Professional Documents
Culture Documents
PRODUKSI
Ketentuan umum
Obat Obat Tradisional
Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya (1) Masyarakat diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
untuk mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengolah, memproduksi, mengedarkan, mengembangkan,
mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan meningkatkan, dan menggunakan obat tradisional yang dapat
sediaan farmasi yang dapat dipertanggungjawabkan dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. (2)
manfaat dan keamanannya. Ketentuan ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
Pasal 99 ayat (2)) 101 ayat (1) dan (2))
Produsen
Obat Obat Tradisional
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat Pasal 3
diproduksi oleh badan usaha yang telah memiliki izin Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi oleh
usaha industri sesuai dengan ketentuan peraturan badan usaha yang telah memiliki izin usaha industri sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku. ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(PMK No. 6 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional
Pasal 6 ayat (1), (2); Pasal 8)
Badan Usaha Produksi
Obat Obat Tradisional
Pasal 2 Ayat (1) Pasal 2
Proses pembuatan Obat & Bahan Obat hanya dapat Obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri (IOT dan IEBA)
dilakukan oleh Industri Farmasi. dan usaha (UKOT; UMOT; Usaha Jamu Racikan; dan Usaha Jamu
Gendong) di bidang obat tradisional
Pasal 2 Ayat (2)
Selain Industri Farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Pasal 4
Sakit (IFRS) dapat melakukan proses pembuatan IOT & IEBA adalah PT atau koperasi;
obat untuk keperluan pelaksanaan pelayanan UKOT adalah badan usaha berizin sesuai dengan peraturan
kesehatan di RS bersangkutan. perundang-undangan;
UMOT adalah badan usaha perorangan berizin sesuai dengan
Pasal 5 Ayat(1) peraturan perundang-undangan.
Industri Farmasi berbadan usaha berupa PT.
(PMK No. 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat
(PMK No. 1799 Tahun 2010 Tentang Industri Tradisional Pasal 2, 4)
Farmasi Pasal 2 ayat (1), (2); Pasal 5 ayat (1))
Cara Proses Produksi
Obat Obat Tradisional
Harus dilakukan dengan cara produksi yang baik yang Harus dilakukan dengan cara produksi yang baik yang ditetapkan
ditetapkan oleh Menteri. oleh Menteri.
(PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan (PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
Farmasi dan Alkes Pasal 5 ayat (1) dan (2)) dan Alkes Pasal 5 ayat (1) dan (2))
Untuk rumah sakit: Pembuatan obat tradisional wajib memenuhi pedoman CPOTB
Instalasi farmasi rumah sakit harus memenuhi yang ditetapkan oleh Menteri.
persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat
CPOB (PMK No. 6 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat
(PMK No. 1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi) Tradisional Pasal 1 ddan Pasal 35)
(1) Industri di bidang obat tradisional wajib menerapkan Cara
Untuk Industri:
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)
(1) Industri di bidang industri farmasi wajib
(2) penerapan CPOTB untuk industri kecil obat tradisional (IKOT)
menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
diatur oleh Kepala Badan
(PKaBPOM HK.00.05.41.1384 BAB III Pasal 6 Ayat 1)
(PKaBPOM HK.00.05.41.1384 BAB III Pasal 6 Ayat 1 dan 2)
Kegiatan Proses Produksi
Obat Obat Tradisional
(1) Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses (1) IOT dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat
pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk: tradisional untuk:
a. Semua tahapan; dan/atau a. semua tahapan; dan/atau
b. Sebagian tahapan b. sebagian tahapan.
(2) untuk sebagian tahapan harus berdasarkan (2) untuk sebagian tahapan harus mendapat persetujuan dari
penelitian dan pengembangan yang menyangkut Kepala Badan.
produk sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. (PMK RI No. 006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
Tradisional Pasal 3 ayat (1), (2), (3))
(3) Produk hasil penelitian dan pengembangan
dapat dilakukan proses pembuatan sebagian tahapan
oleh Industri Farmasi di Indonesia.
(PMK No. 1799 Tahun 2010 Tentang Industri Farmasi (Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional BAB VI LAPORAN
Pasal 23) Pasal 42 ayat (1), (2), (3), (4), (5))
SDM
Sumber Daya UU No. 3 Tahun Pasal 16 Ayat 4
Manusia di 2014 Tentang Sumber daya manusia Industri meliputi:
Industri Perindustrian a. wirausaha Industri; b. tenaga kerja Industri; c. pembina Industri; dan d. konsultan Industri.
