You are on page 1of 22

Help Seeking Behavior

Pada Korban Bullying


Oleh:
Dewi Padma Suryani (1401263)
PEMBAHAS
AN

Latar belakang
Das Sein (realita)
Das solen (ideal)

Pembahasan variabel
Dinamika permasalahan

Referensi penelitian sebelumnya


Daftar pustaka
Latar belakang
Maraknya kasus bullying dan rendahnya perilaku mencari
bantuan
Penelitian dari Yayasan Semai Jiwa Aminin (SEJIWA)
diketahui bahwa tidak ada satupun sekolah di Indonesia yang
bebas dari tindakan kekerasan. SEJIWA dan Plan Indonesia
melakukan survey yang melibatkan sekitar 1500 orang siswa
pelajar SMP dan SMA di 3 kota besar, yaitu Jakarta,
Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2008. Survei
menunjukkan bahwa 67,9% pelajar Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SMP)
pernah melalukan tindak kekerasan. Kekerasan yang
dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat
SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi
kekerasan berupa pengucilan.
Latar belakang
Dewasa ini problem psikologis dan interpersonal semakin
banyak dialami individu, namun seringkali tidak diiringi
dengan keinginan dan upaya untuk mencari bantuan dari
ahlinya (Corrigan, 2004). Hanya 1/3 dari seluruh penderita
gangguan mental yang mencari bantuan psikologis di layanan
kesehatan mental profesional (Andrews dkk, 1999). Konseling
bahkan dianggap sebagai sebagai keputusan terakhir dan
dilakukan apabila sudah tidak ada pilihan untuk mengatasi
masalah (Hinson dan Swanson, 1999, Maniar dkk, 2001).
Data
Berdasarkan penelitian dari Yayasan Semai Jiwa Aminin (SEJIWA) diketahui
bahwa tidak ada satupun sekolah di Indonesia yang bebas dari tindakan
kekerasan. SEJIWA dan Plan Indonesia melakukan survey yang melibatkan
sekitar 1500 orang siswa pelajar SMP dan SMA di 3 kota besar, yaitu Jakarta,
Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2008. Survei menunjukkan bahwa
67,9% pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah
Lanjutan Pertama (SMP) pernah melalukan tindak kekerasan. Kekerasan
yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan
43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan berupa
pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan
terakhir kekerasan fisik (memukul). Selanjutnya berdasarkan data laporan
kasus yang masuk ke Komnas per November 2009 setidaknya terdapat 98
kasus kekerasan fisik, 108 kekerasan seksual dan 176 kekerasan psikis pada
anak yang terjadi di lingkungan sekolah (dalam Reni, 2015)
Sementara di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
menyatakan bahwa tahun 2013 setidaknya terdapat 2,339 kasus
kekerasan fisik, psikologis dan seksual terhadap anak, dimana 300
diantaranya adalah kasus bullying.
Menurut hasil penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) dibeberapa
negara berkembang menunjukkan bahwa 30 50 % yang berobat ke
sarana pelayanan kesehatan umum ternyata menderita gangguan atau
masalah kesehatan yang berlatar belakang mental emosional. Oleh
karena itu, diperlukan suatu tindakan atau intervensi untuk menangani
masalah kesehatan mental tersebut secara dini.
Hanya 1/3 dari seluruh penderita gangguan mental yang mencari
bantuan psikologis di layanan kesehatan mental profesional (Andrews
dkk, 1999). Konseling bahkan dianggap sebagai sebagai keputusan
terakhir dan dilakukan apabila sudah tidak ada pilihan untuk mengatasi
masalah (Hinson dan Swanson, 1999, Maniar dkk, 2001).
DAS SEIN (REALITA)

Dewasa ini problem psikologis dan interpersonal


semakin banyak dialami individu, namun seringkali
tidak diiringi dengan keinginan dan upaya untuk
mencari bantuan dari ahlinya (Corrigan, 2004).
Hanya 1/3 dari seluruh penderita gangguan mental
yang mencari bantuan psikologis di layanan
kesehatan mental profesional (Andrews dkk, 1999).
Konseling bahkan dianggap sebagai sebagai
keputusan terakhir dan dilakukan apabila sudah tidak
ada pilihan untuk mengatasi masalah (Hinson dan
Swanson, 1999, Maniar dkk, 2001).
DAS SEIN (REALITA)

