Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Lili hasanah
0810312067
Pembimbing
Kejang Demam
bangkitan kejang pada T tubuh (T rektal >38C) akibat proses Ekstrakranium.
pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.
epidemiologi
80 % kejang demam sederhana, 20% kasus kejang demam kompleks
Insiden:umur 6 bulan sampai 4 tahun
Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti
infeksi
Umur
Genetik
Kejang umumnya berlangsung singkat, berhenti sendiri, berbentuk klonik atau tonik klonik bilateral, tanpa gerakan fokal Setelah kejang anak sadar, tanpa adanya defisit neurologis
KDS
Berlangsung singkat Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit Bangkitan kejang tonik, tonikklonik tanpa gerakan fokal Tidak berulang dalam waktu 24 jam
KDK
Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang parsial Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di antara bangkitan kejang.
Pencitraan
penatalaksanaan
Jika kejang telah berhenti: Berikan dosis awal fenobarbital Neonatus : 30 mg IM 1 bln-1 thn : 50 mg IM >1 thn :75 mg >1 thn : 75 mg IM 4 jam kemudian Dosis: hari I dan II : fenobarbital 8-10 mg/kgbb/2 dosis hari berikutnya : fenobarbital 4-5 mg/kgbb/2 dosis
Prognosis
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus
Kejadian kecacatan dan kematian tidak pernah dilaporkan.
Seorang pasien laki-laki umur 9 bulan dirawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 2 juni 2013
Keluhan Utama : Kejang 2 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat kehamilan
Pasien lahir cukup bulan, secara spontan ditolong oleh bidan BBL 2.900 gram, PB 49 cm, lahir langsung menangis. Ibu pasien rutin memriksakan kehamilan kebidan Riwayat mengkonsumsi alkohol (-), obat-obatan (-), merokok (-), jamu-jamuan (), Tidak ada riwayat demam selama kehamilan.
Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap sesuai umur
Pemeriksaan fisik
Kesadaran Keadaan umun Tekanan darah Nadi Suhu Pernafasan Sianosis Ikterus BB/U: 89,1 % TB/U: 99,3% BB/TB: 90 % : Sadar : sakit sedang : 90/60 : 140 x : 38 C : 42 x / men : Tidak ada : Tidak ada
Tinggi badan : 71cm Berat badan : 8,2 kg Edema : Tidak ada Anemis : Tidak ada
: Gizi baik : Teraba hangat : Kaku kuduk tidak ada :Tidak teraba pembesaran kelenjer getah : Bulat, lingkar kepala 43 cm (normocepal) : Hitam, tidak mudah dicabut : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Pupil isokor, 2 mm, reflek cahaya +/+ normal Telinga : Tidak ditemukan kelainan Hidung : Tidak ditemukan kelainan Tenggorokan : Tonsil T1T1, hiperemis, faring hiperemis Gigi & Mulut : Mukosa gigi dan mulut basah Leher : kaku kuduk tidak ada
Dada,Paru: Insp Palp Perk Ausk Cor: Insp Palp Perk Ausk Abdomen
: : : : : : : : :
: : : :
Normochest sulit dinilai Sonor bronkoVesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada Iktus kordis tidak terlihat Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V sulit dinilai Irama teratur, bising tidak ada Insp : Distensi tidak ada Palp : Supel, hepar dan lien tidak teraba Perk : Timpani Ausk : Bising usus (+) Normal Tidak ditemukan kelainan Tidak ditemukan kelainan Colok dubur tidak dilakukan Akral hangat, perfusi bagus RF +/+, RP -/-
terapi
FOLLOW UP 3 juni 2013 : S / - Demam tidak ada - Muntah tidak ada - Kejang tidak ada - Batuk tidak ada - BAK warna dan jumla biasa - BAB belum ada
O / Sakit sedang, sadar , Nadi : 110 x/menit, Nafas : 32 x/menit Suhu : 38 C Mata : konjungtiva tidak anemis,Sklera tidak ikterik Thorak : Cor irama teratur, bising tidak ada Pulmo vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada Abdomen : Distensi tidak ada, bising usus (+) normal Extremitas : Akral hangat, perfusi baik
DISKUSI
Dari anamnesis didapatkan: kejang saat demam sebanyak 2 x dalam waktu 24 jam, dengan lama kejang 5-10 menit. Kejang bersifat umum,Pasien sadar setelah kejang. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis kejang demam kompleks. Pasien juga tidak mempunyai riwayat kejang pada saat tidak demam, untuk mensingkirkan diagnosis epilepsi.
Dari pemeriksaam fisik : adanya hiperemis pada tonsil dan faring yang dicurigai sebagai penyebab kejang demam akibat tonsilifaringitis. Tidak adanya kaku kuduk, rangsang meningeal, refleks patologis menunjukkan penyebab kejang demam pada pasien tidak disebabkan oleh proses intrakranial walaupun hal ini harus dipastikan lebih lanjut dengan pemeriksaan pungsi lumbal.
Pasien masuk keruangan bangsal dalam keadaan tidak kejang lagi, sehingga diberikan obat anti kejang rumatan fenobarbital 50 mg IM dilanjutkan fenobarbital dengan dosis 8-10 mg/kgbb/2 dosis. Pada pasien tidak diberikan dicurigai penyebab demamnya adalah infeksi pada tonsil dan faring oleh virus, dan berdasarkan sistem skor centor tidak perlu diberiakan antibiotik sehingga untuk mengatasi demamnya hanya diberikan obat penurun panas berupa parasetamol.