Professional Documents
Culture Documents
PENGENDALIANNYA
iman_basriman@usahid.ac.id
HAMA PENYIMPANAN/PENGGUDANGAN
(SERANGGA)
Coleoptera (kumbang)
Sayap depan keras (elytra), metamorfosis sempurna
Lepidoptera (moth/ngengat)
Punya sayap depan dan belahan, metamorfosis sempurna
curahkan bjian
dicari
dijebak secara fisik
analisis protein dengan ELISA
pengukuran karbondioksida (respirasi)
dijebak dengan jebakan sinar UV
dijebak dengan feromon
PENGENDALIAN SERANGGA HAMA
PEMBALIKAN TUMPUKAN
AERASI
PENDINGINAN/CHILLING
Taint, residues and loss of viability in treated Sorption occurs and may cause taint, bromide
seeds are generally negligible residues and loss of viability in treated seeds
Slow acting, particularly at low temperatures and Rapidly toxic and widely effective even at lower
humidities* temperatures
Flammable: spontaneously explosive ignition can
Non-flammable
occur in some circumstances
High acute mammalian toxicity but low chronic Dangerous acute and chronic poison with delayed
toxicity symptoms
Fairly easy to detect Very easy to detect
Rapidly lost by leakage unless fumigation space is
well sealed and gas tight soon after Needs very good seeing before application
application
* Not recommended for use at temperatures below 12C.
Source: Adapted from Pest Control for Food Security, FAO Plant Production and Protection Paper 63 (Prepared
for FAO by ODNRI), FAO, Rome (1985).
Average concentrations of phosphine (mg/l) required to give
100 per cent mortality of all developmental stages of insects
under experimental conditions
Pest control techniques: current options
Kerusakan bahan pangan ditentukan interaksi antara :
kondisi bahan pangan,
kondisi lingkungan dan
organisme perusak kualitas bahan pangan.
Serangga tidak mempunyai tulang, bagian dalam dari badannya dilindungi oleh
bagian badan yang keras yang disebut exoskeleton yang ditutup dengan lapisan
lilin agar dapat mecegah terlalu banyak air ke luar (menguap) dari badannya.
Pernafasan terjadi melalui series dari spiracles yang terbuka melalui bagian
samping dari badan ke dalam pipa-pipa trachea yang menghubungkan ke seluruh
tubuhnya. Dengan rahangnya yang kuat serangga dapat menggigit, mengerat
maupun mengunyah bahan makanan.
ukuran serangga: 2-20 mm sampai sepanjang 25 cm.
Kutu
Nimfa
Lebih tua Telur
Nimfa
6 mm
3 mm
c. Kumbang Penggerek Jagung (Maize Weevil)
Sitophillus zeamais
menyerang jagung yang disimpan.
menyerang bahan lain seperti kopra, gandum, beras, sorgum
dan biji-bijian lainnya.
Siklus hidup metamorfosis sempurna.
Moncong
fase telur
4-6 hari
fase larva
Sayap kemerah-merahan
25-30 hari
fase pupa
4-5 hari
Serangga dewasa
Kumbang Penggerek Padi (Lesser Grain Borer)
Rhizopertha dominica dan Prostephanus truncatus) famili
Bostrichidae.
perusak padi-padian dan gaplek, serangga primer
Tubuh kumbang dewasa berwarna coklat gelap sampai
kehitaman, ramping dan agak silindris.
Ukuran tubuh Rhizopertha dominica 2-3 mm,
Prostephanus truncatus 3-4,5 mm
Kedua spesies dapat beradaptasi pada suhu > dan kadar
air < spesies Sitophillus sp.
hidup secara berkelompok dan metamorfosis sempurna.
e. Ngengat Beras (Rice moth)
Corcyra cephalonica
menyerang beras giling, kopra, kacang-kacangan,
kakao, tepung dan bungkil.
Jagung yang digerek sering bergandengan/saling
menempel karena air liurnya.
Ngengat dewasa (kupu-kupu) mempunyai 2 pasang
sayap berwarna coklat kotor atau kelabu agak pucat.
Panjang tubuh 11-12 mm.
Ulat berwarna kelabu, berbulu jarang dan berkaki.
Siklus hidup metamorfosis sempurna.
Ulat yang telah menetas aktif makan dan merusak
bahan.
