You are on page 1of 55

LAPORAN KASUS EPILEPSI

IDENTITAS PASIEN Nama : An. VRH Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 10 Bulan Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 2013 Agama : Islam Alamat :

IDENTITAS

IDENTITAS ORANGTUA AYAH Nama : Tn. M Pekerjaan : Ojek Pendidikan : SMP Suku bangsa : betawi Agama : Islam Penghasilan : Rp. 50.000/hari

IBU Nama Pekerjaan Pendidikan Suku bangsa Agama

: Ny.E : Ibu rumah tangga : SMA : Jawa : Islam

ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. E yang merupakan ibu kandung pasien. Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 615 Tanggal / pukul : 25 Maret 2014 / 12.30 WIB Tanggal masuk : 25 Maret 2014, pukul 10.00, IGD RSUD Budhi Asih
Keluhan Utama : Kejang sejak 6 jam sebelum masuk RS Keluhan Tambahan : Demam, pilek

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


An. V, usia 10 bulan , datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan keluhan kejang sejak + 6 jam sebelum masuk RS, kejang sebanyak 8x dengan durasi kurang dari 1 menit dan dengan jarak 10 menit sekali, kejang ini merupakan kejang pertama os. Saat kejang os dalam keadaan demam, demam tidak tinggi, Sebelum kejang os sedang disusui ibunya (ASI), ketika kejang kedua tangan kaku, kedua mata mendelik keatas, mulut tidak berbusa, dan setelah kejang os tertidur, terkadang disertai mengompol. Di UGD kejang terjadi 2x walaupun sudah tidak demam. Os pilek dengan sekret bening cair sejak + 2 hari sebelum masuk RS. Os sering menderita batuk dan pilek berulang, Tidak ada mual, muntah, diare, sesak, kelemahan anggota gerak,dan penurunan kesadaran sebelumnya. Buang air besar dan kecil baik, os sering terjatuh kebelakang dengan posisi terlentang ketika sudah mulai bisa duduk, terjatuh sering sekali lebih dari + 10x

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


Penyakit Alergi Umur (-) Penyakit Otitis Umur (-) ( -) (-) (-) ( -) Penyakit Kecelakaan Umur (-) (-) (-) (-) (-)

Rhinitis Atopi
Dermatitis Atopi Cacingan Demam Berdarah Dengue Demam Tifoid

(7hari) Parotitis (-) (-) (-) Difteria Diare Kejang

Penyakit Jantung
Radang Paru TBC Asma Keluhan yang sama sebelumnya

(-)

Morbili

(-)

(-)

Kesimpulan: Pasien mempunyai riwayat rhinitis atopi, ketika terpapar debu os mengalami batuk pilek dan bintik-bintik pada kulit.

RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN


Morbiditas Kehamilan
KEHAMILAN

KELAHIRAN

Hipertensi (+), diabetes melitus (-), anemia (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), infeksi pada masa kehamilan (-), keputihan (-) Perawatan ANC ke Bidan 1 bulan sekali dan sudah mendapat Antenatal imunisasi vaksinasi TT sebanyak 2 kali pada usia kehamilan 6 bulan dan 8 bulan Tempat Persalinan Rumah Sakit Dokter Penolong Persalinan Cara Persalinan SC disebabkan PEB Masa Gestasi 39 minggu Berat lahir : 3500 gr Panjang lahir : 49 cm Lingkar kepala : tidak tahu Langsung menangis (+) Keadaan Bayi Merah (+) Kuning (-) Pucat (-) Nilai APGAR : tidak tahu Biru (-) Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan :Ditemukan penyulit pada masa kehamilan yaitu tekanan darah ibu tinggi dan menyebabkan persalinan dilakukan secara SC. Pasien lahir cukup bulan, dengan berat badan lahir normal.

RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I Gangguan perkembangan mental : Usia 9 bulan : Tidak ada (Normal: 5-9 bulan)

Psikomotor Tengkurap : Umur 3 bulan Duduk : Umur 5 bulan Berdiri : Umur 9 bulan Berjalan :Bicara :Membaca dan menulis : Perkembangan pubertas Rambut pubis :Payudara :Menarche :Kesimpulan

(Normal : 3-4 bulan) (Normal : 6-9 bulan) (Normal : 9-12 bulan) (Normal : 13 bulan) (Normal : 9-12 bulan)

: Riwayat perkembangan baik sesuai usia

RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan) 02 24 46 68 8 10 ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

ASI ASI ASI ASI ASI

+ (5bulan) + +

+ (5bulan) + +

Jenis Makanan Nasi / Pengganti Sayur Daging Telur Ikan

Frekuensi dan Jumlah 3 x / hari, 2-3 centong nasi 1 x / hari, 1 centong sayur 1 x / minggu, 1 potong 1 x / minggu, 1 butir 1 x / minggu, 1 ekor

Tahu
Tempe Susu

Kesimpulan : Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan serta zat gizi sehari hari baik.

RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin BCG DPT / PT Polio Campak Hepatitis B Dasar (Umur) 1 bulan X X 6 bulan 6 bulan X 6 bulan Ulangan (Umur) -

2 bulan 4 bulan 0 bulan 1 bulan 9 bulan X

0 bulan 1 bulan

Kesimpulan : Imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, pasien belum mendapatkan imunisasi ulangan.

RIWAYAT KELUARGA
Corak Reproduksi
No Tanggal lahir (umur) 3 Tahun Jenis kelamin Laki-laki Hidup Lahir Mati Abortus Mati Keterangan (sebab) Kesehatan Sehat, Riwayat kejang demam + Pasien

10 Bulan

Perempuan

Riwayat Pernikahan Nama Perkawinan Ke Umur Menikah Pendidikan Agama Suku Bangsa Keadaan Kesehatan Kosanguinitas Penyakit

Ayah Tn. M 1 25 tahun SMP Islam Jakarta Sehat -

Ibu Ny. E 1 19 tahun SMA Islam Jawa Sehat -

Riwayat Penyakit keluarga


Kakak kandung pasien pernah menderita kejang demam ketika usia 6 bulan, kejang hanya sekali dan sampai sekarang tidak pernah berulang. Ibu pasien alergi udang, gatal-gatal bila mengkonsumsi udang, Ayah dari Ibu pasien menderita darah tinggi. Kencing manis, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, penyakit ginjal, keganasan serta riwayat kejang lainnya dalam keluarga disangkal. Kesimpulan: Terdapat riwayat kejang, alergi dan hipertensi dalam keluarga pasien.

RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN


Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya beserta kakaknya di rumah milik orang tua pasien. Rumah terdiri dari 1 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tengah. Ventilasi kurang, sirkulasi tidak cukup baik dan pencahayaan cukup. Rumah terletak dipinggir kali, sumber air bersih dari air tanah. Air limbah rumah tangga disalurkan langsung ke kali dan pembuangan sampah dibuang ke kali. Keadaan lingkungan sekitar rumah padat, jarak antar 1 rumah ke rumah lainnya berdempetan, banyak yang merokok di lingkungan rumah dan banyak hewan peliharaan yang berkeliaran seperti ayam dan bebek. Di sekitar rumah banyak tetangga yang batuk-batuk dan beberapa riwayat batuk-batuk lama. Kesimpulan : Lingkungan perumahan kotor dan kumuh

PEMERIKSAAN FISIK
Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 615 Tanggal / pukul : 25 Maret 2014 / 13.00
Status Generalis Keadaan Umum Kesan sakit: Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Kesan gizi : Gizi kurang Keadaan lain: Pucat (-), sianosis (-), ikterik (-) Data Antropometri Berat badan Tinggi badan Status Gizi BB / U = 7 / 8,6 x 100 % = 81,39 % (Gizi baik) TB / U = 72/ 71 x 100 % = 101,41 % (Gizi baik) BB / TB = 7/9 x 100 % = 77,78 % (Gizi kurang)

