Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Makanan kebutuhan pokok manusia
setiap saat untuk kelangsungan
hidup perlu pengelolaan baik dan
benar agar tidak menjadi media
perkembangbiakan kuman penyakit
atau media perantara penyebaran
penyakit
SANITASI MAKANAN (upaya
pengendalian faktor tempat,
peralatan, orang dan makanan yang
dapat atau mungkin dapat
menimbulkan gangguan kesehatan)
Penyebab :bakteri Staphylococcus
aureus, Vibrio cholera, E.coli dan
Salmonella. Bakteri E.coli
64 buruh pabrik
sepatu keracunan
makanan di
Semarang
TINJAUAN PUSTAKA
MAKANAN
pengangkutan,
sampai
siap
untuk
INTOKSIKASI DAN
KERACUNAN MAKANAN
Intoksikasi kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat
VS
Keracunan
makanantimbulnya
makanan.
repon psikofisiologis
tercemar
Makanan
oleh
yang
unsur-unsur
menjadi
fisika,
membahayakan
(Depkes
RI,
ETIOLOGI
Orang yang menangani
atau mengolah makanan
Others
?
MAKANAN
KALENG
Proses
pengalengan yang
kurang sempurna
dapat merangsang
timbulnya bakteri
Clostridium
botulinum.
MEKANISME
Tidak memasak
makanan hingga
matang (khususnya
daging dan olahan
daging lainnya).
Tidak menyimpan
bahan pangan yang
perlu disimpan pada
suhu di bawah 5 C
dengan benar.
Mengkonsumsi
makanan yang telah
disentuh oleh
seseorang yang
sedang mengalami
diare dan muntahmuntah.
Membiarkan makanan
matang pada suhu
ruang selama lebih
dari 1 jam.
Kontaminasi silang,
seperti meletakkan
makanan matang di
wadah yang sama
dengan daging
mentah.
MANIFESTASI
Sakit kepala, mual, muntah, keram pada perut dan diare
Pada botulisme, gejala yang muncul adalah berupa rasa lelah,
bingung, sakit kepala, muntah, diare, mual, dan indigesti akut yang
diikuti dengan konstipasi, pandangan berbayang, dan kesulitan
menelan serta berbicara
Konstriksi kerongkongan dan paralisis otot dapat terjadi pada fase
akhir, diikuti oleh kematian akibat kelemasan dan kekurangan
napas.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
1. Riwayat mengonsumsi
makanan tertentu yang
berisiko menimbulkan
keracunan dalam jangka
waktu tertentu sebelum
gejala muncul
2. Gejala yang dapat
muncul dapat berupa
gejala traktus
gastrointestinal, sistem
saraf maupun traktus
urinarius.
Pemeriksaan:
1. Pemeriksaan laboratorium dapat
dilakukan untuk menemukan
toksin pada spesimen dari serum,
feses dan aspirasi lambung atau
dari sampel makanan yang
dicurigai
2. Mouse bioassay Konfirmasi
botulisme
3. Pemeriksaan neurologi dan
pemeriksaan penunjang radiologi
dan neurologi dapat membantu
untuk menyingkirkan diagnosis
banding
TATALAKSANA
PERTOLONGAN PERTAMA
1) Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang
telah dicampur dengan telur mentah.
2) Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut
dalam setiap jamnya.
3) Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi
alternative jika norit tidak tersedia.
4) Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukkan jari
pada kerongkongan dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
5) Jika ternyata kondisi masih tidak berubah dalam beberapa jam sebaiknya segera ditangani oleh ahli
medis.
6) Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk
mendapatkan perawatan intensif.
7) Untuk dehidrasi yang parah, biasanya membutuhkan cairan pengganti langsung dari intravena.
8) Makanan yang baik dikonsumsi ketika keracunan makanan adalah pisang, nasi, apel, dan roti
TATALAKSANA(CONTD)
1. Tindakan emergency
Airway: bebaskan jala napas, kalau perlu lakukan intubasi
Breathing: berikan pernapasn buatan bila penderita tidak
bernapas spontan atau pernapasan tidak adekuat.
Circulation: pasang infuse bila keadaan penderita gawat dan
perbaiki perfusi jaringan
tepung dan biji menurut lama penyimpanannya <3 hari 25C, <1
minggu 25C, 1 minggu 25 C (Mukono, 2000).
KOMPLIKASI
Kejang
Koma
Henti jantung
Henti napas
Syok