Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. YB. Hari Trilunggono, Sp.M
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
Disusun Oleh:
Kukuh Setyopambudi
01.210.6201
IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. A
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sumberarum, Magelang
Tanggal Periksa: 21 September 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan tambah kabur pada kedua mata saat
melihat jauh.
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Pengobatan
Pasien baru memeriksakan mata
dan menggunakan kacamata minus
sejak kurang lebih 5 tahun lalu saat
pasien masih SMP.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Orang tua pasien yaitu ayah
pasien
diketahui
memakai
kacamata baca sedangkan ibu
tidak menggunakan kacamata.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum
Keadaan Umum:
Kesadaran
:
Kooperatif
:
Status Gizi
:
Vital Sign
Tekanan Darah
Nadi
:
Respirasi
:
Suhu
:
Baik
Compos Mentis
Kooperatif
Cukup
: 120/80 mmHg
82 x/mnt
18 x/mnt
36,50C
Status Oftalmikus
Oculus Dexter
Oculus Sinister
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Tidak Dilakukan pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS BANDING
1.ODS Miopia
Dipertahankan karena pada anamnesa pasien mengeluh kabur saat
melihat jauh, dan saat dilakukan pemeriksaan, visus OD 6/12 OS 6/15
dan ODS bisa menjadi 6/6 setelah dikoreksi dengan lensa sferis negatif.
2.ODS Astigmatisme Miopia Kompositus
Disingkirkan karena pada pasien tidak ada kesulitan apabila melihat
garis lurus atau melihat garisnya seperti bengkok serta dari hasil
pemeriksaan visus, pasien hanya bisa dikoreksi dengan lensa sferis
negatif. Koreksi lensa silinder negatif tidak memberikan pengaruh
terhadap pasien.
3.ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pada pasien terdapat keluhan pandangan kabur
saat melihat jarak jauh namun pasien dapat melihat jelas pada jarak
dekat. Dari hasil pemeriksaan koreksi visus ODS dengan lensa sferis
negatif memberikan kemajuan visus yang bermakna. Sedangkan pada
hipermetropia pandangan kabur saat melihat jarak jauh, tambah kabur
pada jarak dekat dan hasil koreksi visus bermakna dengan pemberian
lensa sferis positif.
DIAGNOSA
ODS Miopia
TERAPI
Medikamentosa
Oral : tidak ada
Topikal : tidak ada
Parenteral : tidak ada
Operatif : tidak ada
Non Medikamentosa
Resep kacamata sesuai koreksi:
OD : S 1,50
OS : S 2,00
KOMPLIKASI
Strabismus
Ablasio Retina
EDUKASI
Menjelaskan kepada pasien bahwa kelainan
gangguan penglihatan ini tidak bisa disembuhkan
dengan obat-obatan, tetapi bisa dibantu dengan
menggunakan kacamata atau lensa kontak.
Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa bila
membaca jangan terus menerus dan usahakan
dalam posisi tegak, hindari membaca buku sambil
tiduran dan dengan pencahayaan yang kurang.
Mata minus tidak bisa berkurang atau sembuh.
Penggunaan kacamata ataupun kontak lensa tidak
akan membuat mata minus menjadi sembuh atau
berkurang. Penggunaan kacamata hanya
membantu memperjelas penglihatan, dan
mengurangi cepatnya bertambahnya minus pada
mata, tentunya hal tersebut juga diimbangi dengan
kebiasaan sehari-hari.
RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke
ilmu penyakit lain.
PROGNOSI
S
OD
OS
Ad Visam
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
Ad Sanam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Functionam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Cosmeticam
Ad Bonam
Ad Bonam
Ad Vitam
Ad Bonam
Ad Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber Cahaya
Masuk ke mata melalui kornea
Ke humor aquos
Melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris
Dibiaskan oleh lensa
Ke corpus vitreum
Cahaya jatuh tepat di fovea retina membentuk bayangan
nyata, terbalik, diperkecil
Sel batang dan sel kerucut meneruskan cahaya melalui nervus
opticus
Otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina
Obyek terlihat sesuai aslinya
MIOPIA
Miopia atau sering disebut juga rabun
jauh merupakan kelainan refraksi mata
dimana berkas sinar sejajar yang
datang memasuki mata tanpa
akomodasi, jatuh pada fokus yang
berada di depan retina. Dalam
keadaan ini objek yang jauh tidak
dapat dilihat secara teliti karena sinar
yang datang saling bersilangan pada
badan kaca, ketika sinar tersebut
Klasifiksi Miopia
Berdasarkan penyebabnya:
Miopia aksial
Miopia kurvatura
Miopia indeks refraksi
Perubahan posisi lensa
1. Miopia Simpleks
Terjadinya kelainan fundus ringan. Kelainan
fundus yang ringan ini berupa kresen
miopia yang ringan dan berkembang
sangat lambat. Biasanya tidak terjadi
kelainan organik dan dengan koreksi yang
sesuai bisa mencapai tajam penglihatan
yang normal. Berat kelainan refraksi yang
terjadi biasanya kurang dari -6D. Keadaan
ini disebut juga dengan miopia fisiologi.
2. Miopia Patologis
Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia
maligna atau miopia progresif. Keadaan ini dapat
ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak
lahir. Tanda-tanda miopia maligna adalah adanya
progresifitas kelainan fundus yang khas pada
pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak diagnosis
ini dapat dibuat jika terdapat peningkatan tingkat
keparahan miopia dengan waktu yang relatif
pendek. Kelainan refrasi yang terdapat pada
miopia patologik biasanya melebihi -6 D (Sidarta,
2007).
Miopia patologik :
Diagnosis Miopia
Penatalaksanaan
Penggunaan Kacamata
Penggunaan kacamata untuk pasien miopia masih sangat penting.
Kacamata yang diberikan adalah kaca mata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal.
LASIK
Komplikasi
1. Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0 sampai (4,75) D sekitar 1/6662. Sedangkan pada (-5) sampai (9,75) D risiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari (-10)
D risiko ini menjadi 1/148. Dengan kata lain penambahan
faktor risiko pada miopia lebih rendah tiga kali sedangkan
miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali (Sidarta, 2003).
3.Miopik makulopati
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta
hilangnya pembuluh darah kapiler pada mata yang
berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapangan
pandang berkurang. Dapat juga terjadi perdarahan
retina dan koroid yang bisa menyebabkan
berkurangnya lapangan pandang. Miopi vaskular
koroid atau degenerasi makular miopia juga
merupakan konsekuensi dari degenerasi makular
normal dan ini disebabkan oleh pembuluh darah
yang abnormal yang tumbuh di bawah sentral
retina (Sidarta, 2003).
4.Glaukoma
Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%,
pada miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%.
Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stres akomodasi
dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.
5.Katarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan
bahwa pada orang dengan miopia, onset katarak muncul
lebih cepat (Sidarta, 2003).
Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi
berupa ablasio retina, perdarahan vitreum, perdarahan koroid
dan strabismus esotropia biasanya mengakibatkan mata
berkonvergensi terus-menerus.
Terima Kasih