: 7 kg : 72 cm

Tanda Vital Nadi : 130x/ menit Nafas : 22 x/ menit, Suhu : 36,9O C, KEPALA : normocephali RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut WAJAH : Wajah simetris, benjolan (-), ruam (-) MATA : Visus : kesan baik Ptosis : -/Sklera ikterik : -/Lagofthalmus : -/Konjungtiva anemis : -/Cekung : -/Exophthalmus : -/Bercak bitot : -/Endofthalmus : -/Kornea jernih : +/+ Strabismus : -/Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/Pupil : bulat, isokor Refleks cahaya : Langsung +/+ , tidak langsung +/+ Alis : Hitam, distribusi merata Bulu mata : Hitam, distribusi merata, madarosis (-/-), trikiasis (-/-)

TELINGA : Bentuk : Normotia Nyeri tarik aurikula : -/Liang telinga : Lapang/lapang Serumen : -/Sekret : -/-

Tuli Nyeri tekan tragus Membran timpani Refleks cahaya

: -/: -/: Sulit dinilai : Sulit dinilai

HIDUNG : Bentuk : Simetris Sekret : cair bening Mukosa hiperemis : -/-

Napas cuping hidung : -/Deviasi septum :-

BIBIR : Simetris, pucat (-), kering (-), sianosis (-), labioskizis (-) MULUT :Oral higiene baik, kering (-), gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi: merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), oral thrush (-), pakaloskizis (-) LIDAH : Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi papil (-), tremor (-), TENGGOROKAN :Arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-/-), kripta melebar (-/-), detritus (-/-), faring hiperemis (-), PND (-) LEHER :Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di tengah

THORAKS : Inspeksi: Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas (-), efloresensi (-), retraksi suprastrenal (-), retraksi intercostals (-) JANTUNG Inspeksi Palpasi Perkusi : Ictus cordis terlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Auskultasi PARU Inspeksi

: Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, retraksi suprastrenal (-), retraksi intercostals (-), retraksi epigastrium (-), retraksi subcostal (-), tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri, Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks paru Batas paru lambung : ICS VII linea axilarris anterior Batas paru hepar : ICS VI linea midklavikularis dextra Auskultasi : Suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-

ABDOMEN : Inspeksi : Perut datar, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun benjolan, gerakan peristaltik (-) Palpasi : Datar, supel, defans muscular (-), NT (-), organomegali (-), turgor baik, ballotemen (-/-) Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (-) Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 4 x / menit ANOGENITALIA : jenis kelamin perempuan, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-), benjolan (-) KELENJAR GETAH BENING : Preaurikuler Postaurikuler Submandibula Submental Superior cervical Posterior cervical Supraclavicula Axilla Inguinal : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar : Tidak teraba membesar

ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas Tangan Tonus otot Sendi Refleks fisiologis Biscep Tricep Refleks patologis Hoffman-Tromer akral hangat ++/++, oedeme --/-Kanan Kiri normotonus normotonus aktif aktif (+) (+)
(-)

(+) (+)
(-) Kiri normotonus aktif (+) (+) (+) (-) (-) (-)

Kaki Kanan Tonus otot normotonus Sendi aktif Refleks fisiologis Platella (+) Achiles (+) Refleks patologis Babinski (+) Schaeffer (-) Oppenheim (-) Gordon (-)

KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik, lembab, efloresensi (-), pengisian kapiler < 3 detik TULANG BELAKANG : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), spina bifida (-), tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-), rambut (-) TANDA RANGSANG MENINGEAL : Kaku kuduk (-) Brudzinski I (-) Brudzinski II (-) Laseq (-) Kerniq (-)

(-) (-) (-) (-)

