You are on page 1of 37

PENATALAKSANAAN ABSES SUBMANDIBULA

LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Rinaldi

Pembimbing:
Dr. Endang Syamsudin, drg., Sp. BM.

BAGIAN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015

ABSTRAK

Pendahualuan
:
Abses
submandibula
didefinisikan sebagai terbentuknya abses pada
ruang potensial di regio submandibula.
Kasus : Pasien anak perempuan usia 13 tahun
dikonsul dari RS Al Ihsan dengan keluhan
pembengkakan pada pipi kiri.
Pembahasan : Infeksi pada spasia submandibula
dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses
periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi
premolar atau molar mandibula.
Kata Kunci : abses, submandibula, infeksi

PENDAHULUAN

Abses submandibula = terbentuknya abses pada ruang


submandibula yang disertai dengan nyeri tenggorok,
demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut.
Abses submandibula merupakan bagian dari abses leher
dalam, diakibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber,
seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga
tengah dan leher (Fachruddin, 2007)
Penelitian Larawin dkk tahun 2006, melaporkan bahwa
abses submandibula kedua terbanyak sesudah angina
Ludwig di Papua New Guinea. Infeksi di ruang
submandibula adalah infeksi leher dalam yang paling
sering ditemukan di R.S Imam Khomeini, Ahvaz, Iran.
(Novialdi, 2010)

Dalam laporan kasus ini, pasien


wanita usia 13 tahun datang dengan
keluhan pembengkakan pada rahang
bawah sebelah kiri yang didiagnosis
mengidap
abses
submandibula
dirujuk dari Rumah Sakit Al Ihsan ke
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Hasan Sadikin.

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama
: Dini Lediawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 13 tahun
Alamat : Kp. Kerenceng, Bandung
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
No. Rekam Medik : 1500015294
Waktu masuk pasien : 08.00 WIB

Anamnesis
Keluhan Utama: Bengkak di rahang bawah sebelah kiri
Riwayat Penyakit: Pasien anak perempuan usia 13
tahun dikonsul dari RS Al Ihsan dengan keluhan
pembengkakan pada pipi kiri, 2 minggu SMRS
pasien mengeluh sakit gigi di kiri bawah. Lalu oleh
orang tuanya diberi cataflam dan paracetamol, namun
tidak ada perubahan. Saat 12 hari SMRS pasien
dibawa ke klinik Griya Sehat, dan dilakukan perawatan
gigi dan diberi 3 macam obat (pasien tidak ingat nama
obat), 6 hari SMRS pasien mengeluh bengkaknya
sakit di pipi kiri, lalu pasien dibawa ke klinik Griya
Sehat dan dirujuk ke RS Al Ihsan dan diakukan rontgen
dada dan rahang serta pemeriksaan darah, diber 3

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Kesadaran= Compos Mentis


Nadi= 120 x/menit
Suhu= 38,3 C
Respirasi= 22 x/menit

Status Generalisata
Kulit
Kepala
pipi kiri
Mata
Leher

= Turgor (+)
= Wajah asimetris, pembengkakan pada

= Konjungtiva non anemis, sklera non ikterik


= JVP tidak meninggi, KGB Submandibula kiri
tidak dapat diperiksa dan kanan tidak teraba
Thorax = B/G simetris
Pulmo = VBS Ki=Ka, Rh -/-, Wh -/Cor
= BJ murni reguler
Abdomen = Datar lembut, BU (+)
Ekstrimitas= Akral hangat, CRT <2

Status Lokalisata
Ekstraoral
Wajah tidak simetris, pembengkakan
pada rahang bawah kiri, ukuran
8x6x1 cm, kemerahan, terlokalisasi,
hangat, konsistensi lembut, fluktuasi
(+), nyeri saat dipalpasi

Intraoral
Gingiva
: Edema di gingiva gigi 35-36
Mukosa bukal : Edema di regio mukosa bukal
kiri
Vestibulum : Edema di vestibulum regio gigi 36
Bibir
: Tidak ada kelainan
Lidah
: Tidak ada kelainan
Palatum
: Tidak ada kelainan
Dasar mulut: Tidak ada kelainan
Tonsil
: T1-T1