Faktor Yang Mempengaruhi Serangan
1. asal serangga, makanan tersedia, suhu, air, udara, kondisi bahan
pangan, kehadiran organisme lain dan upaya untuk membasmi
hama.
2. Faktor-faktor pertumbuhan populasi: suhu, kelembaban relatif
dan kadar air bahan pangan.
3. Kandungan nutrisi dan sifat fisik bahan pangan
4. Kandungan air yang tinggi (di atas 16%)
5. Sebagian besar spesies serangga hama tropis mempunyai suhu
optimum sekitar 28oC.
6. Kelembaban relatif, Kadar air yang rendah beriringan dengan
kelembaban relatif yang rendah memberikan proteksi terhadap
serangan serangga.
Kerusakan Akibat Serangan Serangga
Kerusakan fisik terjadi akibat kontaminasi bahan pangan
oleh kotoran, jaring, bagian tubuh dan bau kotoran.
Serangga memakan dan merusak struktur fisik bahan
pangan, seperti berlubang, hancur dan memicu
pertumbuhan mikroorganisme lain. Aktivitas makan yang
dilakukan oleh serangga menyebabkan bahan pangan
kehilangan berat.
Kerusakan secara kimiawi menyebabkan penurunan
kualitas bahan,merubah rasa dan nilai nutrisi. Sekresi
enzim lipase oleh serangga mampu meningkatkan proses
kerusakan secara kimiawi.
Serangan serangga dapat meningkatkan panas bahan
pangan. Kerapatan populasi yang sangat tinggi dapat
meningkatkan suhu hingga mencapai 45oC dan bila diikuti
dengan kehadiran mikroorganisme, seperti jamur, suhu
dapat mendekati 75oC.
PENGENDALIAN SERANGGA HAMA
PASCA PANEN
5/1/10 53 YHA_ITP
ALASAN ATAU LATAR BELAKANG PERLUNYA
PENGENDALIAN SERANGGA
Penyimpanan merupakan salah satu tahap
yang sangat penting dalam rangkaian kegiatan
penanganan pasca panen.
Kerusakan dan kehilangan bahan pangan
disebabkan terutama oleh agen-agen perusak
seperti serangga, rodenta, dan mikroorganisme
(terutama kapang).
Serangga merupakan hama yang paling
destruktif dan paling merugikan.
5/1/10 54 YHA_ITP
METODE PENGENDALIAN :
Metode Preventif
Metode Kuratif
Prinsip Pengendalian :
1. Tindakan preventif jauh lebih baik dari tindakan kuratif.
Alasan :
Biaya pengendalian yang harus dikeluarkan dan kerugian akibat
kerusakan/kehilangan akan jauh lebih rendah.
5/1/10 55 YHA_ITP
2. Dalam tindakan kuratif pengendalian serangan lebih baik
daripada tindakan pemberantasan total.
Alasan :
Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian harus jauh lebih
kecil dari harga atau nilai jual produk yang ingin dilindungi.
Artinya upaya pengendalian dipertahankan sampai tingkat
serangan di bawah ambang ekonomi, tanpa harus membasmi
secara total serangan tersebut.
3. Pengendalian hama secara terpadu (Integrated Pest
Management IPM) merupakan tindakan yang bijaksana.
Alasan :
IPM adalah tindakan pengendalian hama secara terpadu dan
terkendali. Setiap metode pengendalian memiliki kelebihan
dan kekurangan dari segi biaya, kelayakan teknis, dan
keamanan bagi manusia dan makhluk hidup lain non-target.
5/1/10 56 YHA_ITP
METODE PREVENTIF
5/1/10 YHA_ITP 57
METODE PREVENTIF
5/1/10 YHA_ITP 59
METODE PREVENTIF (lanjutan)
2. CARA KIMIA
a. Attractant
Bahan kimia yang dapat menarik/membujuk seranga untuk
datang. Attractant biasanya digabungkan dengan tindakan
trapping. Dalam trap itu ditempatkan insektisida untuk
membunuh serangga yang datang ke perangkap itu. Contoh
attractant adalah sex pheromone.
b. Repellent
Bahan kimia yang dapat mencegah datangnya serangga atau
mencegah serangga yang sudah menyerang untuk
melanjutkan serangan. Dengan pengertian itu serangga
berbalik menjauhi tempat penyimpanan atau serangga betina
induk menunda peletakkan telur, atau larva tidak mau makan.
