You are on page 1of 37

APPENDIKITIS

Sistem Pencernaan

Present By
Nurifzi Endang Tri gunawan Frengky Rudi Edi trisno Krispina alegia Akbar Reza Permana Viki Dendeng Suandi

Pendahuluan
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992). Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain. Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren (FKUA ; 1989 ) Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ). Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan membuang appendiks ( Puruhito ; 1993). Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991). Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.

Definisi
Appendiksitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999). Appendiksitis adalah peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing yang berlokasi dekatkatub ileocekal. (Long, 1996 ). Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor.

Epidemiologi
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yan tinggi ini menurun pada pria. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya apendisitis. Kuman-kuman yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut Schwartz kuman terbanyak penyebab apendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis bersama E.coli.

Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi Yaitu : Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcu
(http://ners-fighter.blogspot.com/2008/08/asuhan-keperawatanapendisitis.html)

Lanjutan Etiologi
Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut. Tergantung pada bentuk appendiks 1. Appendik yang terlalu panjang 2. Messo appendiks yang pendek 3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks 4. Kelainan katup di pangkal appendiks
(http://ners-fighter.blogspot.com/2008/08/asuhan-keperawatan-apendisitis.html)

Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Lanjutan Patofisiologi
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

Tanda dan Gejala


Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi. Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.

Manifestasi Klinis
Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, dan sering kali muntah. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

Test Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas annamnesa ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang penting adalah : 1. Nyeri mula mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah. 2. Muntah oleh karena nyeri visceral 3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus) 4. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan , penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri b. Pemeriksaan yang lain

Lanjutan Test Diagnosa


Lokalisasi Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut,tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney. Test Rectal Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Pemeriksaan Laboratorium a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. b. Hb (hemoglobin) nampak normal c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis infiltrat d. Urine penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.

Lanjutan Test Diagnosis


Pemeriksaan Radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan b. Kadang ada fekolit (sumbatan) c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

Diagnosa Banding
Gastroenteritis akut adalah kelainan yang sering dikacaukan dengan appendicitis. Pada kelainan ini muntah dan diare lebih sering. Demam dan leukosit akan meningkat jelas dan tidak sesuai dengan nyeri perut yang timbul. Lokasi nyeri tidak jelas dan berpindah pindah. Hiperperistaltik merupakan merupakan gejala yang khas. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu obsevasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis. Adenitis mesebrikum juga dapat menunjukan gejala dan tanda yang identik dengan appendicitis. Penyakit ini lebh sering pada anak anak, biasanya didahului dengan infeksi saluran napas. Lokasi nyeri di perut kanan bawah tidak konstan dan menetap, jarang terjadi truemuscie guarding.

Lanjutan Diagnosa Banding


Divertikulitis Meckeli juga menunjukan gejala yang hampir sama. Lokasi nyeri mungkin lebih kemedial, tetapi ini bukan criteria diagnosis yang dapat dipercaya. Karena kedua kelainan ini membutuhkan tindakan operasi, maka perbedaannya bukanlah hal yang penting. Enteritis regional, amubiasis,ileitis akut, perforasi ulkus duodeni, kolik ureter, salpingitis akut, kehamilan ektopik terganggu, dan kista ovarium terpuntir juga sering dikacaukan dengan appendicitis. Pneumonia lobus kanan bawah kadang kadang juga berhubungan dengan nyeri di kuadran kanan bawah.

Klasifikasi
Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
a. Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak. Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada dinding perut. Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut. Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang kurang perawatannya dan kuman cukup ganas sehingga menimbulkan abses.

b.
c.

d.

Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue. Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut : 1. Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks 2. Abses hati 3. Septi kemia

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi. Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal, kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis. Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah diafragma menunjukan adanya perforaasi.

Penatalaksanaan
Appendisitis infiltrat. - Ukuran kurang dari 5 cm : operasi - Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat obatan ) Appendisitis akut :Appendektomi. Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.

Lanjutan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Appendektomi.
1) Tindakan pre operative Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan penderita. Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP. Tindakan operatif Appendektomi. Tindakan post operatif. Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syok hyperemi dan gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal, kemudian berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan penderita boleh pulang. Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk mencegah terjadinya infeksi.

2) 3)

Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendiks perforasi atau apendiks gangrenosa

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Tahap tahap dalam proses keperawatan saling ketergantungan satu dengan lainnya dan bersifat dinamis dan disusun secara sisematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu ketahap yang lain.

Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek maupun obyek, adapun tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien. Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain : a. Mengumpulkan tentang data pasien Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari data data biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan aspek spiritual biasanya data dasar ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak dengan pasien. Sedangkan data yang difokuskan kepada pasien masalah kesehatan pada saat itu adalah:

Lanjutan Pengkajian
1) 2) 3) 4) Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise. Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi. Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus. Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis. Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah. Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dengan tulang ileum kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendisitis ). Kalau berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter ) dengan perilaku berhati-hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal. Keamanan tandanya demam biasanya rendah. Pernafasan tandanya takipnea, pernapasan dangkal. Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.

5) 6)

7) 8)

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa, diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami klien. Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi atau mengurangi masalah tersebut. Diagnosa keperawatan menurut NANDA, 2012-2014 yang mungkin muncul pada klien dengan appendiksitis adalah: a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis b. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif d. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri )

Diagnose yang muncul dengan kasus appendiks menurut rumusan diagnose NANDA antara lain :

a. Pre operasi 1. 2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah.

Lanjutan Diagnosa
b. Post operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera. 2. Resiko kehilangan volume cairan berhubunmgan dengan asupan cairan yang tidak adekuat. 3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan 4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik 5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

Perencanaan
Pre Operasi C:\Documents and Settings\user\My Documents\Pre Operasi appendikis.docx Post Operasi C:\Documents and Settings\user\My Documents\Post Operasi appendikitis.docx

Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik, melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik. Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.

Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang

Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik lakilaki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang lakilaki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000). Pengkajian pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagai berikut Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise, Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi, Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus, Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis,Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.

Lanjutan Kesimpulan
Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagai berikut : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri ). Perencanaan dibuat sesuai dengan diagnose yang telah ditentukan yang berdasarkan nic dan noc Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik, melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.

Lanjutan Kesimpulan
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan

DAFTAR PUSTAKA
Wikinson, Judith M, 2012, Buku saku Diagnosa Keperawatan edisi 9, EGC, Jakarta Linda Juan, 2000, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta

.Doenges, Marlynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC, Jakarta. Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 15 November 2012

Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.

You might also like