You are on page 1of 19

ATONIA UTERI

Made Darmayasa
Topik bahasan:

Batasan
Penyebab
Gejala
Pencegahan
Penanganan
Batasan

Atonia uteri adalah uterus


yang tidak berkontraksi
setelah janin dan plasenta
lahir.
Failure of the uterus to
contract properly following
delivery is a common cause of
obstetrical hemorrhage.
Pendahuluan:
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak
perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi postpartum.
Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia terjadi karena kegagalan
mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta.
Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut
miometrium tidak berkontraksi.
FAKTOR MEMPERBURUK

LUAS PLASENTA 25 CM X 10 CM = 250 CM2


BILA TIAP 1 CM2 ADA PEMBULUH DARAH TERBUKA DGN ADA
DIAMETER MINIMAL 0,1 MM, MAKA DIAMETER TOTAL
PEMBULUH DARAH TERBUKA 250 X 0,1 M M = 25 MM = 2,5 CM
(SAMA DGN MEMOTONG AORTA ABDOMINALIS)
10 CM

25 CM
ARTERIOL
0,1 MM

BELUM ADA EBM 1 CM2


Penyebab:
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan
melahirkan dengan faktor predisposisi
(penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia,
polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama/partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan
plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari
dinding uterus.
Conditions That Predispose to or
Worsen Obstetrical Hemorrhage:
Abnormal Placentation:
Placenta previa
Placental abruption
Placenta accreta/increta/percreta
Ectopic pregnancy
Hydatidiform mole
Trauma During Labor and Delivery:
Episiotomy Complicated vaginal delivery
Low- or midforceps delivery
Cesarean delivery or hysterectomy
Uterine rupturerisk increased by:
Previously scarred uterus
High parity
Hyperstimulation
Obstructed labor
Intrauterine manipulation
Midforceps rotation
Conditions That Predispose to or
Worsen Obstetrical Hemorrhage:

Small Maternal Blood Volume


Small women
Pregnancy hypervolemia not yet maximal
Pregnancy hypervolemia constricted
Severe preeclampsia
Eclampsia
Other Factors
Obesity Native American ethnicity
Previous postpartum hemorrhage
Previous postpartum hemorrhage
Conditions That Predispose to or
Worsen Obstetrical Hemorrhage:

Atony:
Overdistended uterus Exhausted
Large fetus myometrium
Multiple fetuses Rapid labor
Hydramnios Prolonged labor
Distention with clots Oxytocin or prostaglandin
Anesthesia or analgesia stimulation
Halogenated agents Chorioamnionitis
Conduction analgesia with Previous uterine atony
hypotension
Conditions That Predispose to or
Worsen Obstetrical Hemorrhage:

Coagulation DefectsIntensify Other Causes:


Placental abruption
Prolonged retention of dead fetus
Amnionic fluid embolism
Saline-induced abortion
Sepsis syndrome
Severe intravascular hemolysis
Massive transfusions
Severe preeclampsia and eclampsia
Congenital coagulopathies
Anticoagulant treatment
Gejala:

Uterus tidak berkontraksi dan


lunak
Perdarahan segera setelah
plasenta dan janin lahir (P3).
Pencegahan:
Identifikasi faktor risiko
Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif
kala III,;
Pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir(injeksi10U
IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U
perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Tarikan tali pusat terkendali
Masase Uterus
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko
perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat
mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak
menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin
yaitu 5-15 menit.
Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan
perdarahan postpartum.
Penanganan Atonia Uteri:
Penanganan Umum:
Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat
darurat.
Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah
saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:
lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di
uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM
Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum.
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas
ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali
sehari selama 6 bulan;
Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat
400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
Penanganan Khusus:

Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.


Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan
menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan
perdarahan.
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi
tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah
perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit
atau rujuk segera.
Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan
darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks.
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi
sesuai kebutuhan.
Jika perdarahan terus berlangsung:
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat
tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan
maternal atau robeknya membran dengan pembuluh
darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji
pembekuan darah sederhana.
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.Jika
uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai
melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-
lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika
hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama
secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu
dengan seksama selama kala empat.
Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:
Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.
Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa
setelah ligasi.
Kompresi Uterus Bimanual.
Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan
tangan telanjang yang telah dicuci
Teknik :
Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan
tidak diperlukan,
Eksplorasi dengan tangan kiri
Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina.Tangan kanan (luar) menekan
dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang
atas.
Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar,ia tidak hanya
menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga
menyempitkan lumennya.
Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-
15 menit.
Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering
menghentikan perdarahan secara sempurna.Bila uterus refrakter oksitosin,
dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka
histerektomi tetap merupakan tindakan terakhir.

You might also like