Laboratorium Darah (Tanggal 25 Maret 2014)


Hematologi Hemoglobin Hematokrit Leukosit Eritrosit Trombosit LED MCV MCH MCHC RDW Hitung Jenis :

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil 8,5 g/ dL 27 % 18,3 ribu/uL 3,5 juta/uL 303 ribu/uL 50 mm/jam 76 fL 23,9 pg 31,6 g/dL 15,3 % Nilai Normal 10,5-12,9 35-43 6-17,5 3,6-5,2 229-553 0-10 74-102 23-31 28-32 <14

Basofil
Eosinofil Netrofil Batang Netrofil Segmen Limfosit

0%
0% 1% 80 % 16 %

0-1
1-5 0-8 17-60 20-70

RESUME An, V, usia 10 bulan , datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan keluhan kejang sejak + 6 jam sebelum masuk RS, kejang sebanyak 8x dengan durasi kurang dari 1 menit dan jarak 10 menit sekali, Os belum pernah kejang sebelumnya. Saat kejang os dalam keadaan demam, demam tidak tinggi Sebelum kejang os sedang disusui ibunya (ASI), ketika kejang kedua tangan kaku, kedua mata mendelik keatas, setelah kejang os tertidur dan terkadang mengompol. Di UGD kejang 2x,tidak demam. Os pilek dengan sekret bening cair sejak + 2 hari sebelum masuk RS. Os sering terjatuh kebelakang dengan posisi terlentang lebih dari + 10x ketika sudah mulai bisa duduk.Os tinggal dilingkungan kumuh dan disekitarnya banyak orang yang batuk-batuk lama, Kakak kandung Os pernah kejang demam 1x ketika usia 6 bulan. Os lahir secara SC dikarenakan ibu menderita PEB. Pada pemeriksaan fisik didapatkan; CM/TSS, Nadi: 130x/ menit, Nafas: 22 x/ menit, Suhu: 36,9O C, Sekret hidung cair bening. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: hemoglobin dan hematokrit menurun, leukosit meningkat, LED meningkat.

DIAGNOSIS BANDING 1.Kejang Demam Kompleks 2.Epilepsi 3.Meningitis DIAGNOSIS KERJA 1. Kejang Demam Kompleks

PEMERIKSAAN ANJURAN

Elektrolit, GDS Urinalisa, Feses lengkap CT Scan EEG LP

PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa 1.Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien. 2.Tirah baring 3.Observasi tanda tanda vital 4.Kompres air hangat bila perlu 5.Menjaga agar lidah tidak tergigit dengan memasang spatel kayu diantara rahang atas dan bawah pada saat kejang

Medikamentosa
UGD IVFD KaEn1B 3cc/kgBB/jam O2 2lt/menit Paracetamol 70 mg (jika suhu >38C) Stesolid Supp 5mg Lantai 6 Timur IVFD KaEn1B 3cc/kgBB/jam Inj. Ampicilin 4 x 175mg Paracetamol 70mg jika suhu >38oC Diazepam 0,7mg jika suhu > 38,5oC Jika Kejang lagi fenitoin 140mg dalam NaCl 100cc dalam 30 menit

PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad malam Ad Fungtionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal S 26/3/14 - Demam (-) - Muntah (-) - Kejang pagi ini 3x Pk. 05.00, 08.10,10.00 O A KU : Tampak sakit Kejang demam sedang kompleks KS : Compos mentis dd/ Epilepsi Meningitis TV : N = 104 x/m, R = 0 36x/m, S = 37 C Kepala : Normosefali Mata : CA -/-, SI -/Hidung : NCH (-), sekret (-) Telinga : NT (-/-), sekret (-/-), serumen (/-) Mulut : kering (-) Leher : KGB ttm Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/- Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 4x/menit, SD (-), turgor baik, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat --/++, CRT < 3s
a. b. c. d. e.

f. g. h.

i. j.

