You are on page 1of 30

Disusun oleh : Yuliana Dwi JP G1A211050

Pembimbing: Dr.Tutik Ermawati, Sp.S

Bahasa merupakan sesuatu yang paling kompleks dari perilaku yang ditunjukkan oleh manusia, karena bahasa melibatkan memori, belajar, keterampilan penerimaan pesan, proses, dan ekspres. Pemahaman bicara dan bahasa adalah tugas yang melibatkan sebagian besar korteks serebri

Permasalahan bahasa dapat tampak dalam bentuk language delay atau gangguan dalam berbahasa language delay perkembangan bahasa secara normal yang terhambat Afasia gangguan cara berbahasa

Area cerebrum yang mengintegrasi semua stimulus ini menjadi kemampuan berbahasa area Wernicke ujung posterosuperior girus temporalis superior.

Hubungan antara area pendengaran + area wernick interpretasi bahasa terhadap apa yg didengar Area asosiasi penglihatan + area wernick pemahaman bahasa melalui apa yang dibaca

MEKANISME BERBICARA

Wood (1971) Kehilangan kemampuan untuk bicara atau untuk memahami sebagaian atau keseluruhan dari yang diucapkan oleh orang lain, yang diakibatkan karena adanya gangguan pada otak. Wiig dan Semel gangguan pada perolehan bahasa yang disebabkan karena kerusakan otak yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam memformulasikan pemahaman bahasa dan pengguanaan bahasa

Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa Cedera otak stroke, trauma, tumor otak Efek samping dari obat fentonil

Manifestasi klinik

Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi defek


Sindrom afasia peri-silvian
Afasia Broca (motorik, ekspresif) Afasia Wernicke (sensorik, reseptif) Afasia konduksi Afasia transkortikal motorik Afasia transkortikal sensorik Afasia transkortikal campuran

Afasia tidak lancar atau non-fluent Afasia lancar atau fluent

Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)

Sindrom afasia subkortikal


Afasia talamik Afasia striatal

Sindrom afasia non-lokalisasi

Gabungan pendekatan manifestasi klinis dengan lesi anatomik

Afasian anomik Afasia global

Bentuk Afasia Ekspresi (Broca)

Ekspresi Tak lancar

Komprehens i verbal Relatif terpelihara

Repetisi Terganggu

Menamai Terganggu

Komprehens i membaca Bervariasi

Komprehens i membaca Terganggu

Lesi Frontal Inferior posterior

Reseptif (Wermicke)

Lancar

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Terganggu

Temporal Superior Posterior (Area

Wernicke)
Global Konduksi Tak lancar Lancar Terganggu Relatif terpelihara Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Terganggu Fronto temporal Fasikulus arkualtus, girus supramargin al Nominal Lancar Relatif terpelihara Terpelihara Terganggu Bervariasi Bervariasi Girus angular, temporal superior posterior Transkortikal motor Transkortikal Lancar Tak lancar Relatif terpelihara Terganggu Terpelihara Terganggu Terganggu Terganggu Terpelihara Terganggu Bervariasi Terganggu Peri sylvian anterior PerisylvianPo

Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak area Broca dan area Wernick Area Broca (area 44 dan 45 Broadmann) pelaksanaan motorik berbicara Lesi pada area ini kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan Area Wernicke (area 41 dan 42 Broadmann) area sensorik penerima untuk impuls pendengaran Lesi pada area ini penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa lesi pada area disekitarnya afasia transkortikal

Diagnosis afasia tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada pemeriksaan fisik dan kejiwaan pemeriksaan tambahan lainnya mengetahui penyebab kerusakan otaknya.

Penderita bicara lancar, artikulasi dan irama baik, tetapi isi bicara tidak bermakna dan tidak dapat dimengerti artinya. Gambaran klinisnya ialah Keluaran bicara yang lancar Panjang kalimat normal Artikulasi dan irama bicara baik Terdapat parafasia Kemampuan memahami pendengaran dan membaca buruk Repetisis terganggu Menulis lancar tadi tidak ada arti

Penderita menggunakan kalimat pendek dan bicara dalam bentuk sederhana. Gambaran klinisnya ialah Pasien tampak sulit memulai bicara Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per kalimat) Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks Artikulasi umumnya terganggu Irama bicara terganggu Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami kalimat yang lebih kompleks Pengulanan (repetisi) buruk Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk

lesi di daerah antara bagian belakang lobus temporalis, lobus oksipitalis dan lobus parietalis dari hemisfer kiri (dominan) yaitu area Wernicke. Gambaran klinik afasia Wernicke .
Keluaran afasik yang lancar Panjang kalimat normal Artikulasi baik Prosodi baik Anomia (tidak dapat menamai) Parafasia fonemik dan semantik Komprehensi auditif dan membaca buruk Repetisi terganggu Menulis lancar tapi isinya "kosong

Merupakan ketidakmampuan mengulangi kata atau kalimat lawan bicara terutama yang multisilabis (bersuku kata banyak). Afasia konduksi kerusakan pada fasikulus arcuata transmisi informasi dari daerah Wernicke ke daerah Brocca ditandai oleh gangguan berat pada repetisi, kesulitan dalam membaca kuat-kuat (namun pemahaman dalam membaca baik), gangguan dalam menulis, parafasia yang jelas, namun umumnya pemahaman bahasa lisan terpelihara.

