You are on page 1of 28

TINDAKAN

TRAKEOSTOMI

DOKTER PEMBIMBING:
D R . TA N T R I K U R N I AWAT I , S P T H TKL
H E L G A VA L E N T I N E K A P I SS A
112016080

ANATOMI TRAKEA

DEFINISI
Tindakan membuat lubang pada trakea dengan membuka dinding
depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara
dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas

SEJARAH

Telah dilakukan selama >2.000 tahun.

Pertama kali tertulis dalam Rig Veda, kitab suci umat Hindu 2000 SM.

Tahun 1620 Habicot menerbitkan buku pertama tentang trakeostomi.

Pada tahun 1800-an menjadi populer karena dapat menyelamatkan pasien difteri.
Pada saat itu ada dua cara, metode letak tinggi dan kedua metoda letak rendah.

Sampai tahun 1900-an trakeostomi hanya dilakukan pada pasien yang hampir
meninggal dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Sikap terhadap tindakan trakeostomi ini berubah ketika Chevalier Jackson pada
tahun 1909 menggambarkan teknik trakeostomi moderen. Jackson kemudian
menggambarkan bahwa tingginya kerusakan dan stenosis pada laring dan trakea
yang dihubungkan dengan tindakan trakeostomi letak tinggi dalam artikelnya
pada tahun 1921 yang berjudul High Tracheotomy and Other Errors: The Chief
Cause of Chronic Laryngeal Stenosis.

TERMINOLOGI
Tracheotomy berasal dari bahasa Yunanai, dari kata trachea dan tome
(memotong). Tracheostomy juga berasal dari bahasa Yunani, stome
(membuka atau mulut) jadi istilah trakeostomi (tracheostomy)
menunjukkan lobang atau stoma permanen yang dibuat pada trakea dan
kulit tersebut

INDIKASI TRAKEOSTOMI
- Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring.
- Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah
rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh
oksigen yang dihirupnya akan masuk ke paru. Tidak ada yang tertinggal di ruang
rugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas
vitalnya berkurang.
- Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat
mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam koma.
- Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan).
- Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas
untuk bronkoskopi

TEKNIK TRAKEOSTOMI
1. Trakeostomi emergensi
2. Trakeostomi elektif

TEKNIK TRAKEOSTOMI
Trakeostomi emergensi
Trakeostomi emergensi relatif jarang dilakukan , dan penyebab yang sering adalah obstruksi
jalan nafas atas yang tidak bisa diintubasi. Anoksia pada obstruksi jalan nafas akan
meyebabkan kematian dalam waktu 4-5 menit dan tindakan trakeostomi harus dilakukan
dalam 2-3 menit. Teknik insisi yang paling baik pada trakeostomi emergensi adalah insisi
kulit vertikal dan insisi vertikal pada cincin trakea kedua dan ketiga. Insisi vertikal ini lebih
baik karena lebih mudah dilakukan dan lebih cepat, dimana insisi kulit vertikal dapat
langsung diteruskan dengan cepat menuju jaringan lemak subkutan, fasia servikal dalam
pada garis tengah yang relatif avaskuler

TEKNIK TRAKEOSTOMI
Trakeostomi elektif
1.

Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk
diekstensikan pada persendian atalanto oksipital.

2.

Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril.

3.

Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi.

4.

Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal
atau sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa
suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit,
dibuat kira-kira 5 cm

5.

Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis
dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan
susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih.

6.

Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas
supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua
tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda
tepinya dan disisihkan ke lateral.

7.

Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.

8.

Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan
akan terasa ringan waktu ditarik.

9.

Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam.

10. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada
leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.

TEKNIK TRAKEOSTOMI

INSISI TRAKEA PADA TRAKEOSTOMI


Ada beberapa cara insisi yang diperkenalkan :
1. Insisi vertikal
2. Insisi U atau U terbalik,
3. Insisi palang,
4. Insisi horizontal
5. Insisi bulat.

INSISI VERTIKAL

Paling banyak digunakan.

Digunakan bila tindakan


trakeostomi hanya
dipertahankan selama
beberapa minggu.

Teknik ini cocok untuk anakanak yang membutuhkan


trakeostomi jangka panjang
sehingga tidak
mengganggu pertumbuhan
trakeanya.

INFERIORLY BASED FLAP/ U TERBALIK/ FALP BJORK

Diperkenalkan pertamakali
oleh Bjork (1960).

Ada 2 cara insisi yaitu insisi


horizontal dan insisi
vertikal.

Insisi horizontal dibuat pada


dinding anterior trakea
yaitu pada cincin trakea ke
2-3, ke 3-4 atau 5-6.

