Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
dr. Rizky Huryamin
PEMBIMBING:
dr. Yoseph Barata
PROGRAM INTERNSHIP
RSUD DR. R. SUDJONO SELONG
2016
Anamnesis
Nama lengkap
: An. N
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 3 tahun
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
:Alamat
: Jerowaru
Masuk RS tanggal : 26 September 2016
No RM
:-
Diagnosis masuk :
Disentri dengan dehidrasi ringan
sedang
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat makanan
Umur 0 6 bulan : ASI
Umur > 6 bulan : pasien mulai mendapat
makanan tambahan yaitu bubur Sun
s/d sekarang : makan nasi, lauk, kurang suka
makan sayur
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup
Anamnesis sistem
Serebrospinal
: Demam (+) 39oC
Kardiopulmoner : sianosis (-), denyut nadi 100x/menit
Respiratorius
: sesak (-), retraksi (-), nafas grokgrok(-)
Gastrointestinal : perut kembung (-), muntah (+)
Urogenital
: BAK (+) warna jernih kekuningan,
BAB cair (+)
Kesan : terdapat gangguan sistem serebrospinal,
gastrointestinal, dan urogenital.
Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum
Tanda utama
: Compos mentis
Nadi
: 100x/menit
Suhu badan
: 39,0C
Pernapasan
: 36x/menit
: torakoabdominal
Kesan
Tipe
Status Gizi
Berat badan
13 Kg
Tinggi badan
IMT: BB
13
Kg = 13,1
TB2 (0,97)2 m
Lingkar Kepala: 50 cm
Ratio:
Lingkar kepala
Lingkar dada
: 97
Lingkar dada : 51
50
51
14
cm
cm
cm = 0,98
cm
cm
kanan : 14
cm
Gambaran Umum
Kulit
: sianosis (-), ikterik (-)
Kelenjar limfe
: pembesaran limfonodi (-/-)
Otot
: eutrof
Tulang
: deformitas tulang (-)
Sendi
: normal
Kesan
Pemeriksaan khusus
Kepala
: Ukuran normocephal, rambut warna hitam,
lurus. Bentuk mesocephal Ubun-ubun sudah menutup
Mata
: mata cowong (+/+), air mata (+/+),
CA
(-/-), SI (-/-), reflek cahaya (+/+)
Hidung
: sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping
hidung (-/-)
Mulut
: mukosa bibir dan lidah kering (+), sianosis
(-)
Faring
: hiperemis (-), pseudomembran(-)
Gigi
: sudah tumbuh
Kesan :terdapat tanda-tanda dehidrasi
Abdomen
Inspeksi
: sejajar dinding dada, Distended (-), sikatrik
(-).
Auskultasi
: peristaltik meningkat (+)
Perkusi
: tympani
Palpasi
: Nyeri tekan (+), massa abnormal (-), turgor
kulit cepat kembali.
Hati (terangkan) : tidak teraba membesar
Limpa
: tidak teraba membesar
Anogenital
Ekstremitas
Kesan
Pada pemeriksaan abdomen terdapat
peningkatan peristaltic dan nyeri tekan
Parameter
WBC
5 Juni 2012
19,8 x103/uL
Nilai normal
4.0 10.0
Ket.
Tinggi
Lymph#
5,4
0.8 4.0
Tinggi
Mid#
0,8 x103/uL
0.1 0.9
Normal
Gran#
5,0x103/uL
2.0 7.0
Normal
Lymph%
44,3%
20.0 40.0
Tinggi
Mid%
7,3%
3.0 9.0
Normal
Gran%
60,2%
50.0 70.0
Normal
HGB
15,3,1 g/dL
11.0 16.0
Normal
RBC
4,96x106/uL
3.50 5.50
Normal
HCT
57%
37.0 54.0
Tinggi
MCV
103 fL
82.0 95.0
Tinggi
MCH
29,0 pg
27.0 31.0
Normal
MCHC
32,6 g/dL
32.0 36.0
Normal
RDW-CV
12,0%
11.5 14.5
Normal
RDW-SD
45,5 fL
35.0 56.0
Normal
PLT
195x103/uL
150 300
Normal
MPV
7,6 fL
7 11
Normal
PDW
16,0
15 17
Normal
PCT
0,148%
0.108 0.282
Normal
Pemeriksaan
Pemeriksaan
fisik
penunjang
- BAB cair > - Mata cowong (+/ - Darah lengkap:
5x
disertai
darah
+)
Leukositosis
lendir
>
3x
- Tidak
peristaltik
meningkat
mau
(+),
Daftar masalah
Resiko infeksi
Resiko dehidrasi
Rencana pengelolaan
1. Rencana tindakan
monitoring keadaan umum pasien
Infus Ringer Laktat 10 tetes/menit
Cek darah lengkap
2. Rencana penegakan diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fsik: keadaan umum
Pemeriksaan penunjang: Darah lengkap, pemeriksaan
elektrolit, pemeriksaan feses
Rencana terapi
Inj. Cefotaxime 2x 1gr i.v.
