Professional Documents
Culture Documents
Identitas
Nama
: Ny. KR
Usia
: 30 Tahun
No MR
: 136384
Anamnesis:
Seorang pasien wanita, datang ke IGD RSUD Embung Fatimah
Batam tanggal 10 September 2016 jam 19.20 WIB.
Keluhan
Utama
Riwayat
Penyakit
Dahulu
Status Present
Status Genaeralis
Kesadaran
TD
HR
RR
Suhu
Berat badan
Compos Mentis
140/90 mmHg
84x/menit
22x/menit
36,5C
63 kg
Status Present
PemeriksaanFisik
Kepala
Leher
Dada
Simetris
retraksi (-/-)
Jantung : S1S2 murni reguler, murmur(-)
Paru
: sonor, Vesikuler ki=ka
Abdomen
Bentuk cembung
Terlihat kassa dengan plaster di regio quadran kanan bawah.
Soepel (+)
NT (-)
Timpani seluruh region abdomen (+)
BU (+)
Ekstremitas
akral hangat
sianosis (-)
Status Present
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Leukosit
5.7 103/uL
Eritrosit
3.8 106/uL
Hemoglobin
13.6 %
Trombosit
150 103/uL
Golongan darah
AB
Rhesus factor
63
TSH
0,01
T3
10,00
T4
320,0
LAPORAN ANESTESI
Preoperatif
Informed consent (+)
Puasa sekitar 6-8 jam
Tidak terdapat gigi goyang dan pemakaian gigi palsu
IV Line terpasang dengan infus RL 500 cc, mengalir lancar
KU
Kesadaran
compos mentis
TD
130/90
RR
20X/menit
Nadi
85x/menit
Suhu
36,60C
Premedikasi Anestesi
Diberi Ondansentron 4 mg dan dexamethason
10 mg secara IV
TindakanAnestesi
posisi pasien
duduk, kepala
menunduk
menentukan
lokasi
penyuntikkan di
L3-L4
tindakan asepsis
dan antisepsis
penyuntikkan di
titik yg sudah
ditandai dgn
jarum spinal no.
27 G
jarum spinal
dilepaskan
hingga tersisa
kanulnya
Suntikan obat
anestesi (fentanyl
50mcg
Bupivakain 20
mg)
aspirasi utk
memastikan
kanul spinal
masih ttap di
ruang
subarachnoid
pastikan LCS yg
jernih mengalir
melalui kanul
(ruang
subarachnoid)
Setelah
disuntikkan
setengah
volumenya
kembali
dilakukan
tindakan aspirasi
LCS untuk
memastikan
kanul tdk
bergeser, lalu
disuntikkan
semua
luka bekas
suntian ditutup
dengan plester
pasien
dibaringkan di
meja operasi
Tindakan
TD
Nadi
Saturasi
09.00
136/88
102
99
09.20
Operasi dimulai
127/81
100
99
113/74
96
100
09.30
09.40
Diberikan oxytocin
84/61
110
100
09.50
101/73
123
99
Laporan Anestesi
Diagnosis Pra Bedah
G2P2A0H1 usia kehamilan37
minggu dengan hypertiroid
Penatalaksanaan Preoperasi
Infus RL 500 cc
Penatalaksaan Anestesi
Jenis pembedahan
section caesaria
Jenis anestesi
regional anestesi
Teknik anestesi
Mulai anestesi
09.10 WIB
Mulai operasi
09.20 WIB
Premedikasi
Ondansentron 4 mg Dexamethason 10 mg IV
Medikasi
Bupivakain 20 mg
Medikasi tambahan
Maintainance
Respirasi
pernapasan spontan
Cairan durante op
RL 500 cc
Selesai operasi
10.00 WIB
Post Operatif
Pasien masuk ke ruang ICU
Pra Anestesi
DX
GCS
E4 M6 V5 = 15 Composmentis
TD
(-)
82 x/m
BB
Paru, jantung,
abdomen
Lab
ASA
Puasa
Jenis anestesi
63 kg
DBN
DBN
2
6 jam
RA
TINJAUANPUSTAKA
DEFINISI
DIAGNOSIS
Pada hipertiroid diagnosis dapat ditegakkan dengan
manifestasi klinis yang ada dan beberapa pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan T3, T4, dan TSH.
