Professional Documents
Culture Documents
Martino
Kevin
Djojana
Fitry
Hardiyanti
Andi
Siti
Hardiyanti
Bodi
Eko
Febrianto
Karen
Aryan
Perdana
Raymon
Febriando
N
Paskalia
Endosetriani
R
Patricia
Hapsari
Jusuf
10
10
10
10
10
10
10
10
10
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
005
055
059
165
166
258
319
326
444
Skenario
Seorang perempuan datang ke bagian pendaftaran
Jenis-jenis anestesi
Anestesi lokal
tindakan pemberian obat yang mampu menghambat
konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada
bagian tubuh yang spesifik. kesadaran penderita tetap
utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat
(lokal) .
golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah
mengalami metabolisme dibandingkan golongan
amida. Contohnya: Tetrakin, Benzokain, Kokain, dan
Prokain. Senyawa amida contohnya adalah Dibukain,
Lidokain, Mepivakain dan Prilokain
Jenis-jenis anestesi
Anestesi regional
Metode pemberian Anestesi regional dibagi menjadi
dua, yaitu secara blok sentral dan blok perifer
1. Blok Sentral (Blok Neuroaksial).
Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu
anestesi Spinal, Epidural dan Kaudal
a. Anestesi Spinal
Anestesi spinal merupakan tindakan pemberian
anestesi regional ke dalam ruang subaraknoid.
b. Anestesi Epidural
Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan
menempatkan obat pada ruang epidural (peridural,
ekstradural)
Jenis-jenis anestesi
Anestesi regional
c. Anestesi Kaudal
Hiatus sakralis ditutupi oleh ligamentum
sakrogsigeal tanpa tulang yang analog dengan
ligamentum supraspinosum dan ligamentum
interspinosum. Ruang kaudal berisi saraf sacral,
pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura
2. Blok Perifer (Blok Saraf)
Anestesi regional dapat juga dilakukan dengan cara
blok perifer. Salah satu teknik yang dapat digunakan
adalah anestesi regional intravena.Melalui cara ini
saraf yang dituju langsung saraf bagian proksimal.
Sehingga daerah yang dipersarafi akan teranestesi
Jenis-jenis anestesi
Anestesi Umum
meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya
kesadaran yang bersifat reversibel. Anestesi umum
biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar
yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu
pengerjaan lebih panjang, misalnya pada kasus bedah
jantung,
pengangkatan
batu
empedu,
bedah
rekonstruksi tulang, dan lain-lain
N2O, halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan
desfluran
Obat emergensi
Nama
Berikan bila
Efedrin
(biasanya
bila
TD
sistol
<90
diberikan)
Sulfas atropin
Bradikardi (<60)
2 cc spuit
Aminofilin
bronkokonstriksi
5 mg/kgBB
Spuit 24mg/ml
Dexamethason
Reaksi anafilaksis
1 mg/kgBB
Spuit 5 mg/cc
Adrenalin
Cardiac arrest
Succinil cholin
Spasme laring
Pre Operatif
Persiapan Psikologi
Persiapan Fisiologi
Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar
Premedikasi
Tujuan
pasien tenang, rasa takutnya berkurang
Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan
pembedahan
Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
Menambah khasiat anestetika
Cara:
intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan,
Kriteria ASA
Kategori
I
II
Deskripsi pasien
Pasien sehat
Penyakit sistemik ringan
Mortality
(%)
0,06-0,08
0,3-0,4
fisik
Penyakit sistemik berat
Penyakit sistemik berat
1,8-4,3
7,8-23,4
menerus
Pasien dgn penyakit
berat akan meninggal
dlm 24jam apabila tdk di
op.
9,4-57
Stadium
disorientasi
- Induksi kesadaran hilang
- Nyeri () o.k bedah kecil
- Berakhir : refleks bulu mata hilang
Stadium 2 : stadium hipersekresi atau
eksitasi atau delirium
- Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----ventilasi teratur
- Terjadi depresi pada ganglia basalis
rx berlebihan bila ada rangsang
lanjutan
Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur
---- apneu, terbagi 4 plana :
Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal
- Pupil terfiksasi, miosis, Refleks cahaya (+),
Lakrimasi , Refleks faring dan muntah (-)
- Tonus otot mulai
Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal
- Volume tidal , Frekuensi nafas , Pupil :
terfiksasi ditengah, midriasis, Refleks
cahaya , Refleks kornea (-)
lanjutan
Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn
kelumpuhan saraf interkostal
- Lakrimasi (-), Pupil melebar dan sentral,
Refleks laring dan peritoneum (-)
- Tonus otot
Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak
adequat ok otot diafragma lumpuh ( tonus
otot tidak sesuai volume tidal),Tonus otot ,
Pupil midriasis
Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)
Stadium 4 : Stadium paralisis
- Disebut juga stadium kelebihan obat.
- Terjadi henti nafas sampai henti jantung
Cairan
Crystalloid (RL, NS, D5%)
Small molecules (< 8000 dalton)
Colloid (Albumin, Dextran, Hetastarch)
Large molecules (> 8000 dalton)
: 50 kg
: 25 tahun
: 8 jam
Cairan maintenence :
10 x 4 = 40
10 x 2 = 20
90 cc
30 x 1 = 30
Kebutuhan cairan pra operatif
90 x 8 = 720 cc
Jam I : x 720 = 360 cc
Jam II : x 720 = 180 cc
Jam III : x 720 = 180 cc
Monitoring
Hemodinamik
Cardiac monitor
Tekanan darah
Heart rate (denyut jantung)
Elektrokardiogram
Saturasi Oksigen
Urin output
Post operatif
Pasca Anestesi
1. ventilasi pulmonari
2. Mempertahankan sirkulasi
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit
4. Mempertahankan keamanan dan
kenyamanan
Recovery room
Pasang pengaman pada tempat tidur.
Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi
Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
Beri O2
Observasi adanya muntah.
Catat intake dan out put cairan
Manajemen Nyeri
Step 1 untuk nyeri ringan dengan skala nyeri (1-4):
Manajemen Nyeri
meliputi:
Akupuntur
Plasebo
Relaksasi
kesimpulan
Anestesi merupakan bagian penting dalam
menunjang kualitas pelayanan kesehatan terutama
dalam tindakan emergensi dan invasif. Oleh karena
perannya yang sangat vital manajemen anestesi
harus dilakukan sebaik mungkin dan tindakan
perioperatif dilakukan dengan baik dan sesuai
aturan yang berlaku
THANK YOU