Alasan yang mungkin untuk menghindari bantuan


adalah bahwa banyak orang melihat pencarian
bantuan sebagai sebuah pengakuan bahwa mereka
tidak dapat menyelesaikan masalah sendiri. Karena
itu, meminta bantuan mungkin situasi yang
memalukan, dan siswa meminta bantuan mungkin
takut terlihat bodoh (Karabenick & Knapp, 1991;
Newman, 1990). Dengan demikian, mencari
bantuan mungkin merupakan potensi ancaman
terhadap harga diri seseorang (Newman, 1998).
DAS SEIN (REALITA)

Tidak setiap orang yang memerlukan


bantuan memiliki niat atau intensi
untuk mencari bantuan pada pihak
lain untuk memecahkan masalahnya
(Chang, H., 2000; Mo & Mak, 2009).
Das Solen (ideal)
Menurut Bedel & Lennox (1994), Problem solving adalah
proses yang dapat membantu seseorang untuk
menemukan apa yang mereka inginkan dan bagaimana
mencapainya dengan cara yang paling efektif. Dengan
adanya problem solving, korban bullying diharapkan dapat
menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya, yaitu
bullying. Sehingga korban bullying mendapatkan
kehidupan yang nyaman, aman seperti manusia pada
umumunya. Namun, apabila korban bullying tidak
menemukan solusi dari masalah bullying maka masalah
tersebut akan terus menerus ada dalam kehidupan
korban. Sehingga memerlukan bantuan orang lain dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
Das Solen (ideal)
Mencari bantuan dalam konteks tingginya
permasalahan menjadi kebutuhan individu karena
terbatasnya kompetensi emosi yang dimiliki (Wilson
dkk, 2003 dan Rickwood dkk, 2005). Berbagai studi
menunjukkan bahwa mencari bantuan dari sumber
bantuan yang tepat dapat mencegah munculnya
distress, menimbulkan penyesuaian yang lebih baik,
dan mengurangi problem emosi serta perilaku
(Raviv dkk, 2000). Sebaliknya, penundaan tritmen
justru berisiko pada munculnya episode gangguan
mental yang lebih berat (WHO, 2004).
Das Solen (ideal)
Mencari bantuan penting dilakukan
oleh orang orang yang tidak mampu
menyelesaikan sendiri masalahnya,
oleh karena perilaku mencari bantuan
tersebut memiliki dampak positif bagi
kesehatan mental (Liang, dkk, 2005).
Sekilas tentang Bullying
Menurut American Psychiatric Association
(APA) (dalam Stein dkk., 2006), bullying
adalah perilaku agresif yang
dikarakteristikkan dengan 3 kondisi yaitu:
(a)perilaku negatif yang bertujuan untuk
merusak atau membahayakan
(b)perilaku yang diulang selama jangka
waktu tertentu
(c)adanya ketidakseimbangan kekuatan
atau kekuasaan dari pihak pihak yang
terlibat.
PEMBAHASAN
VARIABEL
Asley & Vangie (2005) mendefinisikan help
seeking behavior sebagai seeking assistance
of others has obvious instrumental benefits
for the person in need; for example, it is likely
to expedite the solution of ones problem,
(suatu pencarian bantuan kepada orang lain
yang jelas memiliki peran karena akan
menguntungkan bagi orang yang
membutuhkan, misalnya, kemungkinan untuk
mempercepat penemuan solusi dari masalah
yang dialami seseorang).
Perilaku mencari bantuan juga
didefinisikan oleh Rickwood et. al
sebagai salah satu komunikasi
seseorang dengan orang lain untuk
mendapatkan bantuan dalam
memahami, memberi saran,
memberi informasi, mengobati, dan
memberi bantuan secara umum
dalam menanggapi masalah atau
pengalaman menyedihkan yang
Dinamika Permasalahan
Menurut hasil penelitian Supra Wimbarti , perilaku mencari bantuan
pada korban KDRT
PENELITIAN
SEBELUMNYA
Penelitian yang dilakukan oleh
Siswati, (2009) dengan judul
Fenomena Bullying di sekolah
Dasar Negeri Semarang. Total
sampel dari penelitian ini adalah 78
murid dari kelas 3 sampai kelas 6.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
37,55% murid menjadi korban dari
bullying. 42,5% murid menderita
karena disebabkan oleh bullying
mental/psikologis.
Berdasarkan penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini
(Sejiwa), ternyata bullying masih kurang disadari
sepenuhnya oleh para guru. Penelitian dilakukan
