Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ISPA infeksi saluran pernapasan akut ISPA penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang Negara berkembang Streptococus pneumonia, Haemophilus Influenzae Negara maju virus
DEFINISI
ISPA infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung ( saluran atas 0 hingga alveoli ( saluran bawah ) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
EPIDEMIOLOGI
ISPA penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang Negara berkembang Streptococus pneumonia, Haemophilus Influenzae Negara maju virus
KLASIFIKASI
< 2 bln : pneumonia berat bukan pneumonia 2 BLN- 5 TH : pneumonia berat pneumonia bukan pneumonia
Etiologi
Bakteri streptococus, staphylococus, pneumococus, bordetella, corinebacterium Virus Miksovirus, adenovirus, coranavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpes virus Pungsi paru adalah kontraindikasi untuk penelitian.
FAKTOR RESIKO
Faktor Resiko Peningkatan INSIDEN PNEUMONIA : Umur < 2 bln Laki-laki Gizi kurang BBLR ASI tidak memadai Kepadatan tempat tinggal Imunisasi tidak memadai Membendung anak ( menyelimuti berlebihan ) Defisiensi vit A Pemberian makanan tambahan terlalu dini
Faktor Resiko Peningkatan Angka Kematian: Umur < 2bln Tingkat sosial ekonomi lemah Kurang gizi Tingkat pendidikan ibu rendah Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan rendah Kepadatan tempat tinggal Imunisasi yang tidak memadai Menderita penyakit kronis Aspek kepercayaan setempat
PENATALAKSANAAN
OKSIGEN Indikasi : a. Persediaan oksigen sangat terbatas - sianosis sentral - anak tidak dapat minum b. Jika persediaan oksigen memadai - gelisah -penarikan dinding dada yang hebat -pada bayi muda usia < 2 bln -usia anak 2 bln-5th : frek napas 70 x permenit Dosis : < 2 bln 0,5 l / menit 2 bln 1 l / menit
BRONKODILATOR Bronkodilator kerja cepat respon 15 Gawat nafas menetap ULANG Setelah pemakaian bronkodilator keluhan menetap RS
BRONKODILATOR
SALBUTAMOL a. Salbutamol dgn nebulizer Do : anak usia < 5 th salbutamol cair 0,5 ml. b. Salbutamol dengan inhaler dosis terukur c. Salbutamol oral Menurut berat badan dan usia anak 3 x sehari Usia 2 11 bln ( BB < 10 kg ) tablet 2 mg tablet 4 mg Usia 1-4 tahun ( BB 10-19 kg) tablet 2 mg 1 tablet 4 mg 1/2
EPINEFRINE / ADRENALIN Diencerkan dgn perbandingan 1 : 1000 ( 1mg/ml = 0,1 % larutan ) Anak dengan asma : 0,01 mg/kg subkutan, ulangi setelah 2 menit Hindari penggunaan pada bayi
AMINOFILIN Pemberian secara IV Resiko berbahaya pelan-pelan Gx : anak mulai muntah,nyeri kepala, takikardi > 180 x/menit, kejang STOP DO : 7 mg / kg BB diikuti do rumatan 5mg/kg BB tiap 6 jam Aminofilin 250 mg dalam ampul 10 ml ( 25 mg/ml) : a. Dosis awal 0,3 ml/kgBB secara IV b. Setiap 6 jam diberikan 0,2 ml/kgBB
DEMAM Peningkatan sedang suhu tubuh dapat memperbaiki pertahanan tubuh terhadap infeksi Demam tinggi meningkatkan pemakaian O2, mempengaruhi makan, kejang Terapi antipiretik Paracetamol jika t aksila > 39C ( 102 F) Bayi muda : 10-15 mg / kgBB per oral tiap 6 jam
PNEUMONIA
Suatu infeksi mengenai parenkim paru Epidemiologi : Riwayat bepergian Paparan dengan binatang peliharaan, belakang,status perokok,profesi.
latar
Etiologi
Bakteri Pneumokokus, Streptokokus, Staphylokokus,Haemophylus influenzae, Klebsiella, Micobacterium tuberculosis, Mikoplasma Pneumonia 2. Virus RSV, virus Adeno, Virus Parainfluenza, Virus Influenza 3. Jamur / Fungi Kandida, Histoplasma, koksidioides 4. Protozoa Pneumokistis karinii 5. Bahan Kimia Aspirasi makanan / susu / isi lambung Keracunan hidrokarbon
1.
Dasar Diagnosis
Tergantung umur, beratnya penyakit, jenis organisme penyebab Parameter : nafas cepat, retraksi/tarikan dinding dada bagian bawah. Kriteria nafas cepat : - Umur < 2bln : 60 x /menit - 2bln - < 12 bln 50 x / menit - 12 bln 5 thn 40 x / menit
1.
2. 3. 4. 5.
