You are on page 1of 30

Nama :

Endras Herdad Jaya (113140099)


Bakti Ilham Akbar (113140055)
Chandra ardhiantama (113140074)
Pendahuluan
Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemboran sumur minyak
sebagian besar disebabkan oleh karena gangguan terhadap tegangan
tanah (earth stress) di sekitar lubang bor yang disebabkan oleh
pembuatan lubang itu sendiri dan adanya interaksi antara lumpur
pemboran dengan formasi yang ditembus. Tegangan tanah bersama
tekanan formasi berusaha untuk mengembalikan keseimbangan yang
telah ada sebelumnya dengan cara mendorong lapisan batuan kearah
lubang bor.
Lubang bor dijaga agar tetap stabil dengan cara menyeimbangkan
tegangan tanah dan tekanan pori di satu sisi dengan tekanan lumpur
pemborandi sekitar lubang bor dan komposisi kimia lumpur bor pada sisi
yang lain. Setiap kali keseimbangan ini diganggu maka timbulah
masalah-masalah di lubang bor. Masalah-masalah pemboran dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu :
1. Pipa terjepit (pipe stuck)
2. Shale problem
3. Hilang Lumpur (Lost circulation)
Pipa Terjepit
Definisi pipa terjepit adalah keadaan dimana bagian dari pipa bor atau
setang bor (drill collar) terjepit di dalam lubang bor. Penyebab terjepitnya
pipa bor pada sumur pemboran adalah adanya differential sticking
maupun mechanical sticking. Jika hal ini terjadi, maka gerakan pipa akan
terhambat dan pada gilirannya dapat mengganggu kelancaran operasi.
Masalah pipa terjepit ini biasanya diklasifikasikan sebagai berikut :
Differential Pipe Sticking
Mechanical Pipe Sticking
Key Seat
Differential Pipe Sticking

Jenis jepitan ini terjadi oleh karena beberapa faktor. Faktor-


faktor yang menyebabkan differential pipe sticking adalah :
Beda tekanan hidrostatik dari kolom lumpur melebihi tekanan
dari formasi yang permeable.
Luas kontak antara rangkaian pipa dasar lubang bor dengan
dinding lubang bor. Bertambahnya ukuran rangkaian pipa dasar
akan meningkatkan luas kontak. Meningkatnya ketebalan Mud
Cake akan meningkatkan luas kontak, jika luas kontak
bertambah maka akan semakin memperkuat jepitan karena beda
tekanan ini juga bertambah.
Gambar 1.
Differential Pipe Sticking
Gambar 2.
Perkembangan Differential Pipe Sticking Menurut Waktu
a) kondisi awal; b) setelah beberapa jam
Differential Pipe Sticking (Lanjutan)

Dalam operasi pemboran yang normal diusahakan terdapat


overbalance pressure antara 100 sampai dengan 200 psi (6.8 13.6 bar).
Kenaikan overbalance pressure yang tinggi dapat ditimbulkan oleh hal-
hal sebagai berikut :
Kenaikan tiba-tiba dari berat lumpur pemboran yang akan meningkatkan
tekanan hidrostatik lumpur dan pada akhirnya akan meningkatkan
besarnya overbalance pressure.
Pemboran yang melalui reservoir yang terdepresi dan adanya regresi
tekanan.
Regresi tekanan terjadi pada operasi pemboran pada saat gradien
tekanan formasi menurun sementara gradien tekanan lumpur
pemboran tetap untuk menahan tekanan formasi pada formasi batuan
Mechanical Pipe Sticking (Jepitan Mekanis)

Pipa dapat terjepit secara mekanis apabila :


