You are on page 1of 32

MOBILISASI DANA

KESEHATAN
C

KELOMPOK 7
HANA AZ ZAHRA
113216015
PUTRI WULANDARI SUWADJI
113216016

LATAR BELAKANG
Status kesehatan penduduk Indonesia setelah pembangunan kesehatan selama tiga
decade lalu mengalami kemajuan yang cukup pesat. Namun, masih jauh tertinggal
dibanding status kesehatan penduduk negara-negara tetangga.
Masalah pendanaan kesehatan di Indonesia semakin mendapat perhatian yang
besar dari berbagai pihak, baik pemerintah Indonesia, organisasi donor bilateral
maupun multirateral, dan masyarakat sendiri. Krisis ekonomi telah mengundang
banyak pihak memikirkan pencapaian akses, serta status kesehatan.
Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai masalah-masalah pendanaan
kesehatan di Indonesia dan upaya untuk menanggulangi masalah tersebut.

DEFINISI

PEMBIAYAAN
KESEHATAN
2015

MASALAH

DANA
KESEHATA
N

ASURANSI

ALTERNATIF

DEFINISI
C

DEFINISI PEMBIAYAAN
KESEHATAN
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dari batasan ini segera terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari dua
sudut yakni :

Penyedia
Pelayanan
Kesehatan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan


dari sudut penyedia pelayanan (health
provider) adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan

Pemakai Jasa
Pelayanan

Yang dimaksud dengan biaya kesehatan


dari sudut pemakai jasa pelayanan
(health consumer) adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan.

MASALAH
C

MASALAH-MASALAH KONSEPTUAL
PENDANAAN KESEHATAN DI INDONESIA
TARIF TERJANGKAU
1. Besarnya tariff terjangkau sangat subjektif dan ditetapkan pada umumnya
berdasarkan kesepakatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atas usul
Dinas Kesehatan.
2. Konsep terjangkaumengandung arti mampu dibayar oleh pengguna, yang
cocok untuk suatu barang atau jasa yang kebutuhannya dapat diprediksi atau
yang jumlah pengeluarannya dapat diprediksi.
3. System pembayaran pelayanan kesehatan yang ditetapkan pemerintah adalah
system pembayaran jasa perpelayanan.
4. Meskipun belakangan sudah diperkenalkan tariff yang dihitung atas dasar
ability to pay (ATP) dan willingness to pay (WTP), permasalahan tariff
terjangkau masih belum selesai karena sifat kebutuhan yang tidak pasti.

MASALAH-MASALAH KONSEPTUAL
PENDANAAN KESEHATAN DI INDONESIA
PENDANAAN FASILITAS
Untuk masa lebih dari setangah abad, pendanaan pelayanan kesehatan dilakukan secara
sederhana dengan menyediakan fasilitas kesehatan, menyediakan tenaga kesehatan dan
menyediakan perlengkapan.
Paham ini bersumber dari model National Health Service di Inggris di mana pemerintah
memperlakukan pelayanan kesehatan sebagai hak setiap penduduk (yang Indonesia telah
pula mencanangkannya dalam amandemen UUD 1945 tahun 2000 yang lalu).
Model pelayanan kesehatan nasional di Inggris memberikan akses pelayanan kesehatan
Cuma-Cuma kepada semua penduduk, baik yang bersifat pelayanan maupun obat-obatan.
Sayangnya, dalam meniru model Inggris, Indonesia tidak memiliki atau tidak mau
menyediakan jumlah besar dana yang mencukupi. Maka, jalan tengah yang dilakukan
adalah memberikan pelayanan kesehatan dengan tariff subsidi.

MASALAH-MASALAH KONSEPTUAL
PENDANAAN KESEHATAN DI INDONESIA
PEMAHAMAN KESEHATAN SEBAGAI KONSUMSI BELAKA
Pemahaman pemerintah Indonesia tentang pentingnya peran kesehatan untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusa masih belum terwujud. Ini terlihat dari tidak
adanya peningkatan.
SALAH PAHAM KONSEP PUBLIC DAN PRIVATE GOODS
Konsep yang disampaikan menyangkut tanggung jawab pendanaan kesehatan pemerintah
yang umumnya disampaikan pesan bahwa pemerintah hanya bertanggung jawab
membiayai program public goods (barang public) dan program private goods (barang
swasta) untuk orang miskin.
Penjelasan pejabat tentang pemerintah yang hanya bertanggung jawab terhadap pelayanan
barang public menunjukkan pemahaman yang keliru tentang barang public dan barang
swasta.