Odontogram
U
E
U
E

V
G
P

Pembukaan mulut = 1,5


cm

U
E
U
E

Foto Panoramik

GP

Gambaran:
Gangren pulpa gigi 36

Foto Thorax

Gambaran:
Tidak ada tanda Cardiomegaly
Tidak ada Tuberculosis paru

Lab Darah

PT : 10,6 8,9-12,9 second


INR : 1,00 0.84-1.16 second
APTT : 24,2 12,8-32,8 second
Hb : 11,6 F(12,0-16,0) g/dL
Ht
: 34 F(35-47) %
WBC : 14.700 (4500-13000) /mm3
Platelet : 648.000 (150.000-450.000) /mm3
RBC : 4,05 F(3.6-5.8) juta/uL
Timely blood : 109 <140 mg/dL
glucose

Diagnosis Kerja
D/Abses Submandibula Sinistra et
causa Gangren Pulpa 36
DD/
Limfadenopati
Submandibula
Sinistra

Tata Laksana
Lab lengkap, PT, APTT
IVFD RL 12/gtt/menit
Tapping pus a/r saubmandibula Sn ( 1 cc) -> Kultur
resisten + sensitif antibiotik
R/ Ampicillin inj 675 mg IV
Metronidazole inf 210 mg IV
Ranitidine inj 36 mg IV
Ketorolac inj 13 mg IV
Insisi drainase a/r submandibula sn -> 10 cc
Ekstraksi gigi 36
Aplikasi penrose drain ekstraoral
Aplikasi verban ekstraoral

Aspirasi Pus

Insisi Drainase

Pasca Tindakan

Saran dan Instruksi Pasca


Tindakan
Oral Hygiene Instruction
Diet biasa
R/ Amoxicillin 500 mg tabs 3x1 PO
Metronidazole 250 mg tabs 3x1 PO
Ranitidine 75 mg tabs 2x1 PO
Ibuprofen 400 mg tabs 3x1 PO
Ganti Verban 2 x/hari
Ganti penrose drain 1 x/3hari di Poli Bedah Mulut RSHS
Lakukan latihan buka tutup mulut menggunakan stik es krim
Pro scaling RA dan RB di Poli Gigi dan Mulut RSHS
Cek hasil kultur dan sensitivitas antibiotik POD VII (8 juni
2015)
Kontrol di Poli Bedah Mulut (3 Juni 2015) di waktu kerja

PEMBAHASAN

Penyebab
abses
submandibula
dikarenakan
terjadi
penyebaran
infeksi dari gangren pulpa gigi 36.
Etiologi ini sesuai dengan pernyataan
Fragiskos (2007) yang mengatakan,
bahwa
infeksi
pada
spasia
submandibula dapat berasal dari
abses
dentoalveolar,
abses
periodontal dan perikoronitis yang
berasal dari gigi premolar atau molar

Tampilan klinis abses submandibula


kasus ini sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Fragiskos (2007),
yaitu terjadi pembengkakan pada
daerah submandibula, edema besar,
indurasi, kemerahan pada kulit,
sudut mandibula menghilang, nyeri
saat dipalpasi dan trismus moderat
akibat keterlibatan m. pterigoid
media.

Patogenesis abses submandibula pada pasien


ini berawal dari infeksi gangren pulpa gigi 36.
Karies dalam -> tidak dirawat -> jalan bakteri
mencapai jaringan periapikal -> jumlah bakteri
banyak -> infeksi menyebar -> tulang
spongiosa -> tulang kortikal -> infeksi
menembus -> masuk ke jaringan lunak
submandibula sebelah kiri
Penyebaran infeksi ini sesuai yang diutarakan
oleh Dental Health International Netherland
tahun 2013..

