemutusan saraf yg mempersarafi otot tersebut. Masa otot, kekuatan otot, dan dentisitas tulang berkurang pada lansia biasanya akibat tidak digunakan. Selain penurunan keperluan sesuatu fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau nutrisin, inflamasi kronik dan proses penuaan juga berpengaruh terhadap terjadinya atrofi. Pada ekstrem yang lain, jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan miosinnya akan berkurang, serat-seratnya menjadi lebih kecil, dan dengan demikian otot tersebut berkurang massanya (atrofi) dan menjadi lebih lemah. Atrofi dapat dikurangi dengan melakukan stimulasi listrik, pemijatan, serta latihan latihan khusus.11 Misalnya dengan olah raga secara rutin. Selain itu adalah mengkonsumsi makanan bergizi.

16 | P a g e

PENUTUP

Dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis terbukti yaitu pengecilan otot dapat terjadi karena tungkai kaki yang tidak digunakan selama beberapa lama, yaitu kurang lebih dalam waktu 3 bulan. Dan kejadian ini berkaitan dengan otot dan tulang pada ekstremitas inferior.

17 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

1. Ramali A, Pamoentjak K. Kamus kedokteran. Jakarta: Perpustakaan nasional; 2005. 2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Otot. Jakarta: Penerbit EGC; 2004. 3. Dorland, WAN. Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC; 2006. 4. Dorland, WAN. Kamus saku kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC; 2002. 5. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002. 6. Bloom, Fawcett. Buku ajar histology. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2002. 7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2007. 8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. 9. Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika tubuh manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2006. 10. Crowin JE. Buku saku patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. 11. Furqonita ST. Biologi interaktif. Jakarta: Azka press; 2007.

18 | P a g e

You might also like