P IVFD KaEn1B 3cc/kgBB/jam Inj. Ampicilin 4 x 350mg Paracetamol 70mg jika suhu >38oC Diazepam 0,7mg jika suhu > 38,5oC Jika kejang lagi Fenitoin 70mg drip dalam NaCl 50cc selama 30menit Inj. Gentamicin 1x35mg Konsul mata CT scan kepala dengan Kontras NGT ASI 6x30cc/NGT

Tanggal

27/3/14

- Demam (+) - Pilek (+) -Kejang 1x pk. 03.30


Jawaban konsul mata: Saat ini tidak didapatkan edema papil, funduskopi: dbn
SADT 26 Maret 2014 Kesan: Anemia Normositik Normokrom sesuai dengan anemia penyakit kronis Leukositosis

Lab 26/04/14 Fe = 18 TIBC = 198

KU : Tampak sakit sedang KS : Compos mentis TV : N = 80 x/m, R = 36x/m, S = 380C Kepala : Normosefali Mata : CA -/-, SI -/Hidung : NCH (-), sekret (-) Telinga : NT (-/-), sekret (-/-), serumen (/-) Mulut : kering (-) Leher : KGB ttm Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/- Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 4x/menit, SD (-), turgor baik, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 3s

1. Kejang demam a. IVFD KaEn1B kompleks 3cc/kgBB/jam 2. Anemia def. fe dd/ Epilepsi b. Inj. Ampicilin 4 x Meningitis 350mg c. Paracetamol 70mg jika
suhu >38oC d. Diazepam 0,7mg jika suhu > 38,5oC

e. Fenitoin 2x20mg dalam


NaCl 0,9 % 10cc f. Inj. Gentamicin 1x35mg

g. ASI 6x30cc/NGT

Tanggal
28/3/14

S
- Demam (-) Terakhir demam kemarin pagi - Pilek (+) - Kejang 1x pk. 04.30

1. Epilepsi KU : Tampak sakit a. IVFD KaEn1B sedang 2. Anemia def. fe 3cc/kgBB/jam KS : Compos mentis dd/ Kejang demam kompleks TV : N = 116 x/m, R b. Inj. Ampicilin 4 x 0 = 34x/m, S = 36,6 C 350mg Kepala : Normosefali Mata : CA -/-, SI -/c. Paracetamol 70mg jika Hidung : NCH (-), suhu >38oC sekret (-) CT SCAN: normal Telinga : NT (-/-), d. Diazepam 0,7mg jika sekret (-/-), serumen (suhu > 38,5oC Pemeriksaan /-) Mulut : kering (+) Tinja : e. Inj. Gentamicin Leher : KGB ttm Normal 1x35mg Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, f. Fenitoin 2x20mg rhonki -/-, wh -/dalam NaCl 0,9 % - Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) 10cc Abdomen : datar, BU g. Dekapene Syr (+) 4x/menit, SD (-), turgor baik, nyeri 2x0,7cc tekan (-) h. ASI 6x30cc/NGT Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 3s

CT SCAN Tanggal 27 Maret 2014

Kesan: Tidak tampak perdarahan, lesi iskemik, maupun massa intracranial.

Tanggal
29/3/14

S
- Demam (-) - Pilek (+) -Kejang pagi ini 1x pk. 03.30 dan semalam pk. 22.00 Lab (28/3/14) L: 6,1 Hb: 10.3 Ht: 32 Na/K/Cl/Ca: dbn

O
KU : Tampak sakit sedang KS : Compos mentis TV : N = 132 x/m, R = 36x/m, S = 36,6oC Kepala : Normosefali Mata : CA -/-, SI -/Hidung : NCH (-), sekret cair bening Telinga : NT (-/-), sekret (-/-), serumen (-/-) Mulut : kering (-) Leher : KGB ttm Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/- Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 4x/menit, SD (-), turgor baik, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 3s

