You are on page 1of 40

ADSORBSI

REF III
STEM AKAMIGAS
2016

VARIABEL OPERASI
Kuantiti dari fluida yang di tangani per unit waktu
(akan menentukan diameter dan kedalaman dari
adsorbent bed)
Jumlah material yang akan diserap (akan menentukan
volume dari adsorbent)
Kapasitas adsorbsi dari adsorbent (akan menentukan
volume dari adsorbent)
Pressure drop yang diijinkan di Bed (akan menentukan
diameter dan kedalaman dari adsorbent bed)
Durasi cycle adsorbsi (akan menentukan volume dari
adsorbent)
Waktu yang diperlukan untuk reaktifasi, purging, dll

Keekonomian
Keekonomian dari suatu operasi
proses adsorbsi ditentukan
(umumnya) oleh :
Durasi per cycle dari proses adsorbsi
dan desorbsi
Jumlah adsorber

Pengaruh Variabel Proses


Pengaruh variabel proses pressure drop
dari suatu fluida yang menembus suatu
bed adsorber (media berpori) ditentukan
dari :
Tes data laboratorium
Persamaan aliran fluida melalui media berpori
(Brown, Ch : 16)

Waktu terbaik yang diperlukan untuk


reaktivasi bergantung pada data
experiment atau berdasarkan pengalaman

Jika solid adsorbent terexpose


(kontak) dengan fluida murni
(biasanya uap) di bawah kondisi
temperatur dan tekanan konstan
dengan variasi waktu operasi, maka
laju biasanya akan berkurang secara
cepat dari kondisi awalnya. (figure
390, Brown Hal : 404)

Laju adsorbsi ( laju difusi) sampai menuju ke titik


setimbang adalah bervariasi, bergantung pada
ukuran partikel adsorbent, temperatur, dan berat
molekul adsorbate.
Semakin kecil ukuran adsorbent, semakin tinggi
temperatur, dan semakin rendah berat molekul
adsorbate, maka akan meningkatkan laju difusi.
Pengaruh temperatur dan tekanan terhadap massa
fluida yang terserap oleh adsorbent pada kondisi
berkesetimbangan dapat dilihat seperti pada figure
391a Brown Hal : 404
Secara umum, jumlah fluida yang terserap oleh
adsorbent meningkat seiring dengan meningkatnya
tekanan dan menurunnya temperatur (Brown Hal :
404)

Proses adsorbsi biasanya selalu disertai dengan


meningkatnya temperatur bed sehingga
meningkatkan panas pada proses adsorbsi.
Pressure drop saat menembus Bed akan
mempengaruhi kondisi kesetimbangan (Yaitu akan
mengubah kondisi setimbang yang telah ada)
Penggunaan data kesetimbangan yang akurat
memerlukan data properties fresh adsorbent dan
fluida yang masuk, panas adsorbsi, pressure drop
fluida saat menembus Bed, pengaruh regenerasi
adsorbent, effisiensi proses adsorbsi yang
mengacu pada kondisi kesetimbangan,
karakteristik heat transfer antara bed dengan
pendingin, serta adanya impurities baik di
adsorbent maupun di fluidanya.

EQUILIBRIUM ISOTHERM
ADSORBTION
KURVA KESETIMBANGAN HARUS
DIDAPATKAN SAMPAI PADA
TEMPERATUR AKHIR OPERASI
JIKA WAKTU KONTAK TIDAK
MENCUKUPI MAKA KESETIMBANGAN
TIDAK AKAN TERCAPAI
SAAT INI ADA 4 MACAM PERSAMAAN
KESETIMBANGAN ISOTERMIS DARI
PROSES ADSORPSI

EQUILIBRIUM ADSORPTION ISOTHE


RM
(lanjutan)

TERMINOLOGY
SOLVENT = pelarut
ADSORBENT = material padatan penyerap
UNADSORBED SUBSTANCE = bagian dari fluida yang tidak bisa diserap oleh
adsorbent
ADSORBABLE SOLUTE = bagian dari larutan terlarut dari suatu fluida yang
bisa diserap oleh adsorbent
MASS SOLUTE/MASS SOLVENT = massa larutan yang terlarut di solvent yang
bisa diserap oleh adsorbent per massa solvent
ADSORBATE = larutan yang telah berada /menempel di permukaan adsorbent
MASS ADSORBATE FREE SOLID = massa adsorbate yang bebas solid, artinya
perhitungan tidak menyertakan berat adsorbent, yang dihitung hanya
keberadaan fluida yang nempel di permukaan adsorbent.
SOLUTE ADSORBATE = ADSORBATE = larutan yang telah berada
/menempel di permukaan adsorbent
MASS SOLUTE / MASS ADSORBENT = massa fluida yang menempel di
adsorbent per massa adsorbent
FRESH ADSORBENT = adsorbent murni tanpa ada fluida yang menempel
sama sekali