Inj. Ranitidin 3x1/2 amp
Inj. Ondansentron amp (Jika perlu)
Inf. Metronidazole 3 x 1/3
PO : L-Bio 2 x 1
Tablet Zinc 1 x 1
Rencana evaluasi
Keadaan umum
Tanda vital
Pemeriksaan darah lengkap
Rencana edukasi
Menjelaskan penyakit pasien kepada keluarga
Menjelaskan untuk selalu menjaga kebersihan diri,
rumah dan lingkungan
Memotivasi untuk kontrol paska perawatan di RS
DEFINISI
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
dys (gangguan) dan enteron (usus),
berarti radang usus yang menimbulkan
gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer
dengan volume sedikit, buang air besar
dengan tinja bercampur lender (mucus) dan
nyeri saat buang air besar (tenesmus).
ETIOLOGI
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu : (2)
Disentri basiler
Disentri ini disebabkan oleh Shigella,sp. Shigella
adalah basil non motil, gram negatif, famili
enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu
S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei.
Amoeba (Disentri amoeba),
Disentri ini disebabkan Entamoeba hystolitica.
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup
sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus
besar manusia.
Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk
trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.
Gejala Klinis
Disentri Basiler
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari.
Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu.
fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare
disertai demam yang mencapai 400 C. Selanjutnya diare
berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan
lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. (6)
Diagnosis
Disentri basiler
Perlu dicurigai adanya Shigellosis pada
pasien yang datang dengan keluhan nyeri
abdomen bawah, dan diare.
Pemeriksaan
mikroskopik
tinja
menunjukkan adanya eritrosit dan leukosit
PMN.
Untuk memastikan diagnosis dilakukan
kultur dari bahan tinja segar atau hapus
rektal
Disentri amuba
Pemeriksaan tinja sangat penting di mana tinja
penderita amebiasis tidak banyak mengandung
leukosit tetapi banyak mengandung bakteri.
Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan bila
ditemukan amoeba (trofozoit).
PEMERKSAAN PENUNJANG
DISENTRI AMOEBA
1. Pemeriksaan tinja PENTING !
. Biasanya tinja berbau busuk, bercampur
darah dan lendir.
.diperlukan
tinja
yang
segar.
Kadang
diperlukan
pemeriksaan
berulang-ulang,
minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya
dilakukan
sebelum
pasien
mendapat
pengobatan.
.Pada pemeriksaan tinja yang berbentuk
(pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista
karena bentuk trofozoit tidak akan dapat
ditemukan.
Disentri basiler
1. Pemeriksaan tinja. Pemeriksaan tinja secara
langsung terhadap kuman penyebab serta biakan
hapusan (rectal swab).
2. Enzim immunoassay mendeteksi toksin di tinja
pada sebagian besar penderita yang terinfeksi
S.dysentriae tipe 1 atau toksin yang dihasilkan
E.coli.
3. Sigmoidoskopi Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan pada stadium lanjut.
4. Aglutinasi terbentuk pada hari kedua, maksimum
pada hari keenam.
5. Gambaran endoskopi memperlihatkan mukosa
hemoragik yang terlepas dan ulserasi.
Antibiotika
1. Pilihan utama untuk Shigelosis (WHO)
Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari
dan
sulfametoksazol
50mg/kgBB/hari)
dibagi dalam 2 dosis selama 5 hari
2. Alternatif yang dapat diberikan:
. Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis
. Cefxime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
. Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV
atau IM
. Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis
KOMPLIKASI
a. Disentri amoeba
Komplikasi intestinal :
. Perdarahan usus.
. Perforasi usus.
. Peritonitis
. Ameboma. Intususepsi
. Penyempitan usus (striktura).
Komplikasi ekstraintestinal
. Amebiasis hati
. Abses pleuropulmonal
. Abses otak, limpa dan organ lain
. Amebiasis kulit.
b. Disentri basiler
Komplikasi ekstra intestinal disentri
seringnya kejadian ini dihubungkan dengan infeksi
S.dysentriae tipe 1 dan S.flexneri pada pasien
dengan status gizi buruk.
Komplikasi lain akibat infeksi S.dysentriae tipe 1
adalah haemolytic uremic syndrome (HUS).
Komplikasi intestinal
toksik megakolon, prolaps rectal dan perforasi juga
dapat muncul.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2008. Disentri. Diakses dari
http://id.wikipedia.org/ wiki/Disentri_Amuba.
2. Syaroni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler.
Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
3. Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri.
Diakses darI http://
portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed .
4. Simanjuntak C. H., 1991. Epidemiologi Disentri.
Diakses dari http://www.kalbe.co.id/fles/cdk.
5. Oesman, Nizam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi III. Jakarta : Fakultas kedokteran UI
6. Davis K., 2007. Amebiasis. Diakses dari
http://www.emedicine.com/ med/topic116.htm.
7. Kroser A. J., 2007. Shigellosis. Diakses dari
http://www.emedicine.com/ med/topic2112.htm