Keratan bor atau formasi yang mengalami sloughing
menyumbat annulus di sekitar rangkaian bor.
Rangkaian bor diturunkan terlalu cepat sehingga
menghantam bridge atau tight spot atau dasar sumur.
Ditarik masuk ke dalam lubang kunci (key seat).
Key Seat
Selama operasi pemboran berlangsung berat pada pahat yang diberikan
melalui pipa bor mempunyai gaya tegang (tension), untuk mendapatkan
kondisi rangkaian pipa bor menjadi tetap lurus atau vertikal. Selama
pemboran, drill pipe selalu dijaga berada dalam keadaan tension (tertarik)
dan pada saat memasuki daerah dog leg, berusaha untuk menjadi lurus,
sehingga menimbulkan gaya lateral. Gaya lateral ini mengakibatkan
sambungan drill pipe (tool joint) menggerus formasi yang berada pada
busur dog leg, dan menimulkan lubang baru sebagai akibat diputarnya
rangkaian pemboran. Lubang ini disebut Key Seat.
Gambar 3.
Perkembangan Key Seat
Penanggulangan
Pendekatan pencegahan terhadap problem differential pipe sticking adalah
dengan :
Mengurangi perbedaan antara tekanan hidrostatik lumpur dengan
tekanan formasi. Perbedaan tekanan dapat diminimalisasi dengan
mempertahankan densitas lumpur serendah mungkin dengan tetap
memperhatikan faktor keamanan sumur.
Mengurangi daerah kontak dan ketebalan mud cake, yaitu dengan
menggunakan oil base mud yang menghasilkan ketebalan mud cake
yang tipis.
Mengurangi rangkaian pipa bor dalam keadaan statis
Mengurangi faktor gesekan, dengan menambahkan oil wetting
agent yang dapat membentuk lapisan film untuk menghindari efek
friksi.
Penanggulangan (Lanjutan)
Pada key seat dan mechanical pipe sticking pencegahan dapat dilakukan
dengan cara melakukan pemboran lurus, menghindari pembelokan
(perubahan sudut) mendadak dan ekstrim melampaui kemampuan
rangkaian pipa. Pemilihan bit yang sesuai dan mereaming tight spot dapat
mencegah trjadinya pipa terjepit.
Shale Problem
Pemboran menembus lapisan shale memiliki pemasalahan tersendiri. Menjaga
agar shale tetap stabil, tidak runtuh atau longsor merupakan suatu masalah. Tidak
ada suatu cara yang pasti yang dapat diterapkan untuk semua keadaan. Untuk
mengurangi masalah ini biasanya pemboran dilakukan dengan memakai drilling
practice serta mud practice yang baik. Karena reruntuhan atau longsorannya shale
ini, maka akibat seterusnya yang dapat timbul antara lain :
Lubang bor membesar.
Pipa bor terjepit.
Bridges dan fill up.
Kebutuhan lumpur bertambah.
Penyemenan yang kurang sempurna.
Kesulitan dalam melaksanakan logging.
Jenis Shale Problem
1. Pressure Shale
Karena proses geologi, terjadi penekanan batuan tersebut oleh lapisan-
lapisan yang mengendap berikutnya (overburden presure).
2. Mud Making Shale
Shale yang sangat sensitif terhadap air atau lumpur. Jenis ini menghisap
air (hidrasi), yang terutama adalah bentonotic shale.
3. Stressed Shale
Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau berhidrasi dengan air, tetapi
mudah runtuh. Problem ini akan semakin besar bila lapisan miring dan
ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur.
Sebab-Sebab Shale Problem
Beberapa penyebab dari kelompok mekanis antara lain :
Erosi, karena kecepatan lumpur di annulus yang terlalu tinggi.
Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor.
Adanya penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada
waktu cabut dan masuk pahat (tripping).
Adanya tekanan dari dalam formasi.
Adanya air filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Shale
Problem
1. Faktor Mekanis
Pengaruh erosi yang disebabkan oleh aliran lumpur pemboran di annulus. Pengaruh mekanis
yang lain adalah pecah atau rusaknya serpih ynag diakibatkan oleh gerakan rangkaian
pemboran dan caving yang diakibatkan oleh pergerakan horisontal lapisan serpih.
2. Faktor Hidrasi
Hidrasi osmosis berhubungan dengan perbedaan salinitas antara lumpur pemboran dan air
formasi pada lapisan serpih. Selama sedimentasi, lapisan serpih terkompaksi secara progresif
oleh berat overburden.
3. Faktor-Faktor Selain mekanis Dan Hidrasi
Proses runtuhan pada brittle shale (serpih getas) yang tidak mengandung lempung aktif
dijelaskan dengan adanya penembusan antara bedding plane dan microfissure dari serpih. Hal
ini akan menghasilkan tekanan swelling yang tinggi yang memecahkan gaya kohesi iantara
rekahan di permukaan yang menyebabkan serpih ini akan terjatuh.
Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap shale problem adalah dengan memakai
lumpur yang stabil pada kandungan shale formasi, yaitu dengan
mengkombinasikan KCl dengan polymer. Lumpur dasar ini adalah dengan
menggunakan dasar air tawar dimana digunakan additive KCl dan
polymer. KCl akan melepas Na sehingga kemampuan ikatan akan semakin
kuat (afinitas terhadap air kecil) dengan demikian air yang dapat
menyebabkan swelling tidak banyak terserap.
Hilang Lumpur (Lost Circulation)
Hilang lumpur adalah peristiwa hilangnya lumpur pemboran masuk ke
dalam formasi. Hilang lumpur ini merupakan problem lama di dalam
pemboran, yang meskipun telah banyak penelitian, tetapi masih banyak
terjadi dimana-mana, serta kedalaman yang berbeda-beda. Hilang terjadi
karena dua faktor, yakni : faktor mekanis dan faktor formasi.
Sebab-Sebab Hilang Lumpur
Faktor Mekanis
Hilang lumpur terjadi jika tekanan hidrostatik naik hingga melebihi tekanan
rekah formasi, yang akan mengakibatkan adanya crack (rekahan) yang
memungkinkan lumpur mengalir ke dalamnya. Hilang lumpur ini terjadi jika
besar lubang pori lebih besar dari pada ukuran partikel lumpur pemboran. Pada
prakteknya, ukuran lubang pori yang dapat mengakibatkan terjadinya hilang
lumpur berada pada kisaran 0.1 1.00 mm.
Faktor Formasi
Ditinjau dari segi formasinya, seperti ditunjukkan oleh Gambar 4., maka hilang
lumpur dapat disebabkan oleh :
Coarseley permeable formation.
Cavernous formation.
Fissure, fracture, faults.
Gambar 4.5
Berbagai macam lost circulation
Metode Penentuan Tempat Hilang Lumpur
Temperature Survey
Alat perekam suhu diturunkan ke dalam lubang dengan menggunakan wireline untuk
memberikan data suhu pada kedalaman tertentu. Pada kondisi normal, kenaikan temperatur akan
berbanding lurus dengan kenaikan kedalaman. Trend (Gambar 4.6) direkam pada keadaan statis
untuk mendapatkan base log (log dasar). Sejumlah lumpur dingin kemudian dipompakan le
dalalm lubang dan dilakukan survey yang lain. Lumpur dingin ini akan menyebabkan peralatan
survey merekam temperatur yang lebih rendah daipada sebelumnya, sampai pada thief dimana
terjadi hilang lumpur. Di bawah thief level lumpurnya statis dan suhunya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan thief. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa lo suhu yang baru akan
menunjukkan anomali sepanjang thief dan letak zona ini dapat ditentukan dari pembacaan
kedalaman dimana terjadi perubahan garis pada gradiennya.
Gambar 4.6.
Prinsip Temperature Survey 10)
Radioactive Tracer Survey
Pertama kali gamma ray log dijalankan untuk mendapatkan radioactivitas formasi normal
dan bertindak sebagai dasar untuk perbandingan. Kemudian sejumlah kecil bahan radioactive
dimasukkan ke dalam lubang di sekitar daerah dimana kemungkinan terdapat thief. Gamma ray
log yang kedua kemudian dijalankan dan dibandingkan dengan log dasar (gamma ray pertama).
Titik (kedalaman) terjadinya hilang lumpur ditunjukkan dengan penurunan radioactivitaslog
kedua yang disebabkan karena bahan radioactif yang kedua hilang (masuk) ke formasi.

