You are on page 1of 35

ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA
OLEH: MUGI HARTOYO, MN

HERNIA

Hernia (Latin: herniae) adalah penonjolan isi suatu rongga


melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding
rongga itu, baik secara kongenital maupun didapat, yang
memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang
biasa melalui dinding tersebut.

ETIOLOGI: BISA KONGENITAL DAN


DIDAPAT
1. Hernia

Kongenital:

Testis tidak sampai scrotum, sehingga processus tetap


terbuka
Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran,
sehingga processus belum sempat menutup dan pada
waktu dilahirkan masih tetap terbuka.
Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan hidrocele.

ETIOLOGI
2. Hernia didapat:

Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa

Pada orang tua karena degenerasi/atropi

Tekanan intra abdomen meningkat

Pekerjaan mengangkat benda-benda berat

Batuk kronik

Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras

Sering melahirkan: hernia femoralis

KLASIFIKASI HERNIA

KLASIFIKASI HERNIA

TINGKATAN KEPARAHAN
1. Reducible (Reponible): hernia yang belum parah dimana organ viscus
yang mengalami protusi masih dapat kembali ke posisi normal.
2. Irreducible (Irreponible): hernia yang sudah parah dimana organ
viscus yang mengalami protusi tidak dapat kembali ke posisi normal.
3. Incarcerata (terkurung): hernia yang lebih parah dimana organ viscus
yang mengalami protusi benar-benar tidak dapat kembali lagi karena
pintu tempat organ protusi sudah menyempit dan isi di kantung hernia
sudah mengalami adhesi dengan kantung hernia.
4. Strangulata (terjepit): hernia yang paling parah karena telah
mengalami kompresi vasa yang disebabkan oleh adanya
penyempitan lubang tempat protusi organ viscus.

KOMPONEN HERNIA
Hernia terdiri dari:

Kantong hernia (saccus),

Isi (organ viscusnya : usus), dan

Pintu: pada hernia inguinalis direct, protrusi organ viscus langsung di


dinding abdomen tanpa melewati annulus inguinalis profunda, tapi
keluar lewat annulus inguinalis superficial. Sedang pada hernia
inguinalis indirect masuk lewat annulus inguinalis profunda dan keluar
lewat annulus inguinalis superficial.

PENATALAKSANAAN
1. Tidak diapa-apakan: biasanya dilakukan pada hernia reponibilis yaitu dapat
kembali lagi pada posisi normal.
2. Operasi:
a. Pre operasi
: diusahakan mengkontrol dan menghindari factor yang
memperparah (presipitasi)
b. Operasi

Herniotomi: melakukan eksisi dan ligasi kantung hernia

Hernioraphi: memperbaiki defek akibat hernia missal di jahit.

Hernioplasty: merubah tampakan pada daerah hernia yang mengalami defek


agar kosmetiknya terlihat bagus kembali

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Periode pre-operasi:

Nyeri akut

Periode post-operatif:

Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat


tindakan operasi.

Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER


(Ca) KOLON

KANKER KOLON

Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh


lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon
terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon
sigmoid.

Salah satu penatalaksanaannya adalah dengan kolostomi


untuk mengeluarkan produksi faeces.

ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui.

Faktor resiko kanker kolon telah teridentifikasi, yang meliputi :

Usia lebih dari 40 tahun

Darah dalam feses

Riwayat polip rektal atau polip kolon

Adanya polip adematosa atau adenoma villus

Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga

Riwayat penyakit usus inflamasi kronis

Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi.

Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.

Darah dalam feses.

Anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat


badan dan keletihan.

Lesi kanan: Nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter).

Lesi sebelah kiri: adanya obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan
feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.

Lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi,
konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

KLASIFIKASI
Klasifikai kanker kolon ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
Nodul/ kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T = Tumor primer :

TO

Tidak ada tumor

TI

Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

T2

Invasi ke dinding otot

T3

Tumor menembus dinding otot

N = Nodul/Kelenjar limfa :

N0

tidak ada metastase

N1

Metastasis ke kelenjar regional unilateral

N2

Metastasis ke kelenjar regional bilateral

N3

Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

M = Metastase jauh

MO

Tidak ada metastase jauh

MI

Ada metastase jauh

PENATALAKSANAAN

Gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan


nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang banyak diberikan
transfusi.

Terapi ajufan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau


imunoterapi diberikan selain pengobatan bedah.

Pembedahan.

PENATALAKSANAAN
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.

Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan


porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus
limfatik)

Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen


(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal)

Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental


anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi.

Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi


obstruksi yang tidak dapat direseksi).

dan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Pre Operasi

Nyeri akut b.d obstruksi tumor pada usus dengan kemungkinan


menekan organ yang lain

b. Post Operasi

1.

Nyeri akut b.d agen cedera fisik (insisi pembedahan)

2.

Risiko infeksi b.d tindakan invasif, insisi post pembedahan

3.

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


ketidakmampuan untuk mencerna makanan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN ILEUS PARALITIK

DEFINISI

Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf


otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga
tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat
dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan
dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.

Ileus paralitik merupakan istilah gawat abdomen atau gawat perut


yang timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.

ETIOLOGI

Neurologik

Metabolik

Obat-obatan

Infeksi

Iskemia usus

FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat meningkatkan resiko terjadinya ileus
paralitik adalah

Batu empedu

Trauma

DM (Diabetes Mellitus)

Obat-obat spasmolitik

Pancreatitis akut

Pnemonia

Tindakan bedah di abdomen

MANIFESTASI KLINIS

Obstruksi usus halus awalnya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti
kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi
dan bersifat hilang timbul.

Pasien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan
tidak terdapat flatus.

Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat


keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong ke mulut.

Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka dapat terjadi muntah fekal .

Semakin kebawah obstruksi, semakin jelas distensi abdomen.

Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia
akibat dehdrasi dan kehilangan volume plasma.

MANIFESTASI KLINIS

Obstruksi usus besar nyeri perut bersifat kolik dalam kualitas yang sama
dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya lebih rendah.

Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten.

Pada pasien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat


menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari.

Akhirnya abdomen mengalami distensi, loop dari usus besar dapat dilihat dari
luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah.

MANIFESTASI KLINIS

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal


distention), anoreksia, mual dan obstipasi.

Muntah mungkin ada mungkin pula tidak ada.

Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan


dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. Pasien ileus
paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik
abdomen yang paroksismal.

Distensi abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah


dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.

Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada


perutnya.

Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif).

MANIFESTASI KLINIS
Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis
yang ditemukan adalah gambaran peritonitis seperti:

Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri (kolik)

Mual dan mutah

Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24 48 jam

Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans


muskuler

Bising usus menghilang

Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi


udara

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan dan Terapi Medis

a. Pemberian anti obat antibiotik, analgetika,anti inflamasi

b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut

c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot

d. Bedrest
2. Konservatif

Laparatomi: Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis


seperti takikardia, pireksia (demam), lokal tenderness dan guarding, rebound
tenderness. Nyeri lokal, hilangnya suara usus lokal, untuk mengetahui secara
pasti hanya dengan tindakan laparatomi.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakitnya.

Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.

Potensial terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya


volume cairan tubuh.

Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi.

Kecemasan ringan-sedang berhubungan dengan kondisi pasien yang


memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KOLELITIASIS

Oleh: Mugi Hartoyo, MN

KOLELITIASIS

Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus.


Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam
kandung empedu.

Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut kolelitiasis,


sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.

Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk


dalam kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran
dari kolesterol, pigmen empedu, kalsium dan matriks inorganik.

ETIOLOGI

Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan pasti


namun yang paling penting adalah gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.

FAKTOR RESIKO

Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)

Usia lebih dari 40 tahun .

Kegemukan (obesitas).

Faktor keturunan

Aktivitas fisik

Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)

Hiperlipidemia

Diet tinggi lemak dan rendah serat

Pengosongan lambung yang memanjang

Nutrisi intravena jangka lama

Dismotilitas kandung empedu

Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)

Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati, pankreatitis dan
Kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan garam empedu)

Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih, baru orang
Afrika)

KLASIFIKASI
Gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:

Batu kolesterol: Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan


mengandung lebih dari 70% kolesterol.

Batu pigmen kalsium bilirubinat (pigmen coklat): Berwarna coklat atau


coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsiumbilirubinat sebagai komponen utama.

Batu pigmen hitam: Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak


berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak
terekstraksi.

Batu campuran

MANIFESTASI KLINIS

Lebih dari 80% batu kandung empedu memperlihatkan gejala


asimptomatik.

Gejala klinik yang timbul pada orang dewasa biasanya dijumpai


gejala dispepsia non spesifik, intoleransi makanan yang mengandung
lemak, nyeri epigastrium yang tidak jelas, tidak nyaman pada perut
kanan atas.

Gejala ini tidak spesifik karena bisa terjadi pada orang dewasa
dengan atau tanpa kolelitiasis.

Pada anak-anak, gejala klinis yang sering ditemui adalah adanya


nyeri bilier dan obstructive jaundice.

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu

Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan
operasi

You might also like