You are on page 1of 17

Adverse Drug Reaction

(ADR)
Oleh :
Kelompok 5
Resy Raesyita. S.Farm

Riska Ravidah, S.Far

Elyance Br Payung, S.Si

Linda Puspa R, S.Si

Marnatal Marpaung, S.Farm


Yupizer
,
Sidik,S.Si

S.Far

Setyawati, S.Si
Syamsuri

DEFINISI ADR (ADVERSE DRUG


REACTION)
WHO 1972, mendefinisikan adverse drug
reaction (ADR) sebagai efek tidak
diinginkan yang ditimbulkan obat pada
dosis yang digunakan untuk profilaksis,
diagnosis dan terapi.
ADR juga didefinisikan FDA 1995,
sebagai efek tidak diinginkan yang
berhubungan dengan penggunaan obat
yang timbul sebagai bagian dari aksi
farmakologis dari obat yang kejadiannya
mungkin tidak dapat diperkirakan.

BEBERAPA SEJARAH TENTANG ADR

1922 : Sakit kuning yang yang berhubungan


dengan penggunaan salvarsan, penggunaan
arsenik organik pada perawatan penyakit
sipilis.
1937 : di USA, 107 orang meninggal akibat
penggunaan sulfanilamid cair yang berisi
pelarut dietilen glikol
Pembentukan Federasi Obat dan Makanan
(FDA), yang diberi tugas untuk menyelidiki
keamanan obat baru sebelum diizinkan
untuk diedarkan

KEJADIAN
Angka kejadian ADR ini bervariasi,
tergantung metode pengambilan data
yang digunakan. Jika sistem yang
digunakan adalah dengan bertanya
secara spesifik pada pasien, maka
hasilnya lebih besar dari pada pasien
relawan. Jumlah prevalensinya dpt
diperkirakan yakni 1-3% dari total
pasien RS

Obat obat yg sering dilaporkan


dan
menimbulkan ADR
Antibiotik
Aspirin

Digoxin
Diuretika
prednison

Heparin
Insulin
Warfarin

Beberapa Faktor Penyebab terjadinya ADR

Jenis Adverse Drug


Reaction
Tipe A

Kejadiannya dapat
diramalkan dari efek
farmakologinya
Tergantung dosis
Angka kematian rendah
Cara penanganan adalah
dengan pengurangan dosis
obat
Angka kejadian tinggi

Tipe B
Kejadiannya sulit diramal

Tidak tergantung pada


dosis
Risiko kematian tinggi
Cara penanganan adalah
penghentian obat
Angka kejadian rendah

Reaksi Anafilaksis

Penyakit serum

Uji Klinis Obat Baru


Tujuan dari studi klinis awal dari satu senyawa
baru adalah apakah efek yang terlihat pada hewan juga
dapat terjadi pada manusia, dan jika cara penanganan
obat pada manusia berhubungan dengan cara pada
hewan. Studi toksikologi juga harus dilakukan untuk
memeriksa efek obat pada hematologi standar dan
indeks biokimia. Studi awal tersebut biasanya dilakukan
pada sukarelawan tapi dengan beberapa agen seperti
obat sitotoksik diperlukan untuk studi pada pasien
untuk obat itu dirancang.

Double blind Studi


Informasi yang diberikan berdasarkan pola
acak studi buta ganda. Pasien akan dipilih
berdasarkan kriteria yang telah ditulis dan
mereka akan dialokasikan untuk
pemantauan atau kelompok perawatan
aktif pada pola acak

Penilaian Klinis Obat

Ketika uji klinis obat dilakukan, sangat


penting untuk memperoleh penilaian yang
akurat untuk efek terapinya
Skala analog visual dapat sangat berguna
untuk menilai banyak hal obyektif seperti
rasa nyeri dan kantuk. Pasien menempatkan
tanda pada tempat yang telah disediakan
dengan penilaian apa yang mereka
derita/rasa, dan ini diulang pada setiap
pemeriksaan, kemudian diambil nilainya.

Pertimbangan Etika dan


Statistik
Dalam merancang percobaan klinis, hipotesis
awal tidak ada perbedaan antara dua
perlakuan.Hal ini kemudian harus
memutuskan jika hasil yang diperoleh bisa
saja karena kebetulan atau kemungkinan yang
nyata antara dua perlakuan. Statistik dari
percobaan klinis dapat menjadi sangat rumit
dan pembaca yang tertarik di tempat lain.
Dalam kebanyakan kasus dapat diasumsikan
bahwa data terdistribusi normal tetapi ini tidak
selalu terjadi pada metode statistik sederhana,
maka tidak akan berlaku.

Reaksi Alergi
Alergi adalah kepekaan terhadap suatu
antigen eksogen atas dasar proses
imunologi
Reaksi alergi merupakan bentuk efek
samping yang sering terjadi pada
golongan penisillin G

Pencegahan Reaksi
Alergi

Kesimpulan dan saran


Kesimpulan
Adverse drug reaction (ADR) disebabkan polifarmasi,
interaksi obat, medication errors, swamedikasi,
penggunaan obat antitrombotik, dan pemakaian
antibiotik.
Terdapat 2 tipe ADR yaitu tipe A merupakan efek
tambahan dari kerja farmakologi obat yang dapat
diprediksi dengan tingkat mortalitas rendah. Sedangkan
tipe B benar-benar berbeda, baru dan tidak dapat
diprediksi. Tingkat mortalitas tipe ini tinggi.

Saran
Sebaiknya petugas kesehatan selalu berhati-hati terhadap
obat-obatan yang diberikan kepada pasien, apalagi pada
mereka yang memiliki riwayat alergi sebelumnya.

TERIMA KASIH

You might also like