You are on page 1of 47

PEMICU 2

MODUL SARAF & JIWA

Dosen Pembimbing :
Dr. Dian Mutiasari, M. Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
NAMA KELOMPOK :
Nadila De Putri
Pini Septiani
Andreany Uria Utama Ludjen
Satriyandi Mahmud
Lini Maliqisnayanti
Nuurika Ahsana
SUAMI BERSELINGKUH
Kata kunci
Ny. Senti usia 38 tahun dengan suami (artis)
Keluhan:
Pasien curiga suami berselingkuh
Ke pliklinik ilmu kesehatan jiwa dengan keluhan
Mersa curiga terhadap suami yang berselingkuh dengan wanita lain
Persaan ini semakin curiga dari 3 bulan lalu, saat melihat ditv pameran laki-
laki mirip dengan suaminya
Pasien disanggah pameran pria dalam film itu mungkin saja sama dengan
suaminya namun pasien bersihkeras
Sebelumnya passien sering diobecandai oleh temannya bahwa suaminya
selingkuh dengan wanita lain.
Identifikasi masalah
Ny. Senti 38 tahun mengeluh curiga terhadap suaminya yang
berselingkuh dengan wanita lain.
Analisis masalah

Ny. Senti 38 thn

K.S R.S
K.U
Rasa curiga sejak Pasien sering dibecandai
Rasa curiga meningkat awal menikah, oleh temannya bahwa
sejak 3 bullan yang berlangsung 3 thn suaminya berselingkuih
lalu lamanya

DD
Waham
paranoid
Hipotesis
Berdasarkan tanda dan gejala, aloanamnesis, dan anamnesis
pasien mangalami gangguan jiwa
Pertanyaan terjaring
1. Interpretasi data
2. Waham
A. Definisi
B. Gejala klinis
C. Faktor risiko
D. Pemeriksaan fisik
E. Pemeriksaan penunjang
F. Penegakan diagnosis
G. Tatalaksana
H. Prognosis
3. Paranoid
A. Definisi
B. Tanda gejala
C. Penegakan diagnosis
4. Edukasi pada pasien ini sesuai pemicu
Interpretasi data.......
NO Pada Pemicu Normal Keterangan
1. Riwayat Hipertensi - -

2. Penyalahgunaan -
narkoba (ganja) positif

3. Riwayat Keluarga -

4. Tanda vital dalam batas


normal
5. Penampilan wajar +

6. Raut muka +

7. Kontak verbal dan visual


cukup
NO Pada Pemicu Normal Keterangan

1. Kesadaran jernih

2. Kemampuan berpikir
abstrak baik

3. Daya ingat baik

4. Mood/ afek curiga

5. Labil/ inadekuat

6. Bentuk pikir non-logis


non-realis
NO Pada Pemicu Normal Keterangan
1. Arus pikir koheren

2. Isi pikir terdapat waham


curiga
3. Tidak terdapat
halusinasi auditorik dan
visual
4. Tidak terdapat masalah
mengurus diri
5. Psikomotor
Waham.......
Definisi
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan
klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan
dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan
ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
(Direja, 2011).
Tanda dan Gejala
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
2. Fungsi persepsi
3. Fungsi emosi
4. Fungsi motorik.
5. Fungsi sosial kesepian.
Faktor Risiko
Faktor predisposisi
a. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal
berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan
skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling
berhubungan dengan perilaku psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :

a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan


b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
c. Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan
dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja,
2011).
Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:

1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur


proses informasi
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu
(Direja, 2011).
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum

Tandaumum
Keadaan vital : Tekanan darah, nadi,
Pemeriksaan bagian kepala :
pernafasan
Tanda dan suhu
vital : Tekanan darah, nadi,
Inspeksi : bersih, rambut
Antropometri
pernafasan : Tinggi badan dan
dan suhu
panjang/pendek, berwarna hitam,
berat badan
Antropometri : Tinggi badan dan berat
tidak rontok
badan
Ada/tidaknya keluhan fisik
Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan
Ada/tidaknya keluhan fisik
pengelihatan normal/tidak normal,

ada/tidak mengalami peradangan


Pemeriksaan mata :
Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan
Inspeksi : konjungtiva merah muda,
Pemeriksaan hidung :
sclera putih, pengelihatan
Inspeksi : bentuk simetris, penciuman
normal/tidak normal, ada/tidak
normal, ada/tidak mengalami peradangan,
mengalami peradangan
ada/tidaknya mengalami polip
Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan Palpasi : ada/tidaknya krepitasi, ada/tidak