A
1. Epilepsi 2. Anemia def. fe (dalam perbaikan)

P
a. IVFD KaEn1B 3cc/kgBB/jam b. Inj. Ampicilin 4 x 350mg c. Paracetamol 70mg jika suhu >38oC d. Diazepam 0,7mg jika suhu > 38,5oC e. Inj. Gentamicin 1x35mg f. Fenitoin 2x20mg dalam NaCl 0,9 % 10cc g. Dekapene Syr 2x1,5cc h. AFF NGT i. Makan bebas

Tanggal

01/4/14

- Demam (-) - Pilek (+) -Kejang (-), kejang terakhir minggu pagi (29/03/14)

1. Epilepsi KU : Tampak sakit Ringan 2. Anemia def. fe KS : Compos mentis (dalam perbaikan) TV : N = 124 x/m, R = 28x/m, S = 36oC Kepala : Normosefali Mata : CA -/-, SI -/Hidung : NCH (-), sekret cair bening Telinga : NT (-/-), sekret (-/-), serumen (/-) Mulut : kering (-) Leher : KGB ttm Thoraks : retraksi (-) -Pul : SN vesikuler, rhonki -/-, wh -/- Cor : BJ I-II reguler, m (-), g (-) Abdomen : datar, BU (+) 4x/menit, SD (-), turgor baik, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Akral hangat ++/++, CRT < 3s

a. Aff Infus
b. Paracetamol 70mg jika suhu >38oC c. Diazepam 0,7mg jika suhu > 38,5oC d. Depakene syr 2x1,5cc e. Boleh pulang

Analisa Kasus

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis saat masuk Kejang Demam karena: 1. Kejang terjadi ketika demam 2. Kejang pertama, jadi tidak pernah kejang sebelumnya tanpa demam 3. Usia antara 6 bulan-5 tahun 4. Terdapat riwayat kejang demam pada kakak kandungnya Termasuk jenis kejang demam kompleks karena: 1. Kejang fokal 2. Kejang berulang dalam 24 jam

Diagnosis banding: Epilepsi: dikarenakan kejang berulang namun tidak disertai demam. Meningitis: demam, terdapat riwayat sering batuk pilek, di sekitar tempat tinggal banyak warga yang batuk lama.
Pada pemeriksaan fisik : tidak didapatkan kelainan fisik dan neurologis Pada pemeriksaan penunjang Lab: Leukositosis dan LED meningkat menandakan terdapat infeksi Anemia, SI dan TIBC menurun dikarenakan kemungkinan intake yang kurang Urinalisa dan pemeriksaan feses lengkap normal, menandakan fokus infeksi kemungkinan tidak dari saluran kemih dan saluran pencernaan.

Demam kenaikan suhu 1C kenaikan metabolis me basal 10-15% kebutuhan oksigen sampai 20% rx oksidasi lebih cepat -> hipoksia Tranport aktif terganggu -> perubahan keseimbang an dari membran meluas keseluruh sel dan membran sel sekitar dengan bantuan neurotran smitter kejang

Na intrasel dan K ekstrasel

pelepasan muatan listrik yang besar

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu

Meningitis bisa disingkirkan karena pada pemeriksaan neurologis, kaku kuduk () dan hasil CT scan normal.
25/3/14
Kejang 10x dalam 24 jam. Kejang pertama saat demam. Kejang fokal

26/3/14

27/3/14

KDK

KDK

Kejang 3x Demam (-)

KDK

Kejang 1x Demam (+)

Diazepam supp Fenitoin 140mg drip dalam 100ml NaCl selama 30 menit

Diazepam 0,7mg jika s>38 Fenitoin 70mg drip dalam NaCl 50cc selama 30menit

Diazepam 0,7mg jika s>38 Fenitoin 2x20mg dalam NaCl 0,9 % 10cc

28/3/14
Kejang 2x Demam (-) Ctscan: normal Tinja normal

29/3/14

01/4/14

EPILEPSI

EPILEPSI

Kejang 1x Demam (-)

