You are on page 1of 55

Suatu

cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen , sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yangserupa tidak terjadi penyakit Suatu usaha memberikan kekebalanpada bayi dan anak terhadappenyakit tertentu

Untuk mencegah terjadinya penyakittertentu pada seseorang danmenghilangkan penyakit tertentu padasekelompok masyarakat (populasi) ataubahkan menghilangkan penyakit tertentudari dunia Apabila terjadi penyakit tidak akan terlaluparah dan dapat mencegah gejala yangdapat menimbulkan cacat atau kematian Melindungi seseorang terhadap penyakittertentu (intermediate goal)

Imunisasi aman dengan anak sakit ringan , cacat atau kurang gizi .

Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada fetus ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio Maturitas imunologik, pada neonatus fungsimakrofag dan pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang Yang sedang mendapat imunosupresan Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi selsistem imun sehingga imunoglobulin yangterbentuk tidak dapat mengikat antigendengan baik dan respon terhadap vaksinberkurang

Interaksi antara sel-sel sistem imun, Secara genetik respon imun manusiadibagi atas responden baik, cukupdan rendah terhadap antigen tertentu--- sehingga ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.

KIPI Adalah Kejadian Ikutan Paska Imunisasi RSI adalah Reaksi samping Imunisasi BERUPA KIPI RINGAN :Panas ,bercak, peradangan setempat , abses steril KIPI SEDANG ;shock, kejang demam, limphadenitis, artritis (1,4 %) KIPI BERAT : Kelumpuhan , encepalopati, trhombositopenia , meninggal (0,01 %)

Vaksinadalah mikroorganismeyang diubah sedemikian rupa sehinggapatogenisitasnya hilang tetapi masihtetap mengandung sifat antigenesitas Faktor kualitas dan kuantitas yangdapat menentukan keberhasilanvaksinasi

Cara pemberian Dosis Frekuensi dan jarak pemberian Jenis vaksin

VAKSIN PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)


Vaksin BCG

Vaksin Hepatitis B
Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT) Vaksin Polio

CAMPAK

BCG vaksin hidup ,dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas) Indikasi: U/ pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat seperti meningitis, TBC tulang

reaksi uji tuberkulin > 5 mm Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia),

mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe Anak menderita gizi buruk Menderita demam tinggi Menderita infeksi kulit yang luas Pernah/masih menderita TBC Kehamilan

Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan Cara pemberian dan dosis vaksin Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang dilarutkan harus dibuang dalam 3 jam, Dosis: pada bayi < 1 tahun 0,05 ml & anak > 1 tahun 0,10 ml. Vaksin ini disuntikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus) Penyimpanan vaksin Vaksin disimpan pada suhu 2-80C, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar matahari Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3 jam

Jadwal pemberian Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur 2 bulan Apabila diberikan >3bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux) Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif) Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun Efek samping Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul 23 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri Proteksi Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%) Mencegah TB berat 60-80%

Untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif ataupun imunisasi aktif

Imunisasi pasif

IG/ISG (Immune Serum Globulin) HBIG (Hepatitis B Immune Globulin) Diberikan baik sebelum terjadinya paparan (preexposure) maupun setelah terjadinya paparan (postexposure) Indikasi utama pemberian imunisasi pasif Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui kulit maupun mukosa Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+) Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+) Pemberian vaksin Pada kecelakaan jarum suntik Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu 24 jam, diulangi 1 bulan kemudian Paparan seksual Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan dalam jangka waktu 2 minggu Paparan perinatal Dosis : 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam

Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin

Imunisasi aktif

yang tidak infeksius Ada 3 jenis vaksin hepatitis B Vaksin yang berasal dari plasma Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika Vaksin polipeptida Vaksin yang beredar di Indonesia Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu HbsAg (+) dosis 2x lipat) Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug) B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug) Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug) Engerix-B (dosis : anak 10 ug)

Dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg

Penyuntikan

dilakukan secara intramuscular, didaerah deltoid atau paha anterior (jangan dilakukan didaerah bokong)
samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri, bengkak, panas, mual, nyeri sendi maupun otot

Efek

Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+) Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-) Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan) Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun)

Kejadian ikutan pasca imunisasi


Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam

ringan 2 hari Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi

Kontra Indikasi
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra

indikasi absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, alergi pada komponen vaksin, demam tinggi.

Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam

alumunium fosfat

Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, alumunium fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg

Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri (alum precipitated formol toxoid) yang digabung dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis Imunisasi rutin pada anak,
Diberikan dengan 5 dosis yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan

yang diberikan bersamaan dengan polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ketiga

Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT)

Untuk

imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri dan tetanus

Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu :


A. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan
Kemasan tunggal (TT) Kemasan dengan vaksin difteri (DT) Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)

B. Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS)

Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum (ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut : Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pada anak besar atau dewasa Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa

usia sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.

Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada

IMUNISASI DPT 1 - 3 DPT 4 (TT)

WAKTU PEMBERIAN 3X 1X

DOSIS 3 DOSIS TT 4 DOSIS TT PD BAYI, ANAK 3 DOSIS DWS

USIA 2, 4, 6 BLN 18 24 BLN

DPT 5 (TT)

1X

4 DOSIS TT

USIA SKLH

DPT 6 (DT)

1X

6 DOSIS TT

USIA SKLH

IMUNISASI T1

TUJUAN MENEMBANGKA N KEKEBALAN TUBUH PD INFEKSI MENYEMPURNAK AN KEKEBALAN MENGUATKAN KEKEBALAN

WAKTU PEMBERIAN 2 BULAN

SPACING MASA PERLINDUNGAN 3 TAHUN

T2 T3

4 MGG STL T1 6 BLN STL T2

3 TAHUN 5 TAHUN

T4

MENGUATKAN KEKEBALAN
MENDAPATKAN KEKEBALAN PENUH

1 THN STL T3

10 TAHUN

T5

1 THN STL T4

25 TAHUN

Kontra Indikasi
Riwayat anafilaksis Ensefalopati pasca DPT sebelumnya

KIPI
Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat

suntikan Demam, gelisah, menangis terus menerus Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis

Ada 2 macam jenis vaksin polio


Vaksin virus polio oral (OPV) Vaksin polio inactivated (IPV)

OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3

adalah strain/suku sabin yang masih hidup tapi sudah dilemahkan (attenuated), vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera yang distabilkan dengan sukrosa Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus anak memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian

Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-80C. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 200C. Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai orange muda

(sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan.

IPV

berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid IPV harus disimpan pada suhu 2-80C dan tidak boleh dibekukan Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut dengan jarak masingmasing dosis 2 bulan Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan OPV

OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi Polio (ERAPO) tahun 2000 Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B

Imunisasi penguat (booster) Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat diberikan dosis DPT sebagai penguat Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi penguat, kecuali mereka yang dalam resiko khusus,

Imunisasi untuk orang dewasa Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis berturut-turut OPV 2 tetes dengan jarak 4-8 minggu Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomielinitis dan tidak boleh ada yang tertinggal

Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala Pusing-pusing, Diare ringan dan Sakit pada otot Kontrai indikasi pemberian OPV Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C) Muntah atau diare Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal pada hipogamaglobulinemia Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak

Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak


Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan

dilemahkan, jangan terkena sinar matahari Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium) Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin

Dosis

minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml secara subcutan atau intra muscular Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam program BIAS

Reaksi KIPI
Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6

dan berlangsung selama 2 hari Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama 2-4 hari

Kontra indikasi

Demam tinggi Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi Hamil Mempunyai riwayat alergi

Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib) Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR) Vaksin Demam Thypoid Vaksin Hepatitis A Vaksin Varicella

Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl Suspensi berkabut keputihan Kombinasi dengan DTaP/DTwP Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha midanterolateral dan usia > 2 tahun di deltoid

VAKSIN MMR:

Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam

Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan Serokonversi pada >95% kasus Kontraindikasi :

embrio ayam Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia

Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme

imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu).

KOMPOSISI:
polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl,

NaHPO3H

Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun Perlindungan 3 tahun Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B

KOMPOSISI:
Virus inaktif dalam formaldehid

Indikasi :
anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi

(hemofilia), tinggal di panti asuhan

Indikasi kontra :
demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap

komponen vaksin

Diberikan secara intramuscular Protektif pada 95-100%

KOMPOSISI:
Virus hidup dilemahkan, strain Oka

Diberikan secara subcutan Kontra indikasi :


demam, sakit akut Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain Jangan hamil dalam 2 bulan Tidak efektif bila transfusi gamma globulin

Diberikan pada anak usia 1-13 tahun Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi) Aman, efektif dan ekonomis

Vaksin Influenza-1 Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)

Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara Strain 2004 untuk daerah selatan H1N1 (new Caledonia/20/99) H3N2 (Fujian/411/2002) Hongkong/330/2001 Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan 6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian Vaksinasi diulang tiap tahun

Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan InfantrixHib) Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot

DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)

DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib Kontra indikasi Sama dengan komponen masing-masing vaksin

Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F) Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe Bebas pengawet dan bebas thimerosal Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)

Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan lagi Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :

Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa Tetap disimpan dalam suhu +20C - 80C Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam 0C - 80C Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka

Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat

digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid Penyimpanan pada suhu 2-80C , jangan terkena sinar matahari maupun beku

You might also like