You are on page 1of 31

Laporan Kasus

MORBUS
HANSEN

Oleh:
Arfin Ramadhan
215..041.01005

Pembimbing :
Dr. Boedhy Setyanto, Sp. K. K

Laboratorium Klinik Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin


RSUD Kanjuruhan - Kab.Malang
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 46 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : TKI
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Kepanjen
Suku : Jawa
Anamnesa

Timbul bercak
Keluhan
Utama :
kemerahan di wajah,
perut dan punggung

Pasien datang dengan keluhan timbul bercak


kemerahan di wajah, perut dan punggung sejak
Riwayat
penyakit 1 tahun yang lalu. Bercak kemerahan sudah
sekarang : pernah di obati (kortikosteroid), tetapi tidak
membaik. Bercak kemerahan tidak gatal tidak
nyeri.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa
Diabetes Melitus (-), Hipertensi ()
Alergi obat & makanan (-)

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada yang mengalami penyakit serupa
Asma (-)
DM (-)
Hipertensi (-)
Alergi obat & makanan (-)
Riwayat pengobatan sebelumnya:
diberi kortikosteroid topikal.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:
Baik
kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6)

Tanda vital :
Tensi : (tidak dilakukan pengukuran)
Nadi : (tidak dilakukan pengukuran)
Pernafasan : (tidak dilakukan pengukuran)
Suhu : (tidak dilakukan pengukuran)
Kepala : dbn
Mata : dbn
THT : dbn
Mulut : dbn
GIT : dbn
Leher : Terdapat kelainan
Thorax : Terdapat kelainan
Abdomen : Terdapat kelainan
Sistem genetalia : dbn
Ekstremitas atas : dbn
Ekstremitas bawah : dbn
Pemeriksaan Fisik Kusus
Penebalan saraf :
o N Auricularis Magnus (+) (seperti kawat)
o N Ulnaris (-)
o N Peroneus Komunis (-)
o N Tibialis Posterio (-)
Anestesi
o Pada lesi (+)
o Stoking Glove (+)
Status Dermatologis
Pada regio Fasialis, colli, thorak dan dorsal
terdapat makula eritematous berbatas tegas
dengan diameter bervariasi, jumlah >5,
anestesi +.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
didapatkan gambaran BTA positif dengan
gambaran globi
RESUME
Pasien datang dengan keluhan timbul bercak
kemerahan di wajah, perut dan punggung
sejak 1 tahun yang lalu. Bercak kemerahan
sudah pernah di obati (kortikosteroid), tetapi
tidak membaik. Bercak kemerahan tidak gatal
tidak nyeri. Didapatkan anestesi (+) pada lesi
serta kekakuan (seperti kawat) pada saraf
nervus auricularis magnus. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan gambaran BTA
positif dengan gambaran globi
Diagnosis : Morbus Hansen tipe MB
Diagnosis Banding :
Morbus Hansen tipe PB
Reaksi Kusta Tipe 1
TERAPI
FARMAKOLOGI
MDTR
HARI 1 (di depan petugas):
Rifampisin @300mg, 2 tablet PO SD
Dapsone @100mg, 1 tablet PO SD
Lamprine @100mg, 3 tablet PO SD
Hari 2-28(di rumah) :
Lamprine @50mg, 1 tablet per hari PO
Dapsone @100mg, 1 tablet per hari PO
MORBUS HANSEN
Definisi : suatu penyakit infeksi kronis yg
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae, yg bersifat intraseluler obligat, yang
menyerang saraf tepi/perifer (primer), kulit &
jaringan tubuh lainnya, kecuali susunan saraf
pusat.
Epidemiologi
Belum diketahui secara pasti, penyakit ini
tersebar di seluruh dunia terutama daerah
tropis dan subtropis. Indonesia no 3 setelah
India dan Brazil, gerbang kertasusila (daerah
merah)
Dapat menyerang semua umur, >> 30-50
tahun
Lebih sering mengenai laki-laki > wabita
Etiologi
Mycobacterium Leprae.
Tahan asam, berbentuk batang, hidup dalam
sel terutama jaringan yang bersuhu dingin
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Bakterioskopik
Ziehl Nielsen
Kepadatan BTA
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan Serologi
DIAGNOSIS
Cardinal Sign untuk MH, diagnosis bisa di
tegakkan jika BTA + atau 2 dari 3 cardinal sign
di bawah
Diagnosis Banding
Ptriasis Rosea : Lesi makula-papula eritem (salmon colored),
berbentuk oval, tertutup skuama tipis. Ketika lesi digosok, skuama
cenderung terlipat melewati garis gosokan (hanging curtain sign +)
TB Kutis Verukosa : Lesi papul lentikuler di atas kulit yang
eritematosa, pada bagian cekung terdapat sikatrix
Psoriasi : bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
yang kasar, berlapis lapis dan transparan, disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz sign dan kobner phenomen. Predileksi tempat mudah
terkena trauma, seperti siku dan lutut, sakrum, kepala, genetalia
dan pantat
Tinea Korporis : lesi bulat atau lonjong, eritema, skuama, kadang
papul dan vesikel di pinggir, daerah lebih terang, terkadang erosi
dan krusta karena kerokan, lesi umumnya bercak bercak terpisah
satu dengan yang lain, dapat polisiklik, dan ada center healing.
PENATALAKSANAAN
Pausi Basiller
Hari 1
Rifampisin 600 mg/bulan, diminum dpn petugas
DDS 100 mg/hari
Hari 2-28
DDS 100 mg/hari
pengobatan diberikan teratur selama 6 bln & diselesaikan maksimal 9 bln.
Setelah selesai minum 6 dosis RFT
Multi Basiler
Hari 1 (diminum di depan petugas)
Rifampisin 600 mg/bulan
Lamprene 300 mg/bulan
DDS 100mg/hari
Hari 2-28
DDS 100mg/hari
Lamprene 50mg/hari
pengobatan diberikan teratur selama 12 bln & diselesaikan maksimal 18
bln. Setelah selesai minum 12 dosis RFT
Terima Kasih
Reaksi Kusta
Tipe 1 (reaksi reversal, Upgrading, Hendelling)
Reaksi tipe 1 ini disebabkan peningkatan aktivitas
sistem kekebalan tubuh dalam melawan basil
lepra atau bahkan sisa basil yang mati.
Peningkatan aktivitas ini menyebabkan terjadi
peradangan setiap terdapat basil lepra pada
tubuh, terutama kulit dan saraf.
Px : diberikan analgetik/ antipiretik, obat penenang
(kp), bisa di berikan lampren 3x 100mg selama 10
hari
Tipe 2 ( Eritema Nodusum Leprosum)
Reaksi tipe 2 ini terjadi apabila basil leprae
dalam jumlah besar terbunuh dan secara
bertahap dipecah. Protein dari basil yang mati
mencetuskan reaksi alergi.
Tx : Diberika analgetik, kortikosteroid dan
lamprene
N. Facialis
N. Auricularis magnus

N. Medianus
N. Radialis

N. Ulnaris

N. Peroneus Communis
N. Tibialis Posterior
Pencegahan Cacat (POD)
Komponen POD :
1. Penemuan dini
2. Penyuluhan awal pengobatan
3. Pengobatan MDT sampai RFT
4. Deteksi dan penanganan reaksi secara cepat dan
tepat (pengisian form POD 1 x / bln )
5. Perawatan diri
6. Alat bantu
7. Rehabilitasi medik

You might also like