You are on page 1of 24

Nama : Ny.

K
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Glagahaombo
Tanggal masuk : 13 September 2017
Tanggal keluar : 19 September 2017
1. Sel-sel pacemaker (nodus SA, nodus
AV)
2. Jaringan konduksi khusus (serat-serat
purkinje)
3. Sel-sel otot ventrikel dan atrium.
Abnormalitas sistem listrik jantung
Bradiaritmia : irama jantung yang terlalu
lambat
Takiaritmia : irama jantung yang terlalu cepat

3 mekanisme terjadinya gangguan irama:


1. Abnormal Automaticity.
2. Reentry
3. Trigered activity
1. Abnormal Automaticity, Automatisitas
merupakan kemampuan suatu sel untuk
berdepolarisasi spontan untuk
mencapai tegangan ambang (treshold
potensial) secara ritmis (berirama). Sel-
sel khusus sistem konduksi nodus SA
(native pacemaker) dan nodus AV
(latent pacemaker) memiliki
kemampuan automatisitas secara
alamiah. Meskipun sel-sel otot ventrikel
dan atrium tidak memiliki kemampuan
automatisitas, tetapi mampu
berdepolarisasi secara spontan dalam
keadaan patologis seperti iskemia
2. Reentry, Reentry merupakan mekanisme
umum yang terjadi pada hampir semua
jenis takiaritmia. Untuk terjadinya Reentry
harus terdapat beberapa syarat: 1)
terdapat dua jaras paralel yang saling
berhubungan, pada bagian distal dan
proksimal, membentuk sirkuit potensial
listrik; 2) salah satu jaras harus memiliki
masa refrakter yang berbeda dengan
jaras yang lain.
3. Trigered activity, trigered activity
mencakup kebocoran ion positif
kedalam sel jantung yang
menyebabkan cetusan potensial aksi Ya
after-depolarization. Bila after-
depolarization ini cukup besar untuk
membuka kanal natrium, potensial aksi
yang kedua akan dibangkitkan.
Pengertian kata AF berasal dari fibrillating
atau bergetarnya otot-otot jantung atrium
Atrial fibrilasi adalah suatu gangguan pada
jantung (aritmia) yang ditandai dengan
ketidakteraturan irama denyut jantung dan
peningkatan frekuensi denyut jantung,
yaitu sebesar 350-650 x/menit.
AF banyak terjadi pada perubahan
morfologi jantung dan penyakit paru,
beberapa dikarenakan gangguan
metabolik, toksik, endokrin, dan genetik.
Berdasarkan Af proksimal
pada episode Af persisten
terhentinya AF Af permanen

Berdasarkan Af primer
penyait yang Af skunder
mendasari

Berdasarkan Af coarse
bentuk Af fine
gelombang p
Mekanisme AF terdiri dari 2 proses:
1. proses aktivasi lokal
2. multiple wavelet reentry.
Proses aktivasi lokal bisa melibatkan proses
depolarisasi tunggal atau depolarisasi
berulang. Pada proses aktivasi lokal, fokus
ektopik yang dominan adalah berasal dari
vena pulmonalis superior. Selain itu, fokus
ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan,
vena cava superior dan sinus coronarius.
Fokus ektopik ini menimbulkan sinyal elektrik
yang mempengaruhi potensial aksi pada
atrium dan menggangu potensial aksi yang
dicetuskan oleh nodus SA7
multiple wavelet reentry, merupakan proses
potensial aksi yang berulang dan
melibatkan sirkuit/jalur depolarisasi Pada
multiple wavelet reentry, sedikit banyaknya
sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor,
yaitu periode refractory, besarnya ruang
atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa
dianalogikan, bahwa pada pembesaran
atrium biasanya akan disertai dengan
pemendekan periode refractory dan
penurunan kecepatan konduksi. Ketiga
faktor tersebutlah yang akan meningkatkan
sinyal elektrik dan menimbulkan
peningkatan depolarisasi serta
mencetuskan terjadinya AF7
Beberapa orang mempunyai faktor resiko
terjadinya AF, diantaranya adalah :
Diabetes Melitus
Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Katup Mitral
Penyakit Tiroid
Penyakit Paru-Paru Kronik
Post. Operasi jantung
Usia 60 tahun
Life Style
Peningkatan tekanan/resistensi atrium
Proses infiltratif dan inflamasi
Proses infeksi
Kelainan Endokrin
Neurogenik
Iskemik Atrium
Obat-obatan
Keturunan/ genetik
Manajemen fibrilasi atrium meliputi 3
objektif utama:
1. Identifikasi dan penanganan faktor
kausatif terkait (misalnya hipertensi,
penyakit jantung iskemik, gagal jantung,
kelainan katup, tirotoksikosis, dan lain-lain)
2. pemilihan strategi terapi rate control atau
rhythm control,
3. penilaian terhadap tromboemboli serta
terapi prevensinya.
Kardioversi Eksterna, Kardioversi eksternal
dengan DC shock dapat dilakukan pada
setiap AF paroksismal dan AF persisten
Ablasi, Ablasi saat ini dapat dilakukan
secara bedah (MAZE procedure) dan
transkateter. Ablasi transkateter difokuskan
pada vena-vena pulmonalis sebagai
trigger terjadinya AF. Ablasi nodus AV
dilakukan pada penderita AF permanen,
sekaligus pemasangan pacu jantung
permanen.

You might also like