You are on page 1of 11

Dania Wijayanti 09/282514/SP/23491

Huig de Groot atau dalam bahasa Latin disebut Hugo Grotius, lahir pada 10 April 1583, di Delft, Belanda. Keluarganya cukup makmur, terdidik dan ambisius. Sejak kecil beliau sudah terkenal akan kecerdasannya. Pada umur 8 tahun beliau sudah menulis elegi dalam bahasa Latin dan pada usia 11 tahun beliau diterima menjadi mahasiswa fakultas seni di Leiden University Kehidupannya berpindah-pindah: Belanda, Perancis, Jerman dan Swedia. Beliau merupakan negarawan dan diplomat ulung. Selama hidupnya, Grotius juga banyak menulis buku tentang teologi Kristen, dan menghasilkan beberapa karya seni.

Pada awal abad 17 kerajaan bersatu Spanyol-Portugal mengklaim monopoli atas perdagangan dengan Hindia Timur. Pada 1604, seorang laksamana Belanda, Jacob van Heemskerk menyita kapal Portugis, Santa Catarina Grotius yang memang sangat terlibat dalam politik Belanda diminta Dutch East India Company untuk menghasilkan karya hukum membela tindakan tersebut dengan alasan bahwa Spanyol-Portugal telah merampas hak alami Belanda untuk berdagang dengan mengklaim hak monopoli perdagangan. Grotius kemudian menghasilkan karya De Jure Praedae (On the Law of Prize and Booty), yang tidak diterbitkan selama hidupnya, kecuali pada bab berjudul Mare Liberum (The Freedom of the Seas) yang diterbitkan pada 1609. Dalam artikel tersebut Grotius membela akses gratis ke laut untuk semua bangsa.

Grotius yang terlibat perseteruan politik antara orthodox Calvinists dan pendukung toleransi beragama(reformer atau Remonstrant), harus dipenjara akibat dukungannya terhadap kaum remonstrant. Saat dipenjara, Grotius akhirnya kabur ke Perancis, yang pemerintahannya justru menerimanya dengan baik. Di Perancis, Grotius menerbitkan De jurre belli ac pacis (On the law of war and peace) pada 1625 yang terbagi menjadi tiga buku. Secara umum karyanya ini membahas mengenai Hukum Perang dan Hukum Damai. Dalam pembahasannya, Hukum Damai dimasukkan sebagai bagian dari Hukum Perang, sehingga porsinya lebih singkat.

Setelah meninggalkan Perancis pada 1631, Grotius kemudian tinggal di Jerman selama tiga tahun. Pada tahun 1634, Grotius pinda ke swedia dan diminta King Gustavus Adolphus untuk menjadi duta besar Swedia untuk Perancis. Grotius menjabat hingga 1645 dan segera kembali ke Swedia. Setelah menghabiskan beberapa bulan di Swedia, Grotius memutuskan untuk pergi ke Jerman, namun sayang, dia mengalami kecelakaan, karena kapalnya karam. Grotius wafat pada 28 Agustus 1645 di Rostock, Jerman. Dan dimakamkan di kota asalnya di Delft.

Kebebasan lautan adalah aspek kunci dalam komunikasi antar masyarakat dan bangsa. laut adalah wilayah internasional dan semua negara bebas untuk menggunakannya untuk perdagangan kelautan. Tidak ada negara yang dapat memonopoli lautan karena keluasannya, serta kurangnya stabilitas dan batas tetap.

Basis hak adalah mutual consent. State obligation juga muncul dari mutual consent. Peace yang terkait state obligation adalah persoalan dimana state mampu menjaga mutual consent. Hak intervensi dimungkinkan selama ada sesuatu yang melanggar mutual consent. Law of nations dibangun atas dasar mutual consent. menghormati kehidupan dan kepemilikan properti dalam keadaan perang.

"WHAT THE CONSENT OF


ALL MEN MAKES KNOWN AS THEIR WILL IS LAW."

HUGO GROTIUS

Hukum alam primer Hukum alam

Hukum yang benarbenar mengekspresikan kehendak Allah Hukum (manusia) yang ada karena alasan tertentu
konferensi dan negosiasi antara dua saingan atau kontestan,

Hukum alam sekunder

Perang bukanlah penentu akhir

3 metode alternatif penyelesaian konflik

kompromi, di mana masing-masing pihak memberikan beberapa tuntutan atau membuat konsesi.

single combat or choosing by lot.

Justifikasi dan legitimasi perang Konsepsi Perang Buku 1 Konsepsi Natural Law

Aktor yang berhak mengobarkan perang

Buku 3

Hukum ketika berperang (Jus in bello)

origins of property 3 penyebab adil perang (jus ad bellum) Pengalihan hak

Self-defense
apa aturan yang mengatur perilaku perang. semua pihak yang berperang terikat aturan dalam perang tersebut.

Buku 2

reparation of injury

hukuman

Fully convinced...that there is a common law among nations, which is valid alike for war and in war, I have had many and weighty reasons for undertaking to write upon the subject. Throughout the Christian world I observed a lack of restraint in relation to war, such as even barbarous races should be ashamed of; I observed that men rush to arms for slight causes, or no cause at all, and that when arms have once been taken up there is no longer any respect for law, divine or human; it is as if, in accordance with a general decree, frenzy had openly been let loose for the committing of all crimes Hugo Grotius

http://www.britannica.com/EBchecked/topi

c/246809/Hugo-Grotius http://plato.stanford.edu/entries/grotius/#L ifWor http://oregonstate.edu/instruct/phl302/phil osophers/grotius.html http://www.worldlawdirect.com/article/338 3/who-hugo-grotius-1583-1645.html http://oll.libertyfund.org/index.php?option= com_content&task=view&id=242&Itemid=269

You might also like