5/1/10 YHA_ITP 60
METODE PREVENTIF (lanjutan)
c. Chemosterilant
Bahan kimia yang dapat menyebabkan serangga menjadi
mandul sehingga tidak dapat melanjutkan proses reproduksi.
Akibatnya populasi serangga tidak bertambah secara
eksponensial lagi. Contoh chemosterilant adalah apholate.
d. Grain Protectant
Bahan kimia yang dapat melindungi bahan pangan yang
disimpan. Pada prinsipnya grain protectant adalah insektisida.
Jenis dan macam insektisida sangat banyak, termasuk
diantaranya yang tidak bersifat racun bagi manusia. Bahan
kimia seperti itu disebut non-toxic grain protectant (NTP),
contohnya tri calcium phosphate (TCP).
5/1/10 YHA_ITP 61
METODE PREVENTIF (lanjutan)
5/1/10 YHA_ITP 62
METODE KURATIF
5/1/10 YHA_ITP 63
METODE KURATIF
1. CARA FISIK
a. Pemanasan
b. Radiasi
c. MA dan CA Storage
(ii) CA Storage
Pada Controlled Atmosphere Storage (CAS), konsentrasi CO2
dikontrol selama penyimpanan. Bila konsentrasi CO2 turun di
bawah 50 %, CO2 baru ditambahkan ke dalam sistem
penyimpanan.
5/1/10 YHA_ITP 67
METODE KURATIF (lanjutan)
2. CARA MEKANIK
3. CARA KIMIA
a. Insektisida
Insektisida adalah bahan kimia yang sangat efektif dalam
membasmi serangga hama pasca panen. Namun demikian
banyak kekurangan insektisida.
5/1/10 YHA_ITP 68
METODE KURATIF (lanjutan)
Contoh Insektisida yang digunakan dalam pengendalian
serangga hama pasca panen adalah :
Generasi Lama :
- Golongan Organoklorin :
BHC, Lindane
- Organofosfat :
Malathion, Dichlorvos
- Carbamate :
Carbaryl
Generasi baru :
Pirimifos metil, Klorfirifos-metil, S-bioalletrin,
Ciflutrin, Bifentrin
5/1/10 YHA_ITP 69
METODE KURATIF (lanjutan)
Kekurangan Insektisida Sintetis :
- dapat merupakan racun bagi manusia dan hewan
peliharaan.
- jika diberikan secara terus-menerus dalam dosos tertentu
yang lebih rendah dari dosis standar, dapat menimbulkan
resistensi serangga.
- menimbulkan efek residu yang berbahaya.
- dapat mencemari lingkungan.
- di negara berkembang tidak selalu tersedia dengan mudah.
- memerlukan keahlian khusus dalam aplikasinya.
Jalan keluar :
Dicari alternatif pengganti insektisida sintetis, misalnya
dengan mengembangkan insektisida alami (nabati, hewani,
mineral)
5/1/10 YHA_ITP 70
METODE KURATIF (lanjutan)
Contoh Insektisida Alami :
5/1/10 YHA_ITP 71
METODE KURATIF (lanjutan)
Selain itu dikembangkan pula insektisida generasi baru, atau
disebut generasi ketiga. Insektisida generasi baru ini
membasmi serangga hama pasca panen dengan mekanisme
berbeda.
c. Fumigan
5/1/10 YHA_ITP 73
METODE KURATIF (lanjutan)
4. CARA BIOLOGI
a. Musuh Alami
Di alam selalu ada musuh alami dari spesies tertentu. Di
dunia hama pasca panen pun ada musuh alami. Musuh
alami ini dapat dimanfaatkan dalm pengendalian serangga
hama pasca panen.
b. Kontrol Mikrobial
Spora Bacillus thuringiensis Berliner diketahui sejak lama
dapat membunuh larva Lepidoptera. Sekarang sudah
dikembangkan strain baru yang juga efektif pada
Coleoptera.
5/1/10 YHA_ITP 74
PENGENDALIAN SECARA TERPADU
5/1/10 YHA_ITP 75
PENGENDALIAN HAMA SECARA TERPADU
5/1/10 YHA_ITP 76