EPILEPSI

Kejang (-) Demam (-)

Diazepam 0,7mg jika s>38 Fenitoin 2x20mg dalam NaCl 0,9 % 10cc
Dekapen syr 2x0,7cc

Diazepam 0,7mg jika s>38 Fenitoin 2x20mg dalam NaCl 0,9 % 10cc
Dekapen syr 2x1,5cc

Diazepam 0,7mg jika suhu > 38,5oC Depaken syr 2x1

Diagnosis pada hari ke-4 perawatan menjadi epilepsi dikarenakan pasien kejang berulang tanpa demam, tidak ada kelainan elektrolit dan pada ct scan tidak ditemukan kelainan

EPILEPSI

Penyebab Kejang pada Anak


Kejang demam Infeksi Infeksi intrakranial: meningitis, ensefalitis Keracunan : alkohol, teofilin, kokain Gangguan metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, hipoksemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, gangguan asam basa, defisiensi piridoksin, gagal ginjal, gagal hati Gangguan metabolik bawaan Trauma kepala Penghentian obat anti epilepsi mendadak Lain-lain: ensefalopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intrakranial Idiopatik

DEFINISI
- Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala.

Terdapat beberapa elemen penting dari definisi epilepsi yaitu:1,2 a. Riwayat sedikitnya satu bangkitan epileptik sebelumnya b. Perubahan di otak yang meningkatkan kecenderungan terjadinya bangkitan selanjutnya c. Berhubungan dengan gangguan pada faktor neurobiologis, kognitif, psikologis, dan konsekuensi sosial yang ditimbulkan. Serangan epileptik adalah gejala yang timbul secara tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula. Serangan yang hanya bangkit sekali saja tidak boleh dianggap sebagai serangan epileptik, tetapi serangan yang timbul secara berkala pada waktu-waktu tertentu barulah dapat disebut serangan epileptik.2

Epidemiologi
Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang. Berdasarkan asumsi bahwa Indonesia termasuk negara yang sedang berkembang, maka kejadian epilepsi di Indonesia lebih tinggi daripada di negara maju/industri. Dari banyak studi menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi aktif 8,2 per 1.000 penduduk, sedangkan angka insidensi epilepsi mencapai 50 per 100.000 penduduk. Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah pasien epilepsi yang masih mengalami bangkitan atau membutuhkan pengobatan sekitar 1,8 juta. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, kemudian meningkat lagu pada kelompok usia lanjut.5

Patofisiologi EPILEPSI

Eksitasi

Seizure :
- menurunnya inhibisi - meningkatnya eksitasi

Inhibisi

MEKANISME INHIBISI

MEKANISME EKSITASI

Patofisiologi EPILEPSI
Generalized epilepsy with febrile seizure plus (SCNIB) Benign familial neonatal convulsion(KCNQ2,KCNQ 3) Autosomal dominant nocturnal frontal lobe epilepsy (CHRNA4) Mutasi kanal Na+
Mutasi kanal K+

GENETIK
DISFUNGSI KANAL ION

Mutasi AChR

Juvenile myoclonic E (CHRNA7)


Tuberous sclerosis(TSC1,TSC2) Neurofibromatosis(NF1) Periventricular nodular heterotopia (FLN1) Hamartin of tuberin Neurofibromin Filamin

PERTUMBUHAN ABNORMAL

Patofisiologi EPILEPSI

NON GENETIK
Malformasi vascular
Tumor otak

Trauma mekanik Struktur abnormal

E P

I
L

Parasit kronik

E P

Meningitis Ensefalitis Asfiksia lahir CVA

Infeksi

S I

Hipoksemi-iskemi

KLASIFIKASI EPILEPSI INTERNASIONAL


I. EPILEPSI UMUM/GENERAL

a. Absence : 1. Typical ( Petit Mal ) 2. Atypical b. Tonik dan atau Klonik : 1. Tonik-Klonik (Grand Mal ) 2. Tonik 3. Klonik 4. Atonik (Astatik) 5. Akinetik c. Miklonik : 1. Infantil Spasme 2. Juvenile Myoclonic

