You are on page 1of 26

Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Kedokteran Gigi

ABSES PERIODONTAL

Kelompok
http://sileobercapit.blogspot.com/

Nama Anggota
1. Tommy Agustinus Ongo 2. Rizal Hendra Kusuma 3. Ringga Setiawan 4. Aizar Agi Syahriaal 5. Ahmad Habibie AH.

6. Gt. Febby Aprilia


7. Ayu Asih Pertiwi 8. Erlinda Amaliyana 9. Dian Novita Sari 10. Zuhda Febrina R.

Skenario
Seorang pria berusia 40 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan adanya benjolan pada gusi pada gigi bawah belakang kanan sejak kurang lebih 4 hari yang lali, terasa sakit, dan demam. Dari hasil pemeriksaan klinis : EO (ekstra oral) terlihatlymphadenitis bawah kanan, IO (intra oral) karies (-), tes vital pada gigi 46 (=), gingiva pada regio 46 oedema (bengkak), kemerahan, pengukuran dengan probe terlihat poket yang dalam pada bagian bifurkatio 46 adalah 6mm dan yang lain 3mm, OH buruk kalkulus (+++), perkusi (-), druk (+), palpasi (+). Dari pemeriksaan rongent foto terlihat radiolusent di sekitar bifurkatio

Problem Tree
Definisi
Diagnosa

Komplikasi

Tatalaksana

Abses Periodontal

Etiologi

DD

Patofisiologi

Prognosis

Sasaran Belajar
1. Diagnosa

2. Etiologi
3. Epidemiologi 4. DD 5. Patofisiologi

6. Tatalaksana
7. Perbedaan Perkusi dan Druk

Diagnosa
Abses periodontal adalah suatu inflamasi purulen yang terlokalisir pada jaringan

periodonsium.
Gejala : Pasien demam, malaise dan terdapat limfadenitis Pemeriksaan kavitas (-) Pembesaran gingiva di daerah apeks gigi

Melnick, Philip et al. Treatment of Periodontal Abscess. Elsevier. 2006. p 714-720

Etiologi
1. 2. 3. 4. Periodontitis yang tidak di tangani dengan poket periodontal yang dalam. Impaksi makanan atau bulu sikat gigi atau pembersihan kalkulus yang tidak sempurna Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik. Topoll dkk, Newman dan sims melaporkan bahwa sekitar 60 % di jumpai bakteri anaerob. Porphyromonas gingivalis-55-100% Prevotella intermedia- 25-100% Fusobacterium nucleatum -44-65% Actinobacillus actinomycetemcomitans-25%

Camphylobacter rectus- 80%


Prevotella melaninogenica-22%

5. Perokok berat, stress 6. Faktor predisposisi: DM, neutropenia, alcoholism

Melnick, Philip et al. Treatment of Periodontal Abscess. Elsevier. 2006. p 714-720

Epidemiologi
Abses periodontal merupakan kasus darurat penyakit periodontal ke tiga yang paling sering terjadi mencapai 7-14 % dan 6-7 % kasus abses periodontal pada pasien-pasien di klinik gigi. 60 % terjadi pada perempuan dan 40% pada laki-laki. 62 % terjadi

pada periodontitis yang tidak di tangani, 24 % saat fase pemeliharaan


periodontitis dan 14 % pasca perawatan

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409 Ibrahem, Lekaa M. Evaluation of periodontal abscess clinically and microbiologically. JCD. Bagdad. 2008

Patofisiologi
Infiltrasi bakteri patogen masuk ke jaringan periodontium bakteri dan / atau

produk bakteri memulai proses inflamasi

mengaktifkan respon inflamasi

Kerusakan jaringan disebabkan oleh sel-sel inflamasi dan enzim ekstraseluler bakteri Sebuah infiltrat inflammatory terbentuk, diikuti

oleh penghancuran jaringan ikat, enkapsulasi dari massa bakteri dan pembentukan

nanah.

Periodontal Abses

Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis

Patofisiologi
Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)

Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya
dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar ke kelenjar limfe regional. Banyaknya hubungan antara berbagai kelenjar getah bening memfasilitasi penyebaran infeksi hngga dapat mengenai kepala atau leher melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian tubuh lainnya.

Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis

Gejala dan gambaran klinis


Gambaran Abses Periodontal akut

Terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat disertai rasa sakit, daerah


pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan cepat dapat terjadi. 1. Ketidaknyamanan ringan sampai parah 2. Merah dan membengkak berbentuk ovoid yang terlokalisir

4. Adanya mobiliti gigi


6. Kenaikan suhu. 9. limfadenopati regional, trismus
Grossman. Ilmu Endodontik Dalm Praktek. EGC. 1995

Gejala dan gambaran klinis


Gejala abses periodontal Kronis: 1. Tidak ada sakit atau sedikit nyeri. 2. Adanya lesi inflamasi yang terlokalisir 3. Gigi sedikit meninggi 4. Adanya eksudat intermiten 5. Adanya saluran fistula yang berhubungan dengan saku yang dalam

Melnick, Philip et al. Treatment of Periodontal Abscess. Elsevier. 2006. p 714-720

