Professional Documents
Culture Documents
Suppositoria urethal
Ukuran untuk pria adalah panjang 125-140 mm, diameter 3-6 mm, massa 4 g.
Sedangkan untuk wanita panjangnya 50-70 mm dan massanya 2 g (setengah
ukuran laki-laki).
Jika diamati kondisi distribusi bahan obat di dalam sistem, suppositoria dapat
diklasifikasikan sebagai suppositoria emulsi, suppositoria larutan, dan
suppositoria emulsi.
Waktu pemakaian suppositoria adalah :
Sesudah defactio untuk suppositoria analia
Pada waktu malam hari
Cara pakai suppositoria adalah :
* Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu
* Buka bungkus aluminium foil dan lunakkan suppositoria dengan air
* Berbaring miring dengan tungkai yang di bawah lurus, dan yang di atas ditekuk
* Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2 cm dan
terus berbaring selama 15 menit
* Cuci tangan setelah memasukkan suppositoria
Jika suppositoria terlalu lunak untuk dimasukkan, dinginkan obat dalam lemari
pendingin selama 30 menit atau direndam dengan air dingin sebelum membuka
bungkus aluminium foil.
a.
Lanjutan
Untuk menghindari masa yang hilang pada saat pembuatan
suppositoria penimbangan bahan baik bahan dasar maupun bahan
obat biasanya dilebihkan 10%.
Untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu
bahan pelicin karena pada proses pendinginan suppositoria akan
mengkerut sehingga akan mudah lepas dari cetakan
a. Cara Penuangan
Cara ini yang paling sering digunakan. Setelah masa melebur dan disatukan
dengan bahan obat, dituang ke dalam cetakannya.
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan suppositoria untuk menjamin
pembekuan obat dengan cepat dan proses sedimentasi bahan obat tidak terjadi
antara lain :
Suhu pemanasan tidak naik terlalu tinggi
Memiliki viskositas setinggi mungkin dengan suhunya, hanya sedikit di atas titik
bekunya
Menggunakan pemanasan yang sangat hati-hati, misalnya dengan penyinar
infra merah
Masa diaduk secara intensif dan kontinyu
Metode ini sering juga disebut dengan cara leburan krim dan cara leburan jernih
yang hanya digunakan dalam skala besar. Dalam skala kecil pencetakan
suppositoria dilakukan dengan cara penuangan tunggal, yaitu setiap lubang dari
suppositoria diisikan secara berturut-turut satu demi satu. Jika pada pembuatan
dalam skala semi industri atau industri dilakukan dengan cara penuangan masal,
yaitu setiap lubang diisikan secara serempak dengan menggunakan alat
berbentuk corong yang cocok.
Pencetak suppositoria terbuat dari material yang berbeda-beda. Jika dahulu
didominasi oleh pencetak kuningan, kini di perdagangan tersedia pencetak dari
logam ringan. Mereka memiliki lubang
b. Cara Pencetakan
Pada cara pencetakan, parutan basis suppositoria dicampurkan
dengan bahan obat yang diserbuk halus, kemudian diisikan dalam
sebuah pencetak suppositoria. Alat cetak dyang digunakan di industri
bekerja dengan tekanan 10 MPz (100 at). Semua basis suppositoria
dapat digunakan dalam pembuatan suppositoria dengan cara
pencetakan. Untuk mengurangi kerapuhan suppositoria dapat
ditambahkan pelumas, seperti parafin liquidum atau adeps lanae.
Umumnya pemulasan dengan parafin atau talk wajib dilakukan di
awal proses pencetakan. Beberapa pencetak supositoria memiliki
koneksi dengan air pendingin untuk meredam panas yang timbul
akibat tekanan pencetak. Mesin dalam skala besar mampu mencetak
beberapa suppositoria sekaligus.
Pada pembuatan suppositoria dengan cara penuangan dan cara
pencetakan terdapat perbedaan antara lain suppositoria pencetakan
tidak memiliki homogenitas yang optimal, tidak seperti hasil yang
diperoleh dari suppositoria penuangan. Kekompakan bahan obat juga
lebih rendah. Untuk bahan obat yang berbentuk cair cara pencetakan
kurang cocok digunakan.
Alat-alat Pembuatan Suppositoria
a. Pot tuang suppositoria
Terdiri dari sebuah wadah dengan mantel ganda yang dilengkapi
dengan termostat dan pengaduk untuk menghindari sedimentasi,
pengaduk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada udara yang
masuk ke dalam masa dan menyebabkan porositas suppositoria
yang tidak dikehendaki. Pot tuang memiliki kapasitas 1,5 liter, 3
liter, dan 20 liter. Pada skala industri dapat dihasilkan 10000 sampai
12000 suppositoria dengan hanya diawasi oleh 2 orang saja.
b. Otomat tuang
Otomat tuang mampu memproduksi 20000 suppositoria dalam satu
jam hanya dalam satu siklus kerja. Fase kerja otomat tuang seperti
itu tergantung pada jenis alatnya. Fase tersebut dapat berlangsung
secara linier atau rotasi. Operasi kerja berikut berlangsung secara
penuh yaitu penuangan masa, pendinginan cetakan, pengerokan
masa membeku yang berlebih, pendesakan suppositoria yang telah
selesai keluar, serta pembersihan dan pemulasan cetakan.
Metode Pendosisan