UU No. 36 Pasal 24
Tahun (1)Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
2009 dan standar prosedur operasional.
tentang
Kesehatan
Pengelompokan UU No. 36 Pasal 11
Tenaga Kesehatan Tahun 2014 (1) a. tenaga medis; b. tenaga psikologi klinis; c. tenaga keperawatan; d. tenaga kebidanan; e. tenaga
Tentang kefarmasian; f. tenaga kesehatan masyarakat; g. tenaga kesehatan lingkungan; h. tenaga gizi; i. tenaga
Tenaga keterapian fisik; j. tenaga keteknisian medis; k. tenaga teknik biomedika; l. tenaga kesehatan tradisional;
Kesehatan dan m. tenaga kesehatan lain.
UU No.36 Pasal 59
Tahun 2009 Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan
Tentang manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama
kesehatan
Definisi PP 51 Tahun 2009 Pasal (1) Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga
Tenaga 1 dan 33 Teknis Kefarmasian.
Kefarmasian (33) Tenaga Kefarmasian terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
Kualifikasi PP No. 51 Tahun 2009 Harus memiliki keahlian dan kewenangan dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian yang harus dilaksanakan dengan
Tenaga tentang Pekerjaan menerapkan Standar Profesi. Kewenangan harus didasarkan pada Standar Kefarmasian, dan Standar Prosedur Operasional
Kefarmasian Kefarmasian Pasal 35 yang berlaku sesuai fasilitas kesehatan dimana Pekerjaan Kefarmasian dilakukan.
PP No. 51 Tahun 2009 (3) Standar pendidikan profesi Apoteker terdiri atas:
tentang Pekerjaan a. komponen kemampuan akademik; dan
Kefarmasian Pasal 36 b. kemampuan profesi dalam mengaplikasikan Pekerjaan Kefarmasian
ayat (3) dan (4) (4) Standar pendidikan profesi apoteker disusun dan diusulkan oleh Asosiasi di bidang pendidikan farmasi dan ditetapkan
oleh Menteri.
Pasal 37 Harus memiliki sertifikat kompetensi apoteker
Pasal 39 wajib memiliki surat tanda registrasi a. Apoteker berupa STRA; dan b. Tenaga Teknis Kefarmasian berupa STRTTK.
Pasal 57 wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja, dapat berupa:
a. SIPA untuk apoteker di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit;
b. SIPA untuk apoteker sebagai Apoteker pendamping;
c. SIK untuk apoteker diluar Apotek dan instalasi farmasi rumah sakit; atau
d. SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian.
Tugas Tenaga PP 51 Tahun Melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada:
Kefarmasian 2009 Pasal 34 - Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi berupa industri farmasi obat, industri bahan baku obat, industri
obat tradisional, pabrik kosmetika dan pabrik lain yang memerlukan Tenaga Kefarmasian untuk
menjalankan tugas dan fungsi produksi dan pengawasan mutu;
- Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi dan alat kesehatan melalui Pedagang Besar
Farmasi, penyalur alat kesehatan, instalasi Sediaan Farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
- Fasilitas Pelayanan Kefarmasian melalui praktik di Apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas,
klinik, toko obat, atau praktek bersama.
PP 51 Tahun Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi
2009 Pasal 13 harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan
pengawasan mutu.
PP 51 Tahun Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian dalam Fasilitas Distribusi atau
2009 Pasal 18 Penyaluran Sediaan Farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang distribusi atau penyaluran.
PP 51 Tahun Tenaga Kefarmasian dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
2009 Pasal 28 wajib mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi.
Pekerjaan Kefarmasian
Obat Obat Tradisional
Tenaga kefarmasian melakukan pekerjaan kefarmasian Farmasis membuat, mengendalikan mutu, pengamanan,
membuat, mengendalikan mutu, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau obat, pengolahan, pelayanan obat tradisional
penyaluran obat, pengolahan, pelayanan obat atas
resep, pelayanan informasi obat serta (PP No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
pengembangan obat dan Alat Kesehatan)
(UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 27) (UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 27)
(UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 27) (UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 27)
Perizinan UU No 44 Pasal 13
Tenaga tahun 2009 (2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan
Kesehatan Tentang peraturan perundang-undangan.
Rumah Sakit Rumah Sakit (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.
(4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Kegiatan UU No 44 Pasal 15
Kefarmasian tahun 2009 (1) Harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman
Tentang dan terjangkau.
Rumah Sakit (2) Pelayanan sediaan farmasi di rumh sakit harus mengikuti standar pelayanan kefarmasian.
(3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah Sakit harus dilakukan
oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu.
(4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus wajar dan berpatokan
kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian diatur dengan Peraturan Menteri.
Yang dimaksud dengan sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Yang dimaksud dengan alat kesehatan adalah bahan, instrumen, aparatus, mesin, serta implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.