INSISI PALANG (STARPLASTY)


Insisi ini dibuat berdasarkan geometri Z
plasty 3 dimensi.
Pertama dibuat insisi berbentuk huruf X
pada kulit dan kemudian dilanjutkan dengan
insisi berbentuk + pada trakea diikuti
dengan pejahitan jabir ke sekelilingnya
Cara ini diindikasikan pada trakeostomi
jangka panjang (untuk pasien dengan
kelainan neurologis) dan permanen.
Penelitian menunjukkan bahwa teknik ini
dapat mencegah stenosis trakea dan kolaps
pada dinding anterior trakea.
Satu-satunya kekurangan dari teknik ini
adalah adanya fistula trakeokutan yang
membutuhkan rekonstruksi, meskipun
sebagian kecil bisa menutup spontan

KANUL TRAKEOSTOMI
1. Kanul dengan Cuff
Kanul ini diindikasikan suction Tekanan udara dalam cuff dipertahankan 20-25 mmHg.
Jika tekanan cuff lebih tinggi dapat menekan kapiler, menyebabkan iskemia mukosa
dan stenosis trakea.
Jika tekanan cuff lebih rendah dapat menyebabkan mikroaspirasi dan meningkatkan
pneuomonia nosokomial.
Komplikasi dari kanul tipe ini adalah adanya gangguan menelan karena balon akan
menghalangi elevasi laring saat proses menelan sehingga tidak ada proteksi dari
aspirasi sekret.

KANUL DENGAN CUFF


CUFF
VOLUME TINGGI
TEKANAN RENDAH

CUFF BUSA (FOAM CUFF)

KANUL DENGAN CUFF


C U F F YA N G M E N E M P E L PA D A B O D I
KA NUL (TIGHT TO SHAFT CUFF)

CUFF DENGAN
A L AT B A N T U
SUCTION
( S U C T I O N P O RT )

KANUL TRAKEOSTOMI

2.

Kanul tanpa cuff

Biasanya digunakan untuk pasien


yang tidak membutuhkan ventilasi
tekanan positif jangka lama, tidak
adanya resiko aspirasi seperti pada
pasien yang mengalami kelumpuhan
pita suara, tumor kepala dan leher,
gangguan neuromuskular, anakanak dan neonatus.

KANUL TRAKEOSTOMI
3 . F E N E S T RAT E D T U B E S

Kanul ini mempunyai lobang


tunggal atau multiple pada
lengkungan kanul. Kanul ini
tersedia dengan atau tanpa
balon

4. EXTENDED TUBE TRACHEOSTOMY

Kanul ini lebih panjang. Biasanya digunakan pada


pasien dengan pembesaran kelenjar tyroid atau
pasien yang mengalami penebalan jaringan
lunak leher, trakeomalasia, stenosis trakea
pada level yang rendah, khypoidosis. Kanul ini
tersedia dengan atau tanpa anak kanul.

UKURAN KANUL BERDASARKAN USIA DAN DIAMETER DALAM KANUL

ALAT-ALAT
Spuit yang berisi obat analgesia (novokain)
Pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam
Kanul trakea dengan ukuran sesuai umur, kanul luar dan dalam
Jenis kanul
Logam : perak tipe Holinger dan Jackson
Plastik : silicon, PVC (Shiley, portex) silastik (Argyle, Bivona).

KANUL
Tujuan pemasangan
1. Jalan nafas adekuat
2. Membantu pemakaian ventilator bertekanan positif
3. Menutup trakea mencegah aspirasi
4. Memudahkan penghisapan lendir

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Sebelum membuat lubang pada trakea pastikan bahwa yang akan
dipotong adalah trakea
2. Insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan
mencegah terjadinya emfisema kulit.
3. Ukuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea dan panjang
yang sesuai.

PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI


1.

Evaluasi jalan nafas : lancer/tidak, perdarahan, emfisema subkutis

2.

Rontgen servikal dan dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi misalnya
pneumothoraks

3.

Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi dan analgetik untuk mengurangi nyeri

4.

Sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu
segera dimasukkan lagi.

5.

Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di
bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis.

6.

Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.

KOMPLIKASI
KO M P L I K A S I D I N I YA N G
SERING TERJADI:

1. Perdarahan

KOMPLIKASI LANJUT

2. Pneumothoraks

1. Perdarahan lanjutan
pada arteri inominata

3. Aspirasi

2. Infeksi

4. Henti jantung sebagai


rangsangan hipoksia
terhadap respirasi

3. Fistula trakeoesofagus

5. Paralisis saraf rekuren

4. Stenosis trakea

You might also like