You are on page 1of 100

Preseptor : dr. Gandhi Zaihan, Sp. A, MARS Co-ass FK-UMP : Dwi Akbarini, S. Ked No.

Hp 085366717098/ 08981002460
1

Materi yang dibahas dalam bab ini Bercak Mongol Miliariasis : Hemangioma Diare
Ikterus Obstipasi

Muntah
Gumoh Oral trush Diaper rash Seborrhe Furunkel

Infeksi, dan
Sindroma bayi meninggal

mendadak

A. Bercak Mongol
3

Bercak Mongol
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian sakral, walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, terkadang juga terjadi pada anak-anak dengan orang tua Mediterania (Mayes Midwifery Textbook).

Etiologi
Warna khas dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang terhambat selama proses migrasi dari kristta neuralis ke epidermis. Bercak ini akan hilang dengan sendirinya pada tahun pertama dan kedua kehidupannya.

Tanda dan Gejala


Tanda lahir berwarna cokelat tua, abu-abu batu, atau biru kehitaman. Biasanya bercak mongol ini terlihat sebagai : 1. Luka seperti pewarnaan 2. Daerah pigmentasi dengan tekstur kulit yang normal 3. Area datar dengan bentuk yang tidak teratur 4. Bercak yang biasanya akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun, dan 5. Tidak ada komplikasi yang ditimbulkan.
6

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan dalam hal ini adalah dengan memberikan konseling pada orangb tua bayi. Bidan menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan bintik mongol, menjelaskan bahwa bintik mongol ini akan menghilang dalam hitungan bulan atau tahun dan tidak berbahaya serta tidak memerlukan penanganan khusus sehingga orang tua bayi tidak merasa cemas.
7

B. HEMANGIOMA
8

Hemangioma
Definisi
Adalah suatu tumor jaringan lunak atau tumor vaskular jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
9

Pembagian
1. Nevus Flammeus Daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas, ukurannya tidak bertambah, berwarna merah ungu, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. 2. Nevus Vaskulosus Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit yang tumbuh beberapa bulan setelah lahir kemudian mengerut dan menghilang sendirinya.
10

Penatalaksanaan
Berikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada bayi baru lahir, sehingga orang tua tidak perlu khawatir dalam menghadapi kejadian ini.

11

C. Ikterus
12

Ikterus
Definisi Adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia. Ikterus merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, sebanyak 25-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat lahir rendah.
13

14

Pembagian
1. Fisiologis Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga berpotensi menjadi kern ikterus.

15

Tanda-tanda ikterus fisiologis : a. Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir b. Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg % pada neonatus kurang bulan c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari. d. Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg% e. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaaan patologis.
16

2. Patologis Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.

17

Tanda-tanda dan gejala ikterus patologis : 1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama 2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan 3. Peningkatan bilirubin melebihi 5 mg% per hari 4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama 5. Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg% 6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik
18

Etiologi

1. Prahepatik (ikterus hemolitik) 2. Pascahepatik (obstruktif) 3. Hepatoseluler (Ikterus hepatik)

19

Gambaran Klinis

Gambaran klinis paling nyata terlihat ada pada perubahan warna kulit dan sklera yang menjadi kuning

20

Derajat ikterus

Daerah ikterus Kepala dan leher Sampai badan atas (di atas umbilikus)

Perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg% 9,0 mg%

I II

III

Sampai badan bawah (di bawah umbilikus) hingga tungkai atas (di 11,4 mg/dl atas lutut)
Sampai lengan, tungkai bawah lutut Sampai telapak tangan dan kaki

IV V

12,4 mg/dl 16,0 mg/dl


21

Penatalaksanaan dibagi berdasarkan :

Ikterus Fisiologis Hiperbilirubinemia sedang


Hiperbilirubinemia berat

22

1. Ikterus Fisiologis a. Lakukan perawatan seperti bayi baru lahir normal lainnya b. Lakukan perawatan bayi sehari-hari seperti : memandikan - melakukan perawatan tali pusat - membersihkan jalan nafas - menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit
23

c. Ajarkan ibu cara : - memandikan bayi - melakukan perawatan tali pusat - menjaga agar bayi tidak hipotermi - menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi, kurang lebih 30 menit.