ALTERNATIF
C

ALTERNATIF SISTEM PENDANAAN


MELALUI MEKANISME ASURANSI SOSIAL
MODEL ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI BEBERAPA NEGARA
Asuransi sosial dibangun atas prinsip dasar yang umumnya mencakup kepersertaan
yang bersifat wajib, paket jaminan kesehatan sama ( relative sama, ekuitas yang
egaliter), dan iurannya proporsional terhadap pendapatan atau penghasilan .
Asuransi social dilihat berdasarkan :
1. PERUNDANG-UNDANGAN
2. CAKUPAN PESERTA
3. SUMBER PENDANAAN
4. MANFAAT (BENEFITS)
5. BADAN PENYELENGGARAN

Contoh

AMERIKA

AUSTRALI
A

CINA

KOREA
SELATAN

VIETNAM

MALAYSIA

FILIPINA

AMERIKA : sistem asuransi sosial diinisiasi oleh berbagai negara bagian dengan
jaminan terbatas berupa manfaat tunai jika peserta sakit
AUSTRALIA : mengawali asuransi kesehatan sosial bagi penduduknya pada tahun
1944 dengan jaminan manfaat tunai bagi yang sakit
CINA : diwajibkan mengikuti asuransi kesehatan pada tahun 1978
KOREA SELATAN : mulai melaksanakan program asuransi kesehatan sosial pada
tahun 1961 dengan mengeluarkan undang-undang Asuransi Kesehatan
VIETNAM : mulai meluncurkan undang-undang asuransi kesehatan sosial tahun
1961 yang diperbarui tahun 1995.
MALAYSIA : tidak megembangkan asuransi kesehatan sosial, tetapi mengambil pola
Inggris dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang relative gratis untuk
seluruh penduduknya.
FILIPHINA : mengeluarkan undang-undang asuransi kesehatan sosial tahun 1954
dan diamandemen tahun 1997 dengan mengembangkan program Asuransi
Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Philippine Health Insurance
Corporation (PhilHealth) yang bersifat nirlaba.

ASURANSI
KESEHATAN
NASIONAL
C

ASURANSI KESEHATAN
NASIONAL
Sistem pendanaan kesehatan di Indonesia kini menderita penyakit kronis dan
masyarakat Indonesia dapat menjadi miskin jika saja ada satu atau lebih anggota
keluarganya dirawat di rumah sakit, meskipun di RS pemerintah.
Dalam kondisi seperti ini, skema asuransi sosial yang bersifat wajib dan didanai dari
iuran yang proporsional terhadap penghasilan (presentase upah, dan pasti
terjangkau semua pihak) merupakan solusi terbaik.
DPR telah menyetujui pada tanggal 28 September 2004 yang tercantum pada
undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan telah diundangkan oleh
presiden tanggal 19 Oktober 2004.
Berikut beberapa alternative terpilih :
1. Alternative Penyelenggaraan, Suatu Analisis
2. Rancangan Jaminan/Asuransi Kesehatan Nasional Indonesia

RINGKASAN UNTUK SUBSISTEM


JKN
Dasar pertimbangan utama perluasan JKN adalah rendahnya cakupan asuransi
kesehatan di Indonesia jika dibandingkan dengan cakupan asuransi kesehatan di
negara tetangga.

TUJUAN DAN MANFAAT


Perluasan program Jaminan/Asuransi Kesehatan Nasional (JKN) dalam SJSN bertujuan
untuk memperluas cakupan penduduk yang memiliki jaminan kesehatan yang
memenuhi kebutuhan dasar medis, tanpa membedakan status ekonomi penduduk.
Dengan pemenuhan kebutuhan dasar medis, penduduk akan dengan tenang
melakukan kegiatan produksinya setiap hari (belajar dan bekerja) sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan pendapatan negara melalui pajak penghasilan atau
pajak penjualan hasil produksi penduduk tersebut.

PRINSIP DASAR JKN


Penyelenggaraan JKN dilaksanakan berdasarkan prinsip asuransi sosial yang
menjamin solidaritas luas di antara berbagai kelompok penduduk, penerapan dan
penyelenggaraan yang akuntabel, transparan, dan responsive.
Untuk menjamin semua penduduk turut serta, maka seluruh pemberi kerja
diwajibkan mendaftarkan tenaga kerja dan anggota keluarganya ke BPJS yang
menyelenggarakan JKN dan sekaligus membayar iuran secara rutin ke rekening
BPJS tersebut.
Besaran iuran diperkirakan antara 5-6 persen dari gaji/upah yang ditanggung
bersama antara pemberi kerja dan tenaga kerja

PRINSIP DASAR JKN

PEMBIAYAAN
KESEHATAN TAHUN
2015
C

PEMBIAYAAN KESEHATAN
TAHUN 2015
Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat.
Anggaran kesehatan adalah anggaran kesehatan yang pembiayaannya bersumber
dari anggaran pemerintah.