Penatalaksanaan abses submandibula dilakukan dengan


cara:
insisi pada kulit, 1 cm di bawah dan pararel batas inferior
mandibula, posterior dari arteri dan vena fasial.
Selama insisi, arteri, vena, dan nervus fasial terus diperhatikan.
Hemostat dimasukkan ke rongga abses kemudian eksplorasi.
Kemudian diseksi tumpul juga pada permukaan medial tulang
mandibula, karena pus sering berlokasi di daerah tersebut.
Setelah drainase, tempatkan drain karet.
Kemudian dilakukan pencabutak gigi penyebab infeksi, yaitu
pencabutan gigi 36.

Penatalaksanaan ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh


Fragiskos (2007).

Antibiotik yang digunakan untuk kasus infeksi


odontogenik abses submandibula ini ditentukan
secara empirik, sambil menunggu hasil kultur dan
sensitivitas. Sesuai dengan pernyataan Fragiskos
(2007). Abses submandibula disebabkan oleh
mikroorganisme streptokokus (aerob dan anaerob)
(Fragiskos,
2007).
Kombinasi
ampisilin
dan
metronidazol merupakan pilihan antibiotik yang
digunakan untuk infeksi abses submandibula
(Ghali, 2004).
Sehingga pada kasus ini, pasien diberikan turunan
penisilin berupa ampisilin dan metronidazol.

Prognosis abses submandibula pada


pasien
ini
baik
karena
dapat
didiagnosis secara dini dengan
penanganan
yang
tepat
dan
komplikasi tidak terjadi. Pada fase
awal dimana abses masih kecil maka
tindakan
insisi
dan
pemberian
antibiotika yang tepat dan adekuat
menghasilkan penyembuhan yang
sempurna (Gomez, 2007)

KESIMPULAN

Abses submandibula di defenisikan sebagai


terbentuknya abses pada ruang potensial di regio
submandibula yang disertai dengan nyeri tenggorok,
demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut.
Infeksi pada spasia submandibula dapat berasal dari
abses dentoalveolar, abses periodontal dan
perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar
mandibula.
Perawatan abses submandibula, yaitu pemberian obat
analgesik dan antibiotik, tindakan operasi berupa
pencabutan gigi, insisi dan drainase, perawatan saluran
akar serta kombinasi dari ketiganya.

Dalam laporan kasus ini, penatalaksanaan abses


submandibula pada pasien wanita usia 13 tahun
yang dirujuk ke IGD RSHS telah sesuai dengan
literatur yang ada, yaitu tindakan insisi drainase,
pemberian antibiotic dan analgesik.
Kondisi pasien pasca tindakan sudah lebih baik.
Keluhan pembengkakan pada rahang bawah
sebelah kiri sudah berkurang.
Pasien disarankan untuk melakukan ganti verban,
ganti penrose drain, latihan buka tutup mulut, cek
hasil kultur dan sensitivitas antibiotic serta control
ke Poli Bedah Mulut RSHS.

DAFTAR PUSTAKA

Dental Health International Netherland. [cited November 21th 2013]. Available in:
http.//www.dhin.nl/boh_part4.html.

Fachruddin, D. 2007. Abses Leher Dalam. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J eds. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Fragiskos D Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Greece: Springer.

Ghali GE, Connor MS. 2004. Petersons of Principles of Oral Maxillofacial Surgery. Canada: BC Decker Inc.

James R. Hupp, Edward Ellis, Myron R. Tucker. 2008. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery 4 th Ed.
Mosby Elsevier.

Larawin V, Naipao J, Dubey SP. 2006. Head and neck space infections. Otolaryngology-head and neck surgery.

Novialdi, Pulungan MR. 2010. Pola kuman abses leher dalam. Tinjauan pustaka (unpublished). Diakses dari:
http:// www.repository.unand.ac.id. Padang: FK Unand.

Scott BA, Steinberg CM, Driscoll BP. 2001. Infection of the deep Space of the neck. In: Bailley BJ, Jhonson JT,
Kohut RI et al editors. Otolaryngology Head and neck surgery. Philadelphia: JB.Lippincott Company.

Topazian RG, Goldberg MH. 2004. Oral Maxillofacial Infections. USA: WB Saunders Company.

Terima Kasih

You might also like