24

d. Jelaskan pentingnya hal-hal seperti : 1. Memberikan ASI sedini dan sesering mungkin 2. Menjemur bayi di bawah sinar matahari dengan kondisi telanjang selama 30 menit 3. Apabila ada tanda ikterus yg lebih parah, anjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke puskesmas 4. Anjurkan ibu untuk kontrol

25

2. Hiperbilirubinemia sedang a. Berikan ASI secara adekuat b. Lakukan pencegahan hipotermi c. Letakkan bayi ditempat yang cukup sinar d. Lakukan Pemeriksaan ulang 2 hari kemudian e. Anjurkan ibu dan keluarga untuk segera merujuk bayinya jika dalam keadaan bertambah parah

26

3.Hiperbilirubinemia berat a. Berikan Informed consent pada keluarga untuk segera merujuknya b. Selama persiapan merujuk, berikan ASI secara adekuat c. Lakukan pencegahan hipotermi d. Bila mungkin, ambil contoh darah ibu sebanyak 2,5 ml

27

Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak.

28

Exchange Tranfusi
Exchange Tranfusi
Indikasi :
Kadar bilirubin indirek

Fototerapi
Indikasi: Setiap saat bila kadar bilirubin indirek > 10 mg% Pra- exchange tranfusi Pasca exchange tranfusi Terdapat ikterus pada hari pertama yang disertai proses hemolisis

20 mg% Kenaikan kadar bilirubin indirek yg cepat yaitu 0,3-1 mg% per jam Anemia yang berat pd neonatus dengan gejala gagal jantung Bayi dengan kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji Combs direk positif

Fototerapi
Perawatan bayi dengan terapi sinar:
Jarak bayi dengan lampu 45 cm Bayi telanjang bulat Mata ditutup rapat dengan penutup mata yg tidak tembus

cahaya Posisi bayi diubah tiap 6 jam Pertahankan suhu tubuh sekitar 36 37C Hindari tjd dehidrasi, pantau berak dan prod. urin

D. MUNTAH
31

Definisi Muntah
Adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen.

32

1. Kelainan kongenital 2. Infeksi pada saluran pencernaan 3. Cara pemberian makan yang salah 4. Keracunan

Etiologi
33

Komplikasi
1. Dehidrasi atau alkalosis kehilangan cairan tubuh/elektrolit 2. Ketosis karena tidak makan dan minum 3. Asidosis yang disebabkan ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi syok sampai kejang 4. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, ruptur esofagus, aspirasi, yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat

34

Patofisiologi
Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, tekadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada mingguminggu pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medula oblongata. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intrakranial, atau toksin

35

Sifat-sifat muntah:
1. Keluar cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi esofagus 2. Muntah proyektil, hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pilorus (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak membuka)

36

3. Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan akibat obstruksi di bawah ampula vateri 4. Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan adanya tekanan intrakranial yang tinggi atau obstruksi pada usus.

37

Penatalaksanaan
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kaji faktor penyebab dan sifat muntah Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab Ciptakan suasana tenang Perlakukan bayi dengan baik dan hati Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah Berikan antiemetik jika terjadi reaksi simptomatis Rujuk segera
38

E. GUMOH
39

Definisi Gumoh
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk ke dalam lambung. Muntah susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusui.

40

Etiologi
Bayi sudah merasa kenyang Posisi salah saat menyusui

Posisi botol yang salah


Tergesa-gesa saat pemberian susu Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan

41

Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam keadaan terisi penuh. Sehingga terkadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar mulut melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot Tersebut seharusnya mendorong isi lambung kebawah.
42

Penatalaksanaan
Perbaiki teknik menyusui 2. Perhatikan posisi botol saat pemberian susu 3. Sendawakan bayi setelah menyusui 4. Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh puting susu ibu
1.

43

44

F. ORAL TRUSH
45

Oral Trush
Definisi adalah terinfeksinya membran mukosa mulut bayi oleh jamur Candidiasis yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan dan membentuk plak-plak berkeping di mulut, terjadi ulkus dangkal. Biasanya penderita akan menunjukkan gejala demam karena adanya iritasi gastrointestinal.

46

47

Etiologi
Oral trush terjadi karena adanya infeksi jamur ( candida albicans) yang merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina dan saluran cerna.

