You are on page 1of 17

PENDEKATAN KLINIS BERORIENTASI

PADA PASIEN
(Patient Centered Approach)

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA


KELOMPOK A 12
ANGGOTA KELOMPOK :

1. Abiyya Farah Putri 1102013003


2. Andhani Putri Kusumaningtyas 1102013024
3. Annisa Maharani 1102013036
4. Bening Irhamna 1102013057
5. Betari Texania Harsa 1102013058
6. Dara Mayang sari 1102013069
7. Faisal Muhammad 1102013104
8. Indah Aprilyani Kusuma Dewi 1102013132
9. Khairul Huda 1102013148
DEFINISI

Menurut Institute of Medicine

Patient-centered care adalah asuhan yang menghormati dan


responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi
pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi
panduan bagi semua keputusan klinis.
1. Mengetahui alasan utama pasien datang
Patient
Centered 2. Mencari hubungan yang dapat dipahami dari keadaan pasien

Care 3. Mencari penyebab mendasar mengenai apa yang menjadi


permasalahan pasien dan kesesuaian dalam tatalaksana
4. Meningkatkan preventif dan promosi kesehatan

5. Meningkatkan hubungan berkelanjutan antara pasien dengan tenaga


kesehatan
(Stewart,2001, p 445)
Kenapa dibutuhkan patient centered care?

Patient Centered care telah terbukti dapat:


Meningkatkan kualitas hidup
Mengurangi cemas, depresi, dan membangun kepercayaan serta
dukungan sosial
Meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan dan meningkatkan
pengendalian penyakit kronis tanpa membutuhkan biaya yang tinggi
Mengurangi pemeriksaan dan prosedur yang tidak dibutuhkan
Menghargai perbedaan ras, etnis, dan sosial ekonomi dalam pelayanan
kesehatan
(Epstein RM, 2010)
KONSEP PATIENT CENTERED CARE

Menjaga Martabat
Berbagi Informasi
dan Menghargai

Partisipasi Kolaborasi/kerjasama

Johnson R, et al. 2008


http://www.oneviewhealthcare.com/the-eight-principles-of-patient-centered-care/
MEKANISME PELAKSANAAN

Mencari Mengintegra
Memahami
hubungan Mencari sikan Meningkatkan
keadaan Menjadi
antara penyakit penyebab prevention hubungan
pasien secara kerjasama realistis
saat ini dan umum dan promosi
menyeluruh
sebelumnya kesehatan

(Brown, 2004)
sumber: Institute of Medicine, Crossing the Quality Chasm, 2001
UU yang berkaitan:

UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Pasal 50 ayat 3:
Dokter berhak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya;
Pasal 51 ayat 3:
Dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
Pasal 52 ayat 3:
Pasien berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
Pasal 53 ayat 1:
Pasien wajib memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
UU No.20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
Pasal 4 butir a:
Salah satu tujuan pendidikan kedokteran adalah beroientasi pada keselamatan pasien.
Pasal 31 ayat 2 butir e:
Menghormati hak dan menjaga keselamatan pasien;
Tujuan umum dari pendidikan kedokteran adalah mecetak dokter
(umum/gigi/spseialis) yang bermutu, kompeten, profesional, bertanggung jawab,
memiliki etika dan moral dengan memadukan pendekatan humanistik terhadap
pasien, dan berjiwa sosial tinggi.
UU. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Sasaran Pelayanan Dokter Keluarga:
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat mempunyai nilai strateis dalam
pembangunan kesehatan, karena setiap masalah individu merupakan masalah
keluarga dan sebaliknya. Kesehatan keluarga melipti kesehatan suami, isteri,
anak dan anggota keluaga lainnya.
CONTOH KASUS

Seorang laki-laki berumur 40 tahun datang ke klinik pratama dengan


keluhan batuk berdahak sejak 3 minggu yang lalu. Pasien telah meminum
obat yang dibelinya di warung namun tak kunjung sembuh. Dari hasil
anamnesis, diketahui bahwa tetangga pasien memiliki pemeriksaan
sputum ditemukan bakteri tahan asam (BTA). Dokter memberi terapi obat
anti tuberkulosis (OAT) dan menganjurkan keluarga serumah beliau untuk
melakukan pemeriksaan serta menunjuk seorang keluarganya sebagai
pengawas minum obat (PMO). Dokter juga mengajarkan etika batuk untuk
mencegah penularan.
PEMBAHASAN

Etika batuk yang kurang baik dapat menyebabkan penularan, karena TBC
menular melalui droplet. Masalah ini perlu diperhatikan oleh pasien,
keluarga dan lingkungannya.
Selain itu, anggota keluarga juga harus diajak berpartisipasi aktif untuk
membantu pengobatan, dalam hal ini keluarga yang ditunjuk sebagai
pengawas minum obat agar dapat mendukung rencana terapi yang sudah
direncanakan.
Pasien dan keluarganya perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya
kepatuhan dan kedisiplinan mengenai aspek farmakologis maupun
nonfarmakologis. Dengan ini diharapkan tidak hanya mengobati pasien,
namun juga dapat mencegah penularan penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, J. 2004. Patient - Centred Collaborative Practice. Ottawa : Health Canada.


Epstein, RM, et al. 2010. Why the Nation Needs a Policy Push on Patient-Centered Health Care. Health Affairs;
8:1489.
IOM. 2001. Crossing the Quality Chasm: A new heath system for the 21st century. Washington DC: National Academy
Press.
Johnson R, et al. 2008. Partnering with Patients and Families to Design a Patient and Family-Centered Health Care
System. Institute for Patient and Family Centered Care.
Prasetyawati, Arsita Eka. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Diakses pada tanggal 5 Desember 2016.
http://www.fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
Sutoto. Konsep dan Prinsip Pelayanan Berfokus pada Pasien Dalam Standar Akreditas Versi 2012 (Patient Center
Care). Diakses pada tanggal 5 Desember 2016. http://dokumen.tips/documents/konsep-dan-prinsip-pelayanan-
berfokus-pada-pasien-dalam-standar-akreditasi.html
Stewart, M. 2001, " Towards a global definition of patient centred care ", BMJ, vol. 322, no. 7284, pp. 444-445
TERIMA KASIH

You might also like