terhadap guru- guru di 3 SMA di dua kota besar di
Pulau Jawa menunjukkan 1 dari 5 guru menganggap
penggencetan dan olok-olok adalah hal biasa dalam
kehidupan remaja dan tak perlu diributkan. Selain
itu, 1 dari 4 guru berpendapat bahwa sesekali
penindasan tidak akan berdampak buruk pada
kondisi psikologi siswa. Sebuah studi yang dilakukan
oleh ahli pendidikan Amy Huneck hanya ada 1 dari
10 orang dewasa yang diwawancarai merasa
bullying adalah masalah.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rohmah
Nurhayati (2013) dengan judul Sikap dan
Intensi mencari bantuan dalam menghadapi
masalah pada sampel 1510 sampel dari 14
penelitian yang menggunakan meta analisis
menghasilkan bahwa sikap terhadap perilaku
memiliki efek sedang terhadap perilaku
mencari bantuan, dan dapat dipercaya
sebagai predictor dari perilaku mencari
bantuan untuk meningkatkan intensi mencari
bantuan yang tidak bisa diselesaikan sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Sylvia
Lindinger & Sternart (2015) dengan judul
Help Seeking Behaviors of Men for
Mental Health and the Impact of Diverse
Cultural Background menghasilkan
bahwa terdapat perbedaan pada perilaku
mencari bantuan antara laki laki dan
perempuan. Perbedaan tersebut sangat
dipengaruhi oleh latarbelakang budaya,
stigma dan peran gender.
Daftar Pustaka
Adilla, Nissa. (2009). Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 5 No I Februari 2009.
Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Prilaku Bullying Pelajar di Sekolah
Menengah Pertama.
Aulia, Fitria. (2014). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol 3 No. 1
2014. Studi Deskriptif Help Seeking Behavior Pada Remaja yang Pernah
Mengalami Parental Abuse Ditinjau dari Tahap Perkembangan (Masa Awal
Anak Masa Remaja) dan Identitas Gender.
Anam, Choirul. (2014). Jurnal Empathy Vol. 2 No. 2 Desember 2014.
Kemampuan Interaksi Sosial antara Remaja yang tinggal bersama
keluarga.
Arumwardhani, Arie. (2011). Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Galangpress.
Crter, Bonnie B., & Vicky G. Spencer. International Journal of Special Education
Vol 2 No. 1 2006. The Fear Factor: Bullying and Student with Disabilities.
Izzaty, Rita Eka. (2010). Jurnal Psikologi Vol 6 No. 2 Desember 2010.
Pemecahan Masalah Sosial sebagai Faktor Penting dalam Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini.
Lindinger, Sylvia & Sternart. (2015). International Journal of Social Science
Studies
Vol. 3, No. 1; January 2015. Help Seeking Behaviors of Men for Mental
Health and the Impact of Diverse Cultural Background.
Purwakania, Aliah B., dkk. (2013). Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Humaniora
Vol. 2 No. 2 September 2013. Efektifitas Pelatihan Anti Bullying terhadap
Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru Guru
Nani, Karman La. (2012). Prosiding ISBN: 978-979-16353-8-7. Konstruksi Self
Regulation Skill dan Help Seeking Behavior dalam Pembelajaran Matematika.
Sari, Reni Novrita, & Ivan Muhammad A. (2015). Jurnal Psikologi Vol. 11 No. 1 Juni
2015. Pemaafan dan Kecenderungan Perilaku Bullying pada Siswa Korban
Bullying.
Simbolon, Mangadar. (2012). Jurnal Psikologi Vol. 39 No. 2 Desember 2012: 233,
Perilaku Bullying pada Mahasiswa Berasrama.
Subandi, & Muhana Sofiati Utami. (1996). Jurnal Psikologi No. 2 1996: 1 10.
Pola Perilaku Mencari Bantuan Pada Keluarga Pasien Gangguan Jiwa.
Surilena. (2016). Jurnal CDK 236 Vol. 43 No. 1 2016. Perilaku Bullying
(Perundungan) pada Anak dan Remaja.
https://www.academia.edu/5647333/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN diakses
pada 20 Oktober 2016 pukul 07:02.
http://eprints.ums.ac.id/26682/3/4.BAB_II.pdf diakses pada 19 Oktober 2016
pukul 20:33.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47777/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada 19 Oktober 2016 pukul 20:38.

You might also like