nyeri tekan
Dada :
Inspeksi : normal chest, tidak ada
Mulut :
retraksi intercosta
Inspeksi : bersih, tidak ada karies
Auskultasi : rhonki (-), wheezing (-)
gigi, mukosa bibir lembab, tidak ada
luka, ada/tidaknya pembesaran tonsil Abdomen :
Telinga : Inspeksi : bentuk normal, tidak terdapat
Inspeksi : simetris, bersih, lesi
pendengaran tidak terganggu Palpasi : ada/tidaknya terdapat nyeri
Leher : Perkusi : timpani
Inspeksi : tidak ada luka, tidak kaki Genitalia : Bersih, tidak ada hemoroid
Ekstremitas : kekuatan otot, rentang
kuduk
gerak maksimal, tidak ada luka
Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan
Integument : kulit bersih, lembab dan
tidak ada lesi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien waham dapat dilakukan
dengan cara melakukan pemeriksaan susunan saraf pusat,
apakah ada suatu kelainan yang terjadi atau tidak.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Diagnosis dan Kriteria Diagnostik (DSM-V R/PPDGJ III)
Waham waham merupakan satu satunya ciri khas klinis atau
gejala yang paling mencolok. Waham waham tersebut (baik
tunggal maupun sebagai suatu system waham) harus bersifat
khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.

Gejala gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif


yang lengkap / full blown (F32.-) mungkin terjadi secara
intermiten, dengan syarat bahwa waham waham tersebut
menetap pada saat saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
Tidak boleh ada bukti bukti tentang adanya penyakit otak.
Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang
kadang saja ada dan bersifat sementara.
Tidak ada riwayat gejala gejala skizofrenia (waham
dikendalikan, siar pikiran, penumpulan afek, dsb.)
TATALAKSANA
Tata laksana gangguan waham yang dapat dilakukan terdiri atas
pemberian farmakoterapi dan psikoterapi.
Tujuan dari tatalaksana adalah untuk memutuskan intervensi
yang sesuai serta menangani komplikasi. Selain itu tatalaksana
yang baik akan membangun hubungan dokter pasien yang
terapeutik dan efektif.
Farmakoterapi
Antipsikotik IM
Antidepresan
Litium (Li)
Asam valproate
Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan
hubungan saling percaya. Terapis tidak boleh mendukung
ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya. Terapis perlu menyatakan
pada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan
konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis
dapat meningkatkan tes realitas. Sehingga terapis perlu bersikap
empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu
menampung semua ungkapan perasaan klien.
Tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan
terhadap persepsinya. Pada saat klien membiarkan perasaan
kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif
telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik dapat dilakukan.
PRGONOSIS WAHAM
50% sembuh dengan pengobatan
20% pengurangan gejala
30% tidak ada perbaikan
<25 % menjadi skizofrenia
<10% menjadi gangguan mood

Prognosis ke arah baik :


Riwayat pekerjaan dan hubungan sosial yang baik
Kemempuan penyesuaian yang tinggi
onset Sebelum 30 tahun
lamanya sakit singkat
PARANOID....
DEFINISI PARNOID
Gangguan mental yang diderita seseorang yang
meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan
dirinya.

Dikatakan sebagai bentuk gangguan bila perilaku


tersebut sifatnya irasional, menetap, mengganggu, dan
membuat stres.
GEJALA PARANOID
Gejala ringan yaitu:

Suasana hati yang tidak stabil (tapi Gejala kelanjutan :


gejalanya disini lebih ringan
dibanding pada skizofrenia jenis Halusinasi suara.
lain). Merasa cemas, curiga, berhati-
Terobsesi dengan kematian, sekarat, hati, dan suka menyendiri.
atau kekerasan. Gangguan persepsi.
Merasa terperangkap atau putus asa. Merasa dirinya lebih hebat dari
Mengucapkan salam perpisahan kenyataan (delusi kebesaran).
yang tidak biasa. Delusi paranoid yang rutin dan
Mendata orang-orang terdekat untuk stabil.
membagikan barang-barang pribadi. Mengalami perasaan cemburu
Meningkatnya konsumsi minuman tidak realistis (delusi cemburu).
keras atau obat-obatan.
Berubahnya pola tidur dan makan.
DIAGNOSIS SKIZOFRENIA PARANOID

Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia paranoid menurut

PPDGJ-III, kriteria umum diagnosis skizofrenia harus


dipenuhi.

Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus


menonjol, sedangkan gangguan afektif, dorongan kehendak,
dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak
nyata. Halusinasi biasanya seperti berikut ini
Halusinasi pada skizofrenia paranoid umumnya berjenis
auditorik, dan seringkali bersifat kejam dan mengancam. Suara-
suara tersebut memperingatkan bahwa mereka sedang
mengawasi setiap gerak-gerik penderita.

Biasanya ketika pertama kali terjangkit, penderita menjadi


curiga bahwa orang lain membicarakannya tanpa
sepengetahuannya.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : Gangguan klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinik
AKSIS II : Gangguan kepribadian
Retardasi mental
AKSIS III : Kondisi Medik Umum
AKSIS IV : Masalah psikososial dan Lingkungan
AKSIS V : Penilaian Fungsi Secara Global

CATATAN :
Antara aksis I, II dan III tidak selalu ada hubungan etiologik atau patogenesisi
Hubungan antara aksis I, II, III dan aksis IV dapat timbal balik saling mempengaruhi
AKSIS I : Gangguan waham menetap (F22)
AKSIS II : Gangguan kepribadian paranoid (F60)
AKSIS III : Penyakit susunan saraf (BAB VI)
AKSIS IV : Masalah psikososial dan masalah lingkungan lain
AKSIS V : Gejala sementara & dapat di atasi disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah, dll (80-71)
1. Suara-suara yang mengancam individu atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing).

2. Halusinasi pembauan atau pengecapan-rasa, atau bersifat


seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
AKSIS I (RPS )
F 00 F 09 : Ggn mental organik (+simptomatik)
F 10 F 19 : Ggn mental & perilaku zat psikoaktif
F 20 F 29 : Skizofrenia, skizotipal & gg waham
F 30 F 39 : Ggn suasana perasaan (mood/afektif)
F 40 F 49 : Ggn neurotik, somatoform-> ggn terkait stress
F 50 F 59 : Sindroma perilaku -> ggn fisiologis
dst..F 99
AKSIS II (RPS & RPD )
F 60 : Gg Kepribadian khas
F 60.0 : Gg kepribadian paranoid
F 60.1 : Gg kepribadian schizoid
F 60.2 : Gg kepribadian disosial
F 60.3 : Gg kepribadian emosional tak stabil
F 60.4 : Gg kepribadian histrionik
F 60.5 : Gg kepribadian anankastik
dst ..F 70 : RM
AKSIS III (RPS )
Bab I A00 B99 : Peny infeksi & parasit
Bab II C00 D 99 : Neoplasma
Bab IV E00 G 99 : Peny endokrin, nutrisi dan endokrin
Bab VI G00 G59 : Peny susunan syaraf
Bab VII H00 H 59 : Peny mata dan adneksa
Bab VIII H60-H99 : Peny telinga dan proses mastoid
AKSIS IV
Masalah dengan primary support group (keluarga)
Masalah berkaitan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Masalah ekonomi
Masalah akses dan pelayanan kesehatn dst
AKSIS V
(GAF =Global Assesment of Functioning scale)

100 91 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
ditanggulangi
90 81 : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian biasa
80 71 : Beberapa gejala ringan & dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, pekerjaan, sekolah dll
70 61 : Beberapa gejala rignan & menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik dst.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. 2009. Delusional Disorder. Diunduh dari : www.emedicine.com. Dibuka pada tanggal 12 November

2010.

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision. 2009. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

3. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional Disorder : An Overview. Diunduh dari : www.gjpsy.uni-

goettingen.de. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

4. Kaplan, Harorld I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. 1997. Gangguan Delusional. Jakarta : Binapura Aksara.

5. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006. Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals.

Canada : Wiley-Liss Inc.

6. Maslim, Rusli. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya

7. Lowenstein ,Daniel H dan Brian K. Alldredge . 2005. Mental Health and Delusional Disorder. Diunduh dari :

www.webmed.com/schizophrenia/delusional-disorder. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

8. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock dan Pedro Ruiz. 2009. Kaplan & Sadocks : Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 1 Ninth

Edition. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins


9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993) Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. Cet.
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan.
10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan.
11. Referat II Gangguan Waham oleh Maria Gabriela S. & Mega Selvia. 2015. FK Univ. Hang Tuah: Surabaya

You might also like