METODE PERHITUNGAN OPERASI


ADSORBSI

SINGLE STAGE OPERATION


MULTI STAGE CROSS CURRENT
OPERATION
MULTI STAGE COUNTER CURRENT
OPERATION

SINGLE STAGE OPERATION

JIKA PERSAMAAN ISOTHERM


EQUILIBRIUM FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI OPERASI SINGLE
STAGE

JIKA PERSAMAAN ISOTHERM


EQUILIBRIUM FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI OPERASI SINGLE
STAGE (lanjutan)

MULTI STAGE CROSS CURRENT OPERATION

JIKA PERSAMAAN ISOTHERM


EQUILIBRIUM FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI OPERASI MULTI
STAGE CROSS CURRENT

JIKA PERSAMAAN ISOTHERM


EQUILIBRIUM FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI OPERASI MULTI
STAGE CROSS CURRENT (lanjutan)

MULTI STAGE COUNTER CURRENT OPERATION

MULTI STAGE COUNTER


CURRENT OPERATION
(lanjutan)
Untuk adsorbsi yang jumlah
stagenya telah ditentukan,
maka harus melakukan
trial-error penempatan
garis operasi sehingga
adsorbent/solution rasio
dapat dihitung.
Jika operasinya adalah
DESORBSI (mirip proses
stripping pada gas
absorbsi) maka garis
operasinya berada di
bawah garis kesetimbangan
(equlibrium curve)

MULTI STAGE COUNTER CURRENT


OPERATION (lanjutan)
Penentuan minimum
adsorbent/solvent rasio sebagai
berikut :

JIKA PERSAMAAN ISOTHERM


EQUILIBRIUM FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI OPERASI MULTI
STAGE COUNTER CURRENT

JIKA PERSAMAAN
ISOTHERM
EQUILIBRIUM
FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI
OPERASI MULTI
STAGE COUNTER
CURRENT
(lanjutan)

Figure : 11.22

JIKA PERSAMAAN ISOTHERM


EQUILIBRIUM FREUNDLICH DI
APLIKASIKAN DI OPERASI MULTI
STAGE COUNTER CURRENT (lanjutan)

JIKA PERSAMAAN GARIS EQUILIBRIUM ISOTHERM


BERBENTUK GARIS LURUS (LINEAR) DI APLIKASIKAN
DI OPERASI MULTISTAGE COUNTER CURRENT

DIGUNAKAN PERSAMAAN KREMSER


SBB :

JIKA PERSAMAAN
GARIS
EQUILIBRIUM
ISOTHERM
BERBENTUK GARIS
LURUS (LINEAR) DI
APLIKASIKAN DI
OPERASI
MULTISTAGE
COUNTER
CURRENT
(lanjutan)

Grafik untuk
persamaan (5.50)
(5.53)
A analog dengan
Desorbtion Factor

METODE PERHITUNGAN DENGAN


MOLE RASIO

REGENERASI ADSORBENT
DENGAN CARA PEMANASAN
DENGAN CARA EXTRAKSI (LEACHING)

REGENERASI CARA PEMANASAN

PANAS YANG
DIPERLUKAN :
1. HEATING
2. COOLING
HEATING :
T1 T2
T2 T3
T3 T4
COOLING : T4 T5

REGENERASI CARA PEMANASAN :


PERHITUNGAN BEBAN PANAS (PANAS
YANG DIPERLUKAN)
METODE GPSA

ASUMSI 10 %
HEAT LOSS

Trg = Temperatur
regeneration gas

REGENERASI CARA PEMANASAN :


PERHITUNGAN BEBAN PANAS (PANAS
YANG DIPERLUKAN)
METODE CAMPBELL
Campbell membagi menjadi 4 interval,
yaitu A, B, C, dan D
Interval A pemanasan dari T1 T2
Interval B pemanasan dari T2 T3
Interval C pemanasan dari T3 T4
Interval D pendinginan dari T4 T5

INTERVAL A

A = LAMA WAKTU PEMANASAN DI INTERVAL A


h = Enthalpy gas

INTERVAL B

B = LAMA WAKTU PEMANASAN DI INTERVAL B


h = Entalphy gas

INTERVAL C

c = LAMA WAKTU PEMANASAN DI INTERVAL C


h = Enthalpy gas

INTERVAL D

D = LAMA WAKTU PEMANASAN DI INTERVAL D


h = Enthalpy gas

You might also like