Disusun oleh : Angghiya Difadyaputra 1610221127 Yulinar Firdaus Y G4A016042 Isri Nur Fazriyah G4A016043 A.Naesaburi Sahid G4A016044
SMF Penyakit Dalam
RS Margono Soekarjo Purwokerto IDENTITAS PASIEN Nama : Sdr. A Umur : 19 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Kalitapen 005/006 Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : Mahasiswa Agama : Islam No. CM : 02006765 Tgl masuk : 5 Mei 2017 Tgl periksa : 5 Mei 2017 Anamnesis Keluhan Utama : Sesak napas Keluhan tambahan : Nyeri perut, BAK sedikit, wajah bengkak Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan keluhan sesak napas sejak 1 minggu terakhir, tidak BAB sudah 3 hari, BAK sedikit, tidak disertai mual dan muntah. Pasien sudah pernah dirawat di RSUD Banyumas satu minggu yang lalu dengan diagnosis gagal ginjal dan menolak cuci darah. Keluhan disertai bengkak pada wajah, kedua tangan dan kaki. Keluhan sudah dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk ke rumah sakit. bengkak dirasakan terus menerus sepanjang hari .Bengkak dirasakan tidak berkurang dari hari ke hari. Pasien juga mengeluhkan perut semakin membesar, sesak, muntah, badan lemas. Menurut pasien dalam sehari BAK kira-kira hanya sebanyak setengah botol air mineral sekitar 250 ml. Cont Riwayat penyakit dahulu : Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat mondok : diakui Riwayat hipertensi : diakui Riwayat DM : disangkal Riwayat alergi : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat penyakit paru : disangkal Riwayat penyakit hati : disangkal Riwayat penyakit ginjal : diakui Riwayat penyakit keluarga Riwayat keluhan serupa : disangkal Riwayat DM : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat penyakit paru : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat penyakt ginjal : disangkal Riwayat alergi : disangkal Pemeriksaan fisik Keadaan umum : sedang Kesadaran : Compos Mentis GCS : E6 V5 M6 Vital sign Tekanan Darah : 200/120 mmHg Nadi : 120 x/menit Respiration Rate : 32 x/menit Suhu : 36,3 0C Status Generalis Pemeriksaan kepala Kepala : Mesosefal, rambut hitam, tidak rontok Mata : RC +/+ isokor 3mm/3mm, CA -/-, SI -/- Hidung : Discharge -/-, deformitas -/-, NCH -/- Telinga : Discharge -/-, deformitas -/- Mulut : Bibir sianosis -/-, Pucat +/+ Pemeriksaan leher Deviasi trakea -/-, pembesaran tiroid -, JVP 5+2 cmH2O Pemeriksaan Thoraks Paru Inspeksi : simetris, retraksi Palpasi : Vocal fremitus kanan=kiri simetris Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar SIC 5 LMCD Auskultasi : SD Ves +/+, RBK -/-, RBH +/+, WH -/- Cont Jantung Inspeksi : tampak ictus cordis di SIC V 2 jari lateral LMCS Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V 2 jari lateral LMCS, kuat angkat (+) Perkusi : Batas atas kanas SIC II LPSD, Batas atas kiri SIC II LPSS, Batas bawah kanan SIC IV LPSD, Batas bawah kiri SIC V LMCS Auskultasi : S1>S2, Murmur -, Gallop - Con,t Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : Datar, eritem Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi : timpani di semua regio abdomen Palpasi : supel, nyeri tekan di regio epigastrium, tidak teraba pembesaran hepar dan lien Pemeriksaan Ektremitas Superior : edem -/-, sianosis -/-,RF +/+, RP -/-, akral hangat Inferior : edem -/-, sianosis -/-, RF +/+, RP -/-, akral hangat Pemeriksaan Penunjang Lab darah tgl 5 Mei 2017 Hemoglobin : 9.9 g/dL (L) Leukosit : 18.830 U/l (H) Hematokrit : 28 % (L) Eritrosit : 3.6 106/uL (L) Trombosit : 157.000 /ul MCV : 78.2 fL (L) MCH : 27.3 pg/cell MCHC : 34.9 % RDW : 13.3 % MPV : 10.9 fL Eosinofil : 0.1 % Basofil : 1.1 % (L) Batang : 1.0 % (L) Segmen : 83.7 % (H) Limfosit : 7.5 % (L) Monosit : 6.6 % Cont Ureum darah : 9.4 g/dL (L) Creatinin darah : 9.210 U/l GDS : 8.5 fL (L) Natrium : 1.3 % (L) kalium : 0.7 % Klorida : 7.6 % (H) Serologi imunologi Anti HCV : non reaktif HBSAG : non reaktif Diagnosis Kerja CKD HT emergency Penatalaksanaan Planning tgl 6 Mei 2017 O2 3lpm NK IVFD RL 10 tpm Inj. Furosemid 3x1 A IV Inj. Ranitidin 3x50mg IV Inj. Ceftriaxon 2x1 dr IV Inj. Nicardipine 5mg/jam Amlodipin 1x10 mg Asam folat 3x1 Tinjauan pustaka DEFINISI Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan: Kelainan patologik Petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan radiologi Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Etiologi CKD Glomerulonefritis mekanisme kekebalan tubuh yang memicu peradangan dan proliferasi jaringan glomerular sehingga mengakibatkan kerusakan pada membran basal, mesangium, atau endotelium kapiler. Glomerulonefritis akut didefinisikan sebagai serangan yang tiba-tiba menunjukkan adanya hematuria, proteinuria, dan silinder sel darah merah. Gambaran klinis ini sering disertai dengan hipertensi, edema, dan fungsi ginjal terganggu. Glomerulonefritis dibagi jadi 2 yaitu primer dan sekunder. Cont DM Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Terjadinya diabetes ditandai dengan gangguan metabolisme dan hemodinamik yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah sistemik, dan mengubah pengaturan tekanan intracapillary. Hipertensi hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal. Target tekanan darah pada terapi pasien dengan CKD atau diabetes adah <130/80 mmHg. Ginjal polikistik Kelainan genetik Pada keadaan ini dapat ditemukan kista kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula. Patofisiologi CKD Perjalanan klinis umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium: 1. Std. pertama Disebut penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan pasien asimtomatik. 