PEMBIAYAAN KESEHATAN TAHUN 2015


Anggaran Kementerian Kesehatan

PEMBIAYAAN KESEHATAN
TAHUN 2015
Gambar diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan alokasi dan realisasi
anggaran Kementerian Kesehatan dalam tujuh tahun terakhir. Pada tahun 2009
Kementerian Kesehatan RI memiliki alokasi anggaran sebesar 20,93 trilyun rupiah
dengan realisasi 18,05 trilyun rupiah dan persentase realisasi sebesar 86,11%,
jumlah tersebut meningkat dari tahun ke tahun, dan pada tahun 2015 menjadi 54,3
trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 48,9 trilyun rupiah sehingga persentase
realisasi sebesar 89,91%.

PEMBIAYAAN KESEHATAN
TAHUN 2015
Dari keseluruhan alokasi anggaran Kementerian Kesehatan yang sebesar 54,3
trilyun rupiah, sebanyak 20,36 trilyun rupiah atau sebesar 38% nya merupakan
dana untuk peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) pada Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Dana tersebut diwujudkan melalui anggaran belanja bantuan sosial (Bansos)
Kementerian Kesehatan. Selain itu, 40% anggaran Kementerian Kesehatan lainnya
dialokasikan untuk belanja pegawai, 14% lainnya merupakan belanja modal, dan
sisanya sebesar 8% digunakan untuk belanja barang.

PEMBIAYAAN KESEHATAN TAHUN 2015


Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian MDGs bidang kesehatan
tahun 2015

PEMBIAYAAN KESEHATAN
TAHUN 2015
Dari gambar di atas dapat diketahui provinsi yang memiliki penyerapan dana BOK
tertinggi yaitu Provinsi Bali sebesar 99,57% dan Provinsi Kalimantan Timur memiliki
penyerapan terendah sebesar 91,35%.

PEMBIAYAAN KESEHATAN
TAHUN 2015
Peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2015 terdiri dari peserta PBI yang berjumlah
98.999.228 jiwa dan peserta non PBI yang berjumlah 57.791.059 jiwa. Peserta PBI
terdiri dari peserta dengan iuran bersumber dari APBN sebanyak 87.828.613
peserta dan yang bersumber dari APBD berjumlah 11.170.615 peserta. Sedangkan
peserta non PBI terdiri atas pekerja penerima upah yang berjumlah 37.862.522
peserta, pekerja bukan penerima upah yang berjumlah 14.961.768 peserta, dan
bukan pekerja yang berjumlah 4.966.769 peserta.

PEMBIAYAAN KESEHATAN
TAHUN 2015
Menurut proporsinya, jumlah peserta BPJS Kesehatan tertinggi pada tahun 2015
yaitu segmen peserta PBI APBN sebesar 56,02%, disusul kemudian oleh segmen
peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) sebesar 24,15%, dan segmen peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah (PBPU) sebesar 9,54%. Proporsi jumlah peserta BPJS
Kesehatan terendah yaitu dari segmen peserta Bukan Pekerja (BP) sebesar 3,17%.
Proporsi jumlah peserta BPJS Kesehatan per 31 Desember 2015 menurut segmen
peserta dapat dilihat pada gambar berikut.

KESIMPULAN
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Masalah-masalah konseptual di Indonesia yaitu mengenai tariff terjangkau, pendanaan fasilitas,
pemahaman kesehatan sebagai konsumsi belaka dan salah paham mengenai konspe public and
privat goods.
Pendanaan kesehatan yang egaliter melalui sistem APBN atau sistem National Service. Alternative
paling rasional dan viable (dapat diandalkan untuk jangka panjang dan berkelanjutan) adalah dengan
mekanisme asuransi sosial.
DPR telah menyetujui pada tanggal 28 September 2004 yang tercantum pada undang-undang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan telah diundangkan oleh presiden tanggal 19 Oktober 2004.
Alokasi anggaran kesehatan yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 sebesar
54,3 trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 48,9 trilyun rupiah. Besar alokasi maupun realisasi
anggaran tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014, yaitu alokasi sebesar 50,4
trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 47,6 trilyun rupiah.

TERIMAKASIH
C

ADA PERTANYAAN?

You might also like