You are on page 1of 23

JOURNAL READING

Infeksi Helicobacter Pylori Tidak Terkait dengan Gejala-


Gejala Spesifik Dispepsia Non-Ulseratif

pada Anak

Terjemahan dari:
Helicobacter Pylori Infection Is Not Associated With Specific

Symptoms in Nonulcer-Dyspeptic Children


Oleh:
Flavia Angelina Satopoh,
S.Ked

Pembimbing
dr. Hasri Salwan, Sp.A(K)
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Helicobacter pylori kolonisasi pada gastritis
kronik, ulkus peptikum, mungkin karsinoma
lambung.
Eradikasi bakteri ini mencegah kambuhnya ulkus
peptikum pada dewasa dan anak.
Peran & manifestasi klinis H.pylori tidak jelas
Konsensus pediatrik Eropa rekomendasi pencarian
infeksi H.pylori dengan endoskopi saluran cerna atas
dan biopsi lambung pada anak dengan gejala
saluran pencernaan atas yang diduga penyakit
organik tanpa informasi tambahan yang jelas
mengenai sifat gejala.
Nyeri perut berulang ( Recurrent Abdominal
Pain/RAP)
Appleys Criteria
Terdapat setidaknya 3 episode nyeri perut yang berlainan
dengan keparahan yang cukup untuk mengganggu aktivitas
sehari-hari/kinerja, terjadi selama periode 3 bulan.
Dispepsia Non-Ulseratif (Non-Ulcer
Dyspepsia/NUD)
Mengacu pada rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat
di perut bagian atas; merupakan kondisi yang sulit untuk
didefinisikan pada anak-anak banyak gejala yang bervariasi.
Dispepsia Fungsional
PASIEN DAN METODE
Jenis studi : Studi prospektif, bicentric, double-blind
Waktu: Maret 2001 April 2002
Sampel: anak-anak dengan NUD yang dirujuk dari dokter
anak setelah penilaian klinis dan biologis untuk edoskopi
GI atas karena nyeri epigastrium. Hanya pasien 6 tahun
Metode:
Kuesioner dibagikan acak oleh ahli gastroenterologi
anak sebelum prosedur endoskopi dilakukan (sebelum
pemeriksa mengetahui apapun mengenai status
pasien).
Kuesioner berisi permintaan untuk menggambarkan
karakteristik nyeri epigastrium mereka:
Intensitas VAS (Visual Analog Score)
Frekuensi hari per minggu
Kapan terjadinya nyeri siang/malam
Nyeri tekan epigastrium
Timbul rasa sakit dengan makan (sebelum, selama,
setelah)
Mual, muntah, kehilangan BB (>5% dari BB terakhir)
Kejadian hematemesis
Obat yangdiminum bulan lalu (antispasmodik atau
analgesik)
Absen di sekolah
Riwayat keluarga dengan penyakit ulkus peptikum
Tingkat sosial ekonomi, latar belakang etnis, tingkat
pendidikan orang tua
Eksklusi :
anak berusia < 6 tahun
Anak yang sudah menderita infeksi lambung

H.pylori
Institutionalized encephalopathic children

Anak telah menerima antibiotik, NSAID


selama bulan lalu
uji statistik perangkat lunak StatView
Parameter kuantitatif Mean, SD, median,
Infeksi
extremeH.pylori hasil kultur (+) dan
pemeriksaan histologis
Parameter kualitatif (klasifikasi
tes Sydney)
x2. P<0,05 signifikan
Tidak terinfeksi kultur (-), temuan histologis (-)
dari mukosa lambung
HASIL
Dari 100 anak
26 terinfeksi (12 perempuan, 14 laki-laki; usia

rata-rata: 11,4 3,1 tahun)


74 tidak terinfeksi (44 perempuan, 30 laki-laki;

usia rata-rata 10,4 3,1 tahun).


Perbedaan karakteristik usia atau gejala-gejala
antara kelompok (-), kecuali nyeri epigastrium
selama makan lebih sering pada anak tidak
terinfeksi (25,6% vs 3,8%).
Tidak ada perbedaan sebagian besar
karakteristik gejala antar kelompok
PEMBAHASAN