Manifestasi klinis dari hipertiroid dapat dilihat
berdasarkan indeks Wayne dan New Castle.
Gejala dan tanda hipertiroid tampak pada tabel dalam
penilaian dengan indeks Wayne.
Hasil penilaian dengan indeks Wayne
< 11 eutiroid
11-18 normal
>19 hipertiroid.
Gejala Subyektif
Angka
Tidak
Dispnoe deffort
+1
Tiroid Teraba
+3
-3
Palpitasi
+2
Bising tiroid
+2
-2
Lelah
+2
Eksoftalmus
+2
-5
Lid Retraction
+2
Tahan dingin
+5
Lid Lag
+1
Keringat banyak
+3
Hiperkinesis
+4
-2
Nervous
+2
Tangan panas
+2
-2
Tangan basah
+1
Nadi
+3
<80x/menit
-3
-3
80-90 x/menit
-3
>90 xmenit
+3
+3
pemeriksaan
penunjang
pemeriksaan
EKG
Sinus takikardi
Atrial Fibrilation (sering pada pasien usia
tua)
Complete heart block (jarang ditemukan)
Pemeriksaan
radiologi
nuklir
PENATALAKSANAAN
propylthiouracil
(PTU)
Methimazole
iodine radioaktif
Indikasi
tiroidekto
mi
Persiapan
tiroidekto
mi
Intra
operatif
Post
operatif
REGIONALANESTESIA
Jenis anestesia
Anestesia
regional
jenis-jenis
anestesia
regional
anestesia umum
anestesia lokal
anestesia regional
tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara
menyuntikan obat anestika lokal pada lokasi
serat saraf yang menginervasi region terntentu,
yang menyebabkan hambatan konduksi impuls
aferen yang bersifat temporer
Blok saraf
Blok fleksus brakhialis
Blok spinal sub arakhnoid
Blok spinal epidural
Blok regional intravena
Anastesia Spinal
Anastesia spinal merupakan bagian dari anastesia regional yang
terdiridariblok spinal sub arakhnoid & blok spinal epidural
Blok spinal menghasilkan blokade sistem saraf simpatis, analgesia/
anastesia sensorik & blokade motorik yg bergantung pada dosis,
konsentrasi/ volum anastetika lokal setelah pemberian melalui jarum plana
ke neuroaksial.
Anastesia spinal & epidural terkenal mampu menumpulkan tanggapan
thdp stress terhadap pembedahan, menurunkan kehilangan darah
intraoperatif, menurunkan kejadian tromboemboli pascabedah dan
menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien-pasien yang beresiko
tinggi.
Kekurangan tekhnik ini terutama di periode awal penggunannya adalah
risioko toksisitas kepada sel saraf dan sistemik
Persiapan
TataCara
Pasang peralatan monitor yang diperlukan
Atur posisi pasien, sesuai dengan indikasi
Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau
alcohol
Lakukan pungsi lumbal dengan jarum spinal pada
celah interspinosum L2-3, L3-4 atau L4-5 sampai
keluar cairan cerebrospinal.
Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum
spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit
berisi obat anastetik lokal dan obat dimasukan
pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi aspirasi
sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum
tetap baik.
Indikasi
Kontra
Indikasi
Relatif
Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat, syok
Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
Tekanan intrakranial meninggi
Fasilitas resusitasi minim
Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan
anestesia
Posisi pasien
duduk
Tengkurap
lateral dekubitus
Tinggi badan
Berat badan
Anatomi
kolumna
vertebralis
Tempat
penyuntikan
Kecepatan
penyuntikan
Berat jenis
Konsentrasi
larutan
Manuver
valsava
Sistem
Respirasi
Gastrointesti
nal
Traktus
Urinarius
Metabolik
dan
Sistem
Endokrin