II. EPILEPSI PARSIAL (FOKAL)


A. Bangkitan Parsial Sederhana (tanpa gangguan kesadaran) 1. Dengan gejala motorik 2. Dengan gejala sensorik 3. Dengan gejala otonomik 4. Dengan gejala psikik B. Bangkitan Parsial Kompleks (dengan gangguan kesadaran) 1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran a. Bangkitan parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran b. Dengan automatisme 2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan a. Dengan gangguan kesadaran saja b. Dengan automatisme C. Bangkitan Umum Sekunder (tonik-klonik, tonik atau klonik ) 1. Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi bangkitan umum 2. Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum 3. Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial 4. kompleks, dan berkembang menjadi bangkitan umum III. TIDAK TERKLASIFIKASIKAN

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG) Pemeriksaan pencitraan otak Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah, meliputi hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit dan apusan darah tepi, elektrolit, kadar gula, fungsi hati, fungsi ginjal. Pemeriksaan cairan serebrospinal, bila dicurigai adanya infeksi SSP

TATALAKSANA
1. Terapi kausal Terapi kausal dapat dilakukan pada epilepsi simptomatik yang sebabnya dapat ditemukan, misalnya : Infeksi SSP dan selaputnya, diberikan antibiotic atau obat-obat lain yang dapat memberantas penyebabnya Pada neoplasma dan perdarahan di dalam rongga intrakranium mungkin diperlukan tindakan operatif Pada gangguan peredaran darah otak pemberian oksigen mungkin dapat membantu mengatasi keadaan hipoksia yang terjadi. 2. Terapi medikamentosa anti kejang3,5 Prinsip terapi farmakologik pasien epilepsi anak pada umumnya sama dengan prinsip terapi farmakologik pasien dewasa yaitu: 1. Obat-obat anti epilepsi mulai diberikan bila: Diagnosis epilepsi telah ditegakkan Pasien, terutama keluarga pasien telah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan Pasien maupun keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping obat anti epilepsi yang akan timbul.

2. Terapi dimulai dengan monoterapi. 3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai mencapai dosis efektif. 4. Bila dengan pemberian dosis maksimum obat pertama tidak dapat mengontrol bangkitan, maka perlu ditambahkan obat anti epilepsi kedua. Bila obat anti epilepsi telah mencapai kadar terapi maka obat anti epilepsi pertama diturunkan bertahan (tapering off), perlahanlahan. 5. Penambahan obat ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua obat anti epilepsi pertama. 6. Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk diberi terapi bila: Dijumpai fokus epilepsi yang luas pada EEG Pada pemeriksaan CT scan atau MRI dijumpai lesi yang berkorelasi dengan bangkitan, misalnya neoplasma otak, AVM, abses otak, ensefalitis herpes Pada pemeriksaan neurologik dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan otak Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua) Riwayat bangkitan simptomatik Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadaran, stroke, infeksi SSP Bangkitan pertama berupa status epileptikus. 7. Efek samping obat-obat anti epilepsi perlu diperhatikan, demikian pula halnya dengan interaksi farmakokinetik antar obat anti epilepsi.

Terdapat dua mekanisme anti epilepsi yang penting yaitu: 1) Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam focus epileptik 2) Mencegah letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi, Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.
Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.
karbamazepin dan asam valproat memegang peran penting dalam pengobatan epilepsi; karbamazepin untuk bangitan parsial sederhana maupun kompleks, sedangkan asam valproat terutama untuk bangkitan lena maupun bangkitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik klonik

You might also like