2. Std. kedua Perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal, bila lebih dari 75% jaringan yang berfungsidtelah rusak (GFR besarnya 25% dari normal) . Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Azotemia biasanya ringan ( kecuali bila pasien mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung, atau dehidrasi). Pada stadium insufisiensi ginjal ini mulai timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria ( akibat gangguan kemampuan pemekatan). 3. Std. ketiga Disebut stadium akhir atau uremia. ESRD (gagal ginjal stadium akhir) terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR hanya 10% dari normal. Pada keadaan ini kreatinin dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok. Pasien mulai mersakan gejala-gejala yang cukup parah. Pasien menjadi oligourik karena kegagalan glomerulus Klasifikasi (Suwitra, 2007)
Derajat Penjelasan LFG (mL/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
Penegakan diagnosis Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) dilihat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, gambaran radiologis, dan apabila perlu gambaharan histopatologis. 1. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG) 2. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi 3. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors) 4. Menentukan strategi terapi rasional 5. Meramalkan prognosis Cont Anamnesis dan pemeriksaan fisik Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik sesuai dengan penyakit yang mendasari; 1. sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritusm uremic frost, perikarditis, kejang- kejang sampai koma; 2. komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, chlorida). Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang Darah lengkap Ureum/creatinin foto polos abdomen: dapat terlihat batu radio opak pielografi intravena: sekarang jarang digunakan karena kontras seriing tidak bisa melewati filter glomerolus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksisk oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan pielografi antergrad atau retrograde dilakukan sesuai indikasi ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, klasifikasi pemeriksaan pemindaan ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi. Tatalaksana CKD 1. Terapi konservatif Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Suwitra, 2007). 2. Terapi simptomatik Asidosis metabolik meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20 mEq/L. Anemia eritropoetin dengan dosis inisial 50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu. PRC Dosis inisial 50 u/kg IV 3 kali dalam seminggu. Jika Hb meningkat >2 gr/dL kurangi dosis pemberian menjadi 2 kali seminggu. Maksimum pemberian 200 u/kg dan tidak lebih dari tiga kali dalam seminggu. Target hb 11-12 g/dL Cont Keluhan gastrointestinal Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai pada GGK. Terapi yang diberikan dialisis adekuat dan obat-obatan simptomatis. Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi terutama penghambat Enzym Konverting Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme/ ACE inhibitor). kardiovaskular Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita, termasuk pengendalian diabetes, hipertensi, dislipidemia, hiperfosfatemia, dan terapi terhadap kelebihan cairan dan gangguan keseimbanagan elektrolit. Cont Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. Prognosis Pasien dengan gagal ginjal kronik umumnya akan menuju stadium terminal atau stadium V. Angka prosesivitasnya tergantung dari diagnosis yang mendasari, keberhasilan terapi, dan juga dari individu masing-masing. Pasien yang menjalani dialisis kronik akan mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi (Wilson, 2002). Pencegahan Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula darah, lemak darah, anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan pengendalian berat badan (Wilson, 2002). Daftar Pustaka Suwitra, Ketut. 2007. Penyakit Ginjal Kronik. Aru WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed. 4 Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Wilson, Lorraine McCarty, RN, PhD. Dkk. 2002. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi Enam. Volume Dua. EGC. TERIMA KASIH