3 kriteria dari 5 gejala / tanda : Sesak napas disertai pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada Panas badan Ronchi basah pada bronchopneumonia atau pernafasan bronchial Foto thorax Leukositosis
KLASIFIKASI
Anatomis : Pneumonia lobaris Pneumonia alveolaris Pneumonia interstitial Berdasar berat ringannya penyakit : Pneumonia ringan Pneumonia sedang-berat Pneumonia sangat berat
Lokasi
Pneumonia yang didapat di masyarakat ialah pneumonia yang didapat di masyarakat dimulai diluar rumah sakit atau didiagnosis pada 48 jam setelah masuk rumah sakitb pada pasien yang tidak sedang menerima fasilitas perawatan lama yaitu 14 hr atau lebih sebelum muncul onset gejala
Patogenesis
Aspirasi dari sekret oropharing yang mengandung bakteri dan inhalasi dari aerosol yang terinfeksi Mekanisme pertahanan paru
PENATALAKSANAAN
ANTIBIOTIK :
Didapat
di
Pneumonia Nosokomial pneumonia yang muncul pada lebih dari 48 jam setelah pasien MRS. Pneumonia akibat penggunaan ventilator didapat oleh pasien setelah 48 jam intubasi. Kasus terbesar : Pasien tidak berada di ICU Resiko tinggi : pasien berada di ICU dan menggunakan ventilator
Patogenesis
Kolonisasi bakteri di faring : - faktor eksogen : alat-alat jalan nafas atas ( NGT, ETT), kontaminasi tangan kotor, peralatan - faktor dari pasien : malnutrisi, usia lanjut, perubahan kesadaran, penyakit paru, sistemik Aspirasi sekret yang terinfeksi ke saluran nafas bawah Rusaknya mekanisme pertahanan paru
Intubasi trakea obstruksi mekanik pada trakea, kerusakan pada mukkosiliari, trauma Lekatan kuat dari bakteri Pseudomonas pada epitel trakea Organisme penyebab Pseudomonas aeroginosa, Staphylococcus aureus, Enterobacter, Klebsiella Pneumonia, Escherichia coli
Demam Leukositosis Sputum purulen Infiltrasi baru pada paru yang progresif pada foto dada
Penatalaksanaan
Antibiotik : Cefotaksim 100 mg/ kg BB , do 2x Amikasin 10-15 mg/kg BB, do 2x
Pneumonia Virus : respiratory syncytial virus (RSV), parainfluenza, influenza, adenovirus. Serangan puncak pneumonia adalah usia 2-3 tahun dan menurununtuk usia selanjutnya.
Manifestasi klinis
Khas : rhinitis dan batuk Demam t lebih rendah dari pneumonia bakterial Takipneu dengan retraksi intercostal, subcostal, suprasternal Sianosis dan kelelahan Auskultasi : rhonchi dan wheezing Sulit dibedakan dengan pneumonia bakterial
Diagnosis
Foto dada : - infiltrasi difus - infiltrasi lobus - hiperinflasi umum Pemeriksaan laboratorium - leukositosis meningkat pelan ( < 20.000/mm)
- ESR atau C-Reactive protein normal / meningkat pelan
Penatalaksanaan
Antibiotik gagal virus penyebab Terapi supportif Bila RSV : ribavirin Virus influenza A : amantadine/rimantadine peroral ribavirin, amantadine, rimantadine aerosol
PROGNOSIS
Pneumonia virus sembuh, tidak ada sekuel Adenovirus tipe 1,3,4,7 pneumonia fulminan yang berhubungan dengan bronkiolitis obliterans
Pneumonia bakterial
MANIFESTASI KLINIK Onset akut : demam tinggi disertai menggigil Batuk dan nyeri dada DIAGNOSIS Pemeriksaan mikrobilogi Iritasi diafragmatikanyeri teralih ke kuadran perut kanan bawah
Pemeriksaan Laboratorium Sel darah putih 15.000-40.000/mm3 Hb normal atau menurun perlahan Sampel darah hipoksemia tanpa hiperkapnea Isolasi sekret nasofaring Isolasi bakteri dari darah Bakterimia
penatalaksanaan
Penicillin G 100.000 unit/kg/hari Cephalosporin generasi 3 - cefotaxime 150 mg/kgbb/hr - ceftriaxone 75 mg/kgbb/hr Vancomycin 40 mg/kgbb/hr jika resisten MRS untuk perawatan lebih baik PROGNOSIS kematian pada bayi 20-50%
Pneumonia stafilococus
bronkopneumonia + area nekrosis dan perdarahan serta terdapat area dengan kavitas Pleura -> dilapisi permukaan fibrinopurulen tipis Abses stafilokokus, lekosit, eritrosit, debris nekrotik
MANFES Demam tinggi Batuk Penekanan nafas Takipnea Retraksi sternal Sianosis Tdk sadar Anoreksia, diare, distensi PROGRESIF
LAB
Lekositosis Anemia Kultur dari aspirasi trakea Kultur darah + staphylokokus Cairan pleura eksudat dgn PMN 300-100.000/mm3 Protein < 2,5 gr/dL Konsentrasi gula rendah
PENATALAKSANAAN Antibiotik Oksigen Posisi semireclining sianosis dan tdk sadar Semisintetik Penicillin iv nafcillin 200 mg / kgbb/ hr
Haemophylus Influenza tipe b Manfes : demam, takipnea dgn retraksi, batuk tidak produktif. Leukositosis Isolasi darh, cairan pleura, aspirasi paru Penatalaksanaan :
RADIOLOGI UMUM
Infiltrat ringan sampai bercak merata pada kedua lapangan paru, sarang infiltrat berkonsolidasi bayangan masif / padat
PEMANTAUAN
1.
2.
3. 4. 5.
KEADAAN UMUM KEMUNGKINAN GAGAL NAFAS INTAKE MAKANAN ELEKTROLIT RADIOLOGI ULANGAN I MGG KEMUDIAN