Tatalaksana
Drainase melalui poket periodontal
Anastesi lokal di sekitar abses Dinding saku di retraksi dengan probe atau kuret untuk

melakukan tindakan drainase


Tekan lembut dan lakukan drainase Lakukan skeling dan root planning jika lesi kecil dan akses baik Jika lesi besar dan tidak dapat dilakukan skeling dan root planning dapat di berikan antibiotik sistemik terlebih dahulu

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Tatalaksana
Namun, jika lesi cukup besar, dan berfluktuasi, insisi eksternal dapat dibuat untuk menguras abses. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Abses dikeringkan, terisolasi dengan spons kasa b. Anestesi lokal (blok saraf lebih disukai) c.Sebuah sayatan vertikal dilakukan melalui pusat yang paling berfluktuasi dari abses dengan pisau #15 atau #11 bedah d. Jaringan lateral sayatan dipisahkan dengan periosteal elevator / kuret

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Tatalaksana
e. tekanan ringan diterapkan dengan kasa lembab

f. Pada pasien dengan abses, dengan pembengkakan, ketegangan


dan nyeri, dianjurkan untuk menggunakan antibiotik sistemik sebagai awal pengobatan

g. Dalam kondisi seperti itu, setelah kondisi akut telah surut,


debridement mekanis termasuk root planning dilakukan h. Setelah pendarahan dan nanah telah berhenti, pasien disilahkan pulang Instruksikan untuk berkumur dengan larunan garam hangat dan clorheksidin glukonat 0,2%
Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Tatalaksana
Antibiotik yang umum yang digunakan adalah:

1. Phenoxymethylepenicillin 250 -500 mg qid 5/7 hari


2. Amoksisilin 250 - 500 mg tds 5-7 hari 3. Metronidazole 200 - 400 mg tds 5-7 hari

Jika alergi terhadap penisilin, antibiotik ini digunakan:


1. Eritromisin 250 -500 mg empat kali sehari 5-7 hari 2. Doksisiklin 100 mg bd 7-14 hari 3. Klindamisin 150-300 mg empat kali sehari 5-7 hari

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Tatalaksana
5. Ekstraksi gigi Ekstraksi gigi adalah pilihan terakhir untuk mengobati periodontal abses. Namun, ada pedoman tertentu untuk menilai miskin / harapan prognosis sebelum penggalian gigi. [2], [15], [16] pedoman adalah sebagai berikut a. Horizontal mobilitas yang lebih dari 1mm. b. Keterlibatan furkasi Kelas II-III c. Kedalaman probing> 8 mm. d. Buruk respon terhadap terapi. e. Lebih dari 40% kehilangan tulang alveolar.

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Tatalaksana

Diagnosa Banding
GINGIVAL ABSCESS

Biasanya disebabkan Trauma Lokasi di daerah gingiva Tidak ada poket

Periapikal Abses Lokasi di bawah Apeks Gigi Non vital, karies yang besar dengan pulpa terbuka Odem, Bengkak, Rasa Sakit, kemerahan

Patel, punit V, Sheela KG. Periodontal abcess: a review. Journal of chlinical and diagnostoc research. 2011: 5(2): 404-409

Diagnosa Banding lanjutan

PERIO-ENDO LESION
Lesi perio-endo biasanya dijumpai pada Periodontitis yang parah yang melibatkan daerah furkasi Kehilangan tulang yang luas di daerah apeks, menyebabkan infeksi pulpa Gigi yang non vital

Patel, punit V, Sheela KG. Periodontal abcess: a review. Journal of chlinical and diagnostoc research. 2011: 5(2): 404-409

Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya: 1. Abses karena Periodontitis : Ketika infeksi akut berasal dari biofilm (di

saku periodontal diperdalam)


2. Abses bukan karena periodontitis: Ketika infeksi akut berasal dari sumber lain lokal. misalnya. Benda asing impaksi, perubahan dalam integritas akar

Klasifikasi berdasarkan jumlah 1. Abses Tunggal: Abses terbatas pada satu gigi.

2. Multiple abses: Abses terbatas pada lebih dari satu gigi.

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Komplikasi
Gigi goyang karena terjadi resorbsi tulang alveolar

Penyebaran infeksi ke paru-paru dan otak


Selulitis Arterioskerosis dan infark miokard akibat aggregasi plateket oleh P. gingivalis

Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409

Perbedaan Perkusi dan Druk


Perkusi Uji ini digunakan untuk mengevaluasi status periodonsium sekitar gigi dan apikal gigi dengan cara mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut Druk Mengetahui penjalaran keradangan dengan meletakan pangkal kaca mulut di atas mahkota gigi kemudian penderita diminta mengigit perlahan-lahan untuk mengetahui nyeri dengan melihat ekspresi penderita

Barrat, M.R, Pool S.L. Principle of Clinical Medicine for Space flight. New York. 2008: 551

Daftar Pustaka
Patel, Punit Vaibhav. Periodontal Abses: A review/ Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2011 Apr, Vol-5(2):404-409 Ibrahem, Lekaa M. Evaluation of periodontal abscess clinically and microbiologically. JCD. Bagdad. 2008 Melnick, Philip et al. Treatment of Periodontal Abscess. Elsevier. 2006. p

714-720
Peterson, et al, 2002, Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis Barrat, M.R, Pool S.L. Principle of Clinical Medicine for Space flight. New

York. 2008: 551

TERIMA KASIH

You might also like