You are on page 1of 19

By: dr.

Sumiati Tahir
pengertian
Apendisitis (radang usus buntu) adalah peradangan
pada apendiks vermiformis (umbai cacing / usus
buntu).
penyebab
Umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun
pencetusnya ada beberapa yang sampai saat ini belum
diketahui, diantaranya:
faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran
(lumen) apendiks oleh timbunan tinja / feces yang
keras (fekalit),
hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit
cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker dan
pelisutan.
Faktor kebiasaan makan makanan rendah serat dan
konstipasi / susah buang air besar (BAB)
menunjukkan peran terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan tekanan
lumen usus yang berakibat sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora
normal usus.
Tipe appendisitis
1. apendisitis akut (mendadak).
Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah,
penurunan nafsu makan, nyeri di sekitar pusar yang
kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri
bertambah untuk berjalan, namun tidak semua orang
akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya
bersifat meriang, atau mual-muntah saja.
2. apendisitis kronis.
Gejala apendisitis kronis sedikit mirip dengan sakit
asam lambung dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di
daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang
hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual,
bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda
yang khas pada apendisitis akut.
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah
posisi / letak apendiks itu sendiri terhadap usus besar,
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kemih,
nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran
kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila
posisi usus buntu ke belakang, rasa nyeri muncul pada
pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada
posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak
spesifik.
patofisiologi
Apendisitis akut fokal (peradangan lokal)

Apendisitis supuratif (pembentukan nanah)

Apendisitis Gangrenosa (kematian jaringan usus buntu)

Perforasi (bocornya dinding apendiks)

Peritonitis (peradangan lapisan rongga perut); sangat
berbahaya, dan mengancam jiwa
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh
Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya apendisitis, diantaranya adalah pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi
1. Pemeriksaan fisik.
Pada apendisitis akut, dengan pengamatan akan
tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang
(distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut
kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri
(Blumberg sign)
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk
kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri
di perut semakin parah. Kecurigaan adanya
peradangan apendiks semakin bertambah bila
pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan
rasa nyeri juga. Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu
ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus
buntu.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat
ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih
(leukosit).
3. Pemeriksaan radiologi.
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya
fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu
dalam menegakkan diagnosis
apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu
dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71- 97%),
terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat
keakuratan yang paling tinggi adalah dengan
pemeriksaan CT scan (93-98%). Dengan CT scan
dapat terlihat jelas gambaran apendiks.
penatalaksanaan
Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan
standar untuk penyakit apendisitis (radang usus
buntu) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila
sudah dapat langsung terdiagnosis kemungkinan
pemberian antibiotika dapat saja dilakukan, namun
demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.
Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau
semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan
pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10
hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang
harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder
dari alat yang terkontaminasi
Thank you

You might also like