You are on page 1of 19

KDRT

Definisi KDRT
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orangtua, atau pasangan.

KDRT dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:


Kekerasan fisik, penggunaan kekuatan fisik; Kekerasan seksual, Setiap aktivitas seksual yang dipaksakan; Kekerasan emosional, Tindakan yang mencakup ancaman, kritik dan menjatuhkan yang terjadi terus menerus; Mengendalikan untuk memperoleh uang dan menggunakannya.

Bentuk KDRT

Kekerasan Fisik
memukul, menendang, dan lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh korban hingga menyebabkan kematian

Kekerasan Psikis
menghina, berkata kasar dan kotor yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya

Kekerasan Seksual
memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual pasangan

Kekerasan Ekonomi
membatasi pasangan untuk bekerja di dalam atau di luar rumah membiarkan pasangan yang bekerja untuk dieksploitasi tidak memberikan gajinya pada pasangan tidak mengijinkan pasangan untuk meningkatkan karirnya

Faktor Penyebab KDRT

Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masya-rakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut: Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran

Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.


Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.

Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan. Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi. Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak. Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior. Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya Masalah budaya masyarakat yang patriarkis dimana laki laki mendominasi perempuan Faktor Domestik adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui oleh orang lain

Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban

Kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat

Dampak KDRT
Sakit fisik Tekanan mental Menurunnya rasa percaya diri dan harga diri Depresi, dan keinginan untuk bunuh diri Berdampak pada anak

Gejala Kekerasan Terhadap Istri


Cemas Penuh rasa takut Sedih Putus asa Sulit tidur Nyeri tidak jelas Merusak Kondisi psikologis

Angka Kejadian KDRT

Komnas perempuan pada tahun 2001 melakukan survei pada 14 daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kaum perempuan paling banyak mengalami kekerasan dan penganiayaan oleh orang-orang terdekatnya serta tindak perkosaan di lingkungan komunitasnya sendiri. Sekitar 24 juta perempuan dari 217 juta penduduk Indonesia terutama di pedesaan mengakui pernah mengalami kekerasan dan yang terbesar adalah KDRT. Selain daripada itu terdapat 60% kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orangtua mereka (Seto Mulyadi, Komnas Anak).

Sementara hasil survei Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada 2011 disebutkan ada sekitar 119.107 kasus kekerasan terjadi pada perempuan. Jumlah ini didapat dari 395 kembaga layanan perempuan korban kekerasan di 33 provinsi di Indonesia. Kekerasan seksual, merupakan bentuk kekerasan paling mencuat dalam catatan Komnas Perempuan selama 2011

Dalam ranah domestik, kasus kekerasan terbanyak terjadi dalam rumah tangga, yaitu mencapai 113. 878 kasus, yang 110. 468 kasus di antaranya kekerasan terhadap istri. Sementara kekerasan lainnya terjadi dalam hubungan pacaran sebanyak 1.405 kasus.

Jumlah korban tertinggi pada 2011 terjadi di daerah Jawa Tengah, yang mencapai angka 25.628 korban

Wilayah Jawa Timur menempati urutan kedua korban kekerasan dengan jumlah perempuan korban kekerasan 24.555
Kemudian diikuti wilayah Jawa Barat 17.720,

DKI mencapai angka 11.289.

Selain kekerasan dalam rumah tangga, Komnas Perempuan juga mencatat, kekerasan dialami wanita bermacam-macam, di antaranya kekerasan kejiwaan, yang mencapai 103. 691 kasus kekerasan ekonomi sebanyak 3.222 kekerasan fisik sebanyak 2.790 kekerasan seksual sebanyak 1.398 kasus.

You might also like