Afasia jenis ini membuat penderita tidak mampu menyebut nama benda yang dilihat, angka, huruf, bentuk benda dan kata kerja dari gambar yang dilihat Letak lesinya tidak tentu tapi bisa di girus angular dan temporal superior posterior atau berada antara daerah Brocca dan Wernicke Gambaran klinik alasia anomik.
Keluaran lancar Komprehensi baik Repetisi baik Gangguan (defisit) dalam menemukan kata.

Afasia transkortikal motorik (masuk afasia non-fluent) lesi di anterior atau superior dari area broca Gambaran klinik afasia motorik transkortikal. Keluaran tidak lancar (non fluent) Pemahaman (komprehensi) baik Repetisi baik Inisiasi terlambat Ungkapan-ungkapan singkat Parafasia semantik Ekholalia

Afasia transkortikal sensorik lesi di area informasi dari nonbahasa area ke cerebrum tidak bisa di transfer ke area wernickes untuk diubah menjadi suatu bentuk bahasa. Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal Keluaran (output) lancar (fluent) Pemahaman buruk Repetisi baik Ekholalia Komprehensi auditif dan membaca terganggu Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan.

Afasia transkortikal campuran Penyebab anoksia sekunder terhadap sirkulasi darah yang menurun henti jantung, oklusi atau stenosis berat arteri karotis, anoksia oleh keracunan karbon monoksida dan demensia Gambaran klinik afasia transkortikal campuran Tidak lancar (nonfluent) Komprehensi buruk Repetisi baik Ekholalia mencolok

lesi di bagian posterior daerah girus ketiga frontal dari hemisfer kiri (dominan) yaitu sekitar area Brocca (area 44)

Ciri klinik afasia Broca:


bicara tidak lancar tampak sulit memulai bicara Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat) pengulangan (repetisi) buruk kemampuan menamai buruk Kesalahan parafasia Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat yang sintaktis kompleks) Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks Irama kalimat dan irama bicara terganggu

ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotipe lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya.

Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan Konversasi. Dengan mengajak pasien bercakapcakap dapat dinilai kemampuannya memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh pemeriksa Suruhan. Serentetan suruhan, mulai dari yang sederhana (Satu langkah) sampai pada yang sulit (banyak langkah) Tanpa afasia menunjukkan 4 atau lebih objek pada suruhan yang beruntun. Pasien dengan Afasia menunjuk sampai 1 atau 2 objek saja. Pilihan (ya atau tidak)

Repetisi
Mengulang kata sederhana banyak kata Orang normal umumnya mampu mengulang kalimat yang mengandung 19 suku-kata. Afasia gangguan repetisi daerah perisylvian

Pemeriksaan menamai dan menemukan kata


Pemeriksaan sistem berbahasa
Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama (menamai) anomia. Bicara spontan, komprehensi (pemahaman), repetisi, menamai, otak yang dominan (kidal atau tidak)

Pemeriksaan menggunakan tangan (kidal atau tidak) Pemeriksaan berbicara spontan


Apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun-tegun, disprosodik (irama, ritme,intonasi bicara terganggu). Pada afasia sering ada gangguan ritme dan irama (disprosodi).

Atasi penyebab (stroke, perdarahan akut, tumor otak) Rehabilitasi (terapi bicara) Tujuan melatih sel-sel yang tidak rusak menggantikan sel-sel yang telah rusak Dimulai 24 jam pasien stroke masuk rumah sakit lalu dilakukan berkelanjutan 1-2 tahun post stroke Yang diperlukan : motivasi, memberi stimulasi, melakukan repetisi yang kontinu

Dimulai seawal mungkin. Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada bulan pertama sejak mula sakit mempunyai hasil yang paling baik. Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat). Program terapi yang dibuat oleh terapis sangat individual dan tergantung dari latar belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien. Program terapi berlandaskan pada penumbuhan motivasi pasien untuk mau belajar (re-learning) bahasanya yang hilang. Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling dengan terapi kelompok dengan pasien afasi yang lain. Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.

Afasia adalah suatu gangguan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan otak. Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa Afasia diklasifikasikan berdasarkan manifestasi klinis, Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi defek, Gabungan pendekatan manifestasi klinik dengan lesi anatomik

You might also like