48

Tanda dan Gejala :


Yang sangat mudah terlihat pada pasien oral trush adalah lesi di mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah,kedua bibir, gusi, dan mukosa pipi.

49

Penatalaksanaan
Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi lebih baik jika diberikan pengobatan dengan cara berikut : 1. Bedakan oral trush dengan endapan susu pada mulut bayi 2. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu, maka ibu harus segera diobati dengan pemberian antibiotik berspektrum luas 3. Jaga kebersihan dengan baik, terutama kebersihan mulut 4. Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan dan minum susu dengan air matang yang juga bersih
50

5. Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, gunakan teknik steril dalam membersihkan botol susu. 6. Berikan terapi pada bayi
1 ml Nystatin 100.000 unit diberikan 4 kali sehari dengan interval 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut b. Gentian violet 3 kali
a.

51

G. DIAPER RASH
52

Diaper rash
Definisi
adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya kontak yang terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik.

53

Etiologi
1. Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi 2. Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAK dan BAB 3. Terlalu panas atau lembapnya udara/suhu lingkungan 4. Tingginya frekuensi BAB (diare) 5. Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastik dan deterjen
54

Tanda dan Gejala :


1. Iritasi pada kulit yang kontak langsung dengan alergen, sehingga muncul eritema. 2. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol seperti bokong, alat genital, perut bawah atau paha atas 3. Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papila eritematosa, vesikula dan ulserasi.

55

Penatalaksanaan
1. Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan tetap kering 2. Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk membersihkan kulit yang iritasi 3. Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK dan BAB

4. Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit/daerah yang iritasi

56

5. Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein dengan porsi cukup 6. Jaga kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan. 7. Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi

57

58

Sebhorrea
Definisi Adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang memiliki banyak kelenjar sebaseanya, biasanya didaerah kepala.

59

Etiologi
Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun, beberapa ahli menyatakan ada beberapa faktor sebagai berikut: Faktor hereditas Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori Asupan minuman beralkohol Adanya gangguan emosi

60

Penatalaksanaan
Penyembuhan dapat dilakukan dengan obat-obat topikal, seperti : 1. Shampo yang tidak berbusa (keramasilah kepala bayi sebanyak 2-3 kali per minggu ) 2. Krim selenium sulfida/ Hg presipitatus albus 2gr%.

61

I. FURUNKEL

62

Furunkel
Definisi
Adalah peradangan pada folikel rambut, kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila, badan dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis.

63

Etiologi
Iritasi pada kulit 2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga 3. Daya tahan tubuh yang rendah 4. Infeksi oleh Staphylococcus aureus.
1.

64

Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel di kulit menyebar di daerah sekitarnya terbentuk pustula yang merupakan pus yang dekat sekali dengan kulit menyebabkan kulit diatasnya sangat tipis membuat pus di dalam dapat mudah mengalir keluar.

65

J. Miliariasis
66

Miliariasis
Definisi
Miliariasis disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet, atau prickle heat. Miliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.

67

Etiologi
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembap serta adanya infeksi bakteri.

68

Patofisiologi
Terjadinya miliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran ini ditandai dengan adanya visikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan udema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorpsi oleh stratum korneum.

69

Pembagian serta tanda dan gejala : 1. Miliaria Kristalina -Lesi berupa vesikel yang sangat superfisial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm. 2. Miliaria rubra -Berupa papul vesikel dan eritema disekitarnya. Biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam dan daerah sekitarnya. 3. Milaria Fustulosa
70

Penatalaksanaan
1.

2. 3.

4. 5. 6.

Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul Jaga kebersihan tubuh bayi Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, Gunakan pakaian menyerap keringat dan tidak terlalu sempit Segera ganti pakaian yang basah dan kotor Pada miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol 0,5-2 % yang bersifat mendinginkan ruam.
71

K. DIARE
72

Diare
Definisi Adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.

73

Etiologi :
Infeksi Malabsorbsi Makanan Psikologis

74

Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah : 1. Gangguan Osmotik 2. Gangguan Sekresi 3. Gangguan Motilitas usus

75

Patogenesis Diare Akut


Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung 2. Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplakasi) di dalam usus halus. 3. Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik) 4. Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare
1.
76

Cengeng, rewel Gelisah Suhu meningkat Nafsu makan menurun Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam. 6. Anus lecet 7. Dehidrasi 8. Berat badan menurun 9. Turgor kulit menurun 10. Mata dan ubun-ubun cekung 11. Selaput lendir dan mulut kulit menjadi kering
1. 2. 3. 4. 5.