Spinner Survey
kumparan yang dipasang pada ujung kabel diturunkan ke daam lubang untuk
menentukan kemungkinan letak zona hilang lumpur. Kumparan ini akan berputar karena adanya
gerakan vertikal lumpur yang kemungkinan terjadi karena di dekat thief. Kecepatan rotor
direkam dalam sebuah film sebagai rangkaian titik dan spasi. Metode ini terbukti tidak efektif jika
digunakan sejumlah besar LCM dalam lumpu.
Klasifikasi Zona Hilang Lumpur
Zona hilang lumpur dapat diklasifikasikan menjadi : seepage loss, partial
loss, dan complete loss.
Seepage Loss
Seepage loss adalah apabila hilang lumpur dalam jumlah relatif kecil,
kurang dari 15 bbl/jam (40 lpm) dapat terjadi pada setiap jenis formasi yang
terdiri dari pasir porous dan gravel, rekah alami (natural fracture) dan pada
formasi yag terdapat rekahan (batu gamping) serta induced fracture (rekahan
bukan alami).
Partial Loss
Partial loss adalah hilang lumpur dalam jumlah yang relatif besar,
lebih dari 15 bbl/jam atau sekitar 15 -500 bbl/jam (40 -1325 lpm). Dapat
terjadi umumnya pada jenis formasi yang terdiri dari pasir porous dan
gravel, serta kadang-kadang terjadi pada batuan yang menganung rekahan
(natural fracture dan induced fracture).

Complete Loss
Complete loss adalah lumpur tidak keluar kembali dari lubang bor.
Dapat terjadi pada formasi batupasir gravel, rekah secara alami (natural
fracture) dan pada formasi yang banyak terjadi rekahan.
Tindakan Pencegahaan
Hal yang perlu diingat untuk pencegahaan antara lain:
Berat lumpur perlu dijaga agar tetap minimum, sekedar mampu mengimbangi
tekanan formasi. Serbuk bor yang ada di annulus juga mengakibatkan
penambahan berat lumpur. Jadi pembersihan lubang bor memegang peranan
penting.
Gel strength juga dijaga agar tetap kecil. Gel strength yang besar memerlukan
tenaga yang besar pula untuk memecah gel tersebut, yang dapat mengakibatkan
pecahnya formasi. Disarankan agar meja putar digerakkan dulu sebelum
menjalankan pompa, dan menjalankan pompa jangan mengejut.
Pada waktu masuk pahat, agar dihindari terjadinya pressure surge
untuk mencegah pecahnya formasi. Juga pada saat mencabut pahat agar
dihindari terjadinya swab
Agar dipakai lumpur yang baik, stabil. Hal ini dapat mengurangi
pengaruh negatif lumpur.
Bila diperkirakan akan terjadi hilang lumpur, lumpur dapat ditambah
dulu dengan bahan penyumbat (LCM) yang lembut, misalnya 5 lbs/bbl
walnut shells, mica. Bahan penyumbat yang lembut ini dapat
disirkulasikan dengan lumpur dan dapat lewat mud screen.
Pemakaian casing protector dapat menambah pressure loss di annulus,
jadi menambah tekanan pada dasar lubang bor (dynamic BHP). Jadi agar
diperiksa bahwa casing protector dalam keadaan baik.

You might also like