Pendekatan pertama kemungkinan hubungan antara


infeksi H.pylori dan RAP; studi pendekatan kedua
menyelidiki apakah eradikasi infeksi H. pylori berdampak
pada perbaikan gejala.
Dispepsia sulit dikarakteristikkan pada anak. Hyams dkk,
dalam studi prospektif mengenai dispepsia dan subtipe
dispepsia (ulcer-like dan dysmotility-like) hanya 5
kasus dari 127 subyek memenuhi kriteria mereka untuk
dispepsia dan menyimpulkan bahwa sebagian besar
anak-anak dengan dispepsia tidak memiliki penyakit
yang serius.
Kelainan organik pada RAP 45% pada anak-anak,
dan infeksi H.pylori ditemukan hanya 1 dari 44.
Peneliti berpendapat nyeri pada malam hari
yang terkait dengan nocturnal awakening, nyeri
saat puasa yang hilang dengan makanan, nyeri
yang terkait dengan makan, nyeri postprandial,
rasa pahit, dan mulas adalah tanda-tanda klinis
yang membantu untuk membedakan anak-anak
dengan maag (ulcer) dari mereka yang tidak
menderita maag namun positif untuk infeksi
H.pylori.
anak-anak yang tidak terinfeksi lebih
sering merasakan nyeri epigastrium saat
makan daripada yang terinfeksi. Namun,
gejala klinis ini tidak signifikan secara
klinis pada kelompok yang tidak
terinfeksi, karena hanya 26% dengan
nyeri epigastrium saat makan dan 74%
tidak.
Fiedorek dkk meneliti 245 anak-anak sehat untuk
bukti adanya kolonisasi H.pylori dan ditemukan
bahwa 30% dari mereka terdapat kolonisasi.
Blecker dkk menyelidiki 466 anak-anak tanpa
gejala untuk bukti infeksi H.pylori dengan
menggunakan serum spesifik mengandung
antibodi H.pylori prevalensi infeksi H.pylori
meningkat dari 5,4% menjadi 13,4% dengan
bertambahnya usia.
Bode dkk, dalam sebuah studi epidemiologi
besar pada anak-anak yang sehat bahwa
infeksi H.pylori bukanlah penyebab gejala GI.
Penelitian di Belanda gagal untuk mendeteksi
perbedaan prevalensi antibodi H.pylori antara
anak dengan RAP dengan menggunakan kriteria
Apley dan kontrol asimtomatik.
Hardikar dkk melakukan studi case-control
prospektif pada anak-anak dengan RAP, menguji
serum antibodi IgG anti-H pylori: 5 subjek (5%)
dan 14 kontrol (14%) memiliki titer antibodi serum
meningkat, menunjukkan hubungan negatif antara
infeksi ini dan RAP. Masih kontroversial, Chong dkk
menemukan bahwa insiden antibodi IgG anti-H
pylori positif ini secara signifikan lebih tinggi pada
anak dengan RAP (17,4%) dibandingkan mereka
yang tidak (10,5%).
Penelitian retrospektif lain meninjau
simtomatologi dari 143 anak yang dirujuk
untuk endoskopi saluran cerna atas karena
RAP selama 6 minggu; infeksi H.pylori
hanya didiagnosis pada 25,2% anak-anak,
dan tidak ada perbedaan signifikan secara
statistik dapat dideteksi antara gejala yang
dialami oleh anak yang terinfeksi H pylori
dibandingkan
Penelitian kami sebelumnya sesuai dengan
laporan-laporan tersebut dari 74 anak dengan
umur yang sama dan tidak terinfeksi H.pylori
bahwa RAP tidak signifikan ada pada 63% dari
pasien dengan H pylori dibandingkan 49% dari
kelompok kontrol.
Sebuah metaanalisis dari 45 penelitian telah
menunjukkan bahwa pelaporan prevalensi
infeksi H pylori pada anak-anak yang menjalani
endoskopi saluran cerna atas untuk RAP tidak
konsisten (median: 22%; range: 0-81%), dengan
tingkat yang lebih rendah pada anak-anak yang
memenuhi kriteria Apley itu (median: 6%; range:
0-9%) .
Penelitian kami sesuai dengan penelitian
ini: kami tidak menemukan perbedaan
yang signifikan antara anak yang
terinfeksi H pylori dan tidak terinfeksi baik
dalam intensitas dan frekuensi RAP atau
gejala yang lain. Hasil ini menunjukkan
bahwa tidak ada bukti mengenai
hubungan antara infeksi ini dengan RAP
bahkan dalam subkelompok anak-anak
yang mengalami NUD tipe epigastric.
Bukti yang mendukung hubungan antara gastritis
H.pylori dan RAP didasarkan pada studi yangmana
penulis telah melaporkan perbaikan gejala setelah
tatalaksana.
Di sisi lain, hasil kontroversial diperoleh dari sebuah
studi Skandinavia pada anak dispepsia non-ulcer yang
terinfeksi H. pylori dimana sebuah studi tindak lanjut
jangka panjang setelah pengobatan dengan koloid
bismut subcitrate dan tinidazol tidak menunjukkan
adanya perbaikan gejala pada anak yang infeksinya
sudah tereradikasi. Sebagian besar studi tersebut
mengalami masalah metodologis karena mereka
bersifat retrospektif, terbuka, nonrandomized
dibandingkan percobaan plasebo.
Wever dkk melakukan studi tatalaksana double
blind untuk menjelaskan apakah gejala
menghilang pada anak dengan infeksi H.pylori
dan RAP setelah eradikasi bakteri.
Tingkat eradikasi adalah 81% (30 dari 37) dalam
kelompok secara keseluruhan dan 74% (17 dari
23) pada blind group; namun, tidak ada korelasi
terlihat antara eradikasi H pylori dan
menghilangnya RAP setelah 3 atau 6 bulan
pengamatan pada kelompok total atau dalam
blind group dari anak yang diteliti. Dengan
demikian, penelitian ini tidak dapat
membuktikan hubungan kausal antara RAP dan
infeksi H. pylori.
KESIMPULAN
Penelitian ini tidak mengungkap adanya karakteristik khusus
gejala-gejala pada anak terinfeksi H.pylori dengan dispepsia
non-ulcer.
Hasil penelitian menyediakan bukti kuat tidak adanya
hubungan kausal langsung antara NUD epigastrium dan
infeksi H. pylori. Dikarenakan anak terinfeksi H.pylori tidak
dapat dibedakan dari mereka yang tidak terinfeksi
berdasarkan gejala yang muncul, tidak terdapat indikasi
untuk menskrining secara sistematis adanya infeksi H.pylori
pada anak-anak dengan RAP dan NUD.
Definisi NUD yang lebih baik memungkinkan kita untuk
menentukan kelompok anak-anak yang sangat kecil
(mungkin, seperti pada orang dewasa,<5%) yang mungkin
bermanfaat dari regimen eradikasi.
Thank you

You might also like