77

Komplikasi
1. Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit 2. Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume

3.

4. 5. 6. 7.

darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah Hipokalemia dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada pemeriksaan EKS Hipoglikemia Intoleransi Laktosa sekunder Kejang Malnutri energi protein
78

Penatalaksanaan 1. Pemberian Cairan 2. Diatetik 3. Obat-obatan 4. Oralit 5. Teruskan pemberian Asi

79

L. Obstipasi
80

Obstipasi
Definisi Adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih.

81

Etiologi
1. 2. 3. 4. 5. 6.

Kebiasaan Makan Hipotiroidisme Keadaan-keadaan mental Penyakit organik Kelainan Kongenital Penyebab lain

82

Tanda dan Gejala 1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jsm pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih 2. Sakit dan kejang pada perut 3. Pada pemeriksaan rektal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot 4. Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rektum 5. Bising usus yang janggal 6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala 7. Terdapat luka pada anus
83

Patofisologi dan Patogenesis


Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut : 1. Asupan cairan yang adekuat 2. Kegiatan fisik dan mental 3. Jumlah asupan makanan berserat

84

Pembagian

Obstipasi akut

Obstipasi kronik

85

Komplikasi
1. 2. 3. 4. 5.

Perdarahan Ulserasi Obstruksi parsial Diare intermitten Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses defekasi.

86

Manajemen Terapi
1. Penilaian asupan makanan dan cairan 2. Penilaian dari kebiasaan usus 3. Penilaian penampakan stress emosional pada anak yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi.

87

Penatalaksanaan
1. Mencari penyebab obstipasi 2. Menegakkan kembali kebiasaan

defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis. 3. Pengosongan rektum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun dan laksatif.

88

M. Infeksi Perinatal
89

Infeksi Perinatal
Definisi Adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal.

90

Etiologi
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperi Escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus

91

Tanda dan Gejala


Bayi malas minum Gelisah dan mungkin juga terjadi letargi Frekuensi pernapasan meningkat Berat badan menurun Pergerakan kurang Muntah Diare Sklerema dan udema Perdarahan, ikterus dan kejang Suhu tubuh dapat normal, hipotermi dan hipertermi
92

Penatalaksanaan
1. 2.

3.
4.

5.
6.

Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan Apabila ada diare, perhatikan personal higiene dan keadaan lingkungan Rujuk segera ke rumah sakit.
93

N. Sindroma Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome- SIDS)

94

Sindroma Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome- SIDS)


Definisi Sindrom kematian mati mendadak terjadi pada bayi yang sehat, saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, insiden puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.
95

Etiologi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Ibu yang masih remaja Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal Bayi yang mengalami displasi bronkopulmoner Bayi Prematur Gemeli (bayi kembar) Bayi dengan sibling Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkotika Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur telungkup Bayi dengan virus pernapasan Bayi dengan infeksi botulinum Bayi dengan apnea yang berkepanjangan Bayi dengan gangguan pola napas herediter Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
96

Penatalaksanaan
Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling 2. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang tua untuk mengungkapkan rasa duka 3. Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengajukan pertanyaan
1.

97

4. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar 5. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut 6. Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.

98

DAFTAR PUSTAKA
Bobak dan L.Jensen. 2005. Buku Ajar Perawatan. Jakarta: EGC. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2005. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat di Rumah Sakit. Jakarta: IDAI UKK Perinatologi MHN-JHPIEGO. Doenges dan Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta: EGC. Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Halen, Varney, 2004. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekeloa Publisher. Hamilton, P. M. 1995. Dasar-dasarKeperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Handerson, Christine dan Susan MacDonald. 2004. Mayes Midwifery Textbook. 13th Edition. London: Bailliere Tindall. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Hilton, Mary. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6. Jakarta: EGC. Ibrahim, Kristiana S. 1984. Perawatan Kebidanan Jilid II. Bandung: Bhratara. Jhonson, Ruth dan Wendy Taylor. 2000. Skill for midwifery Practice. London: Churchill Living Stone.
99

Terima Kasih

100

You might also like