You are on page 1of 91

REGIONAL

1 ANESTESI PADA
LAPORAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
KASUS PREEKLAMPSIA BERAT DAN
BEKAS SECTIO CAESAREA

Oleh: Fransiska Apomfires

Pembimbing:
dr. Duma S. Siahaan, Sp.An KIC
2

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
3

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15%


penyulit kehamilan dan salah satu dari 3 penyebab
tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.

Klasifikasi Hipertensi dalam kehamilan di


Indonesia: Report of the National High Blood
Pressure Education Program Working Group on
High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001:
Preeklampsia berat.
PENDAHULUAN
4

Preeklampsia berat: TD sistolik 160 mmHg dan TD


diastolik 110 mmHg, timbul setelah 20 minggu kehamilan
+ proteinuria.
Penanganan PEB: Pengobatan medisinal dan terminasi
kehamilan
Terminasi kehamilan: Pervaginam atau Sectio Caesarea
PENDAHULUAN
5

Penanganan PEB + Bekas Sectio Caesarea, dan perlunya


dokter kebidanan untuk mengkoordinasikan perawatan
neonatal dengan dokter anak membuat tindakan Sectio
Caesarea lebih dianjurkan untuk melahirkan janin.

Saat ini pembedahan Sectio Caesarea jauh lebih aman


dibandingkan masa sebelumnya karena beberapa faktor,
salah satunya teknik anestesi yang lebih sempurna.
PENDAHULUAN
6

Anestesi yang biasa digunakan pada Sectio Caesarea ialah


anestesi regional.

Anestesi regional adalah tindakan anestesi yang dilakukan


dengan cara menyuntikkan obat anestetika pada lokasi serat
saraf yang menginervasi regio tertentu yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer.
PENDAHULUAN
7

National Sentinel Caesarean Section Audit (NSCSA)


melaporkan bahwa 77% Sectio Caesarea emergensi dan 91%
Sectio Caesarea elektif dilaksanakan menggunakan teknik
anestesia regional.

Survey di Inggris: tingkat kegagalan anestesi spinal: 1,9%


dibanding epidural (7,1%) dan kombinasi anestesi spinal -
epidural (2%).
8

TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA BERAT
9

Definisi:
Preeklampsia berat ialah hipertensi dengan TD sistolik
160 mmHg dan TD diastolik 110 mmHg pada usia
kehamilan > 20 minggu yang tadinya normotensif, disertai
proteinuria 2 gram dalam 24 jam dari urine sewaktu.

Faktor Resiko: Riwayat PEB sebelumnya,


Usia ibu > 35 tahun.
PREEKLAMPSIA BERAT
10

Patofisiologi:
PREEKLAMPSIA BERAT
11

Kriteria Diagnosis:
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan
sudah menjalani tirah baring;
2. Proteinuria 2 gram dalam 24 jam atau 2+ dipstick
urine sewaktu;
PREEKLAMPSIA BERAT
12

3. Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam;


4. Kenaikan kadar kreatinin serum > 1,2 mg/dl;
5. Gangguan visus dan serebral berupa pandangan kabur dan
nyeri kepala;
6. Nyeri epigastrium yang menetap atau nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen;
7. Gangguan fungsi hepar: peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase;
PREEKLAMPSIA BERAT
13

8. Hemolisis mikroangiopatik dan peningkatan kadar LDH;


9. Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3;
10. Edema paru-paru dan sianosis;
11. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat;
12. Sindrom HELLP, yaitu Hemolisis (H), peningkatan enzim
hati (elevated liver enzymes, EL), dan penurunan
trombosit (low platelets, LP).
PREEKLAMPSIA BERAT
14

Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan konservatif dan aktif
Ibu hamil dengan TD 140/90 mmHg rawat inap:
evaluasi klinis pasien, laboratorik dan ukuran janin serta
volume cairan amnion
Terapi cairan: Ringer Laktat 60 cc - 125 cc/jam, evaluasi
input dan output cairan
PREEKLAMPSIA BERAT
15

Penatalaksanaan :
Belfort: TD 160/110 mmHg memulai terapi
antihipertensi
Antihipertensi: Nifedipin 10-20 mg (PO);
Metildopa 2 x 250-500 mg (PO)
PREEKLAMPSIA BERAT
16

Penatalaksanaan :
Usia kehamilan 37 minggu; timbul tanda dan gejala seperti
nyeri kepala, penglihatan kabur, nyeri ulu hati; gagal terapi
konservatif yaitu keadaan klinik memburuk (peningkatan
tekanan darah dalam 6 jam sejak terapi medisinal dimulai
dan gagal perbaikan setelah 24 jam sejak terapi medisinal
dimulai) dan laboratorik memburuk melahirkan janin
PREEKLAMPSIA BERAT
17

Penatalaksanaan :
Persalinan pada PEB: pervaginam atau Sectio Caesarea
Preeklampsia Berat disertai adanya Bekas Sectio Caesarea +
perlunya mengkoordinasikan perawatan neonatal dengan
dokter anak dokter kebidanan lebih menganjurkan untuk
melahirkan janin dengan cara Sectio Caesarea
SECTIO CAESAREA
18

Definisi: Tindakan melahirkan janin dengan pembedahan


melalui dinding abdomen (laparatomi) dan dinding
uterus (histerektomi).
Indikasi: 85% indikasi Sectio Caesarea ialah adanya
bekas Sectio Caesarea
Kontraindikasi: syok atau anemia berat yang belum
diatasi
Obat: Oksitosin dan Methergin
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
19
CAESAREA

Definisi:
Anestesi blok subarachnoid (Anestesi spinal) merupakan
tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam cairan
serebrospinalis di dalam ruang subarachnoid melalui
tindakan pungsi lumbal (antara vertebra L2-L3 atau L3-L4
atau L4-L5) untuk menimbulkan hilangnya sensasi dan blok
motorik setinggi dermatom tertentu.
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
20
CAESAREA

Indikasi:
Tindakan bedah daerah tubuh yang dipersarafi cabang T4 ke
bawah (daerah papilla mammae ke bawah): abdomen
bawah, inguinal, bedah panggul, tindakan di sekitar rektum-
perineum, bedah obstetrik-ginekologi, bedah urologi, bedah
ekstremitas bawah.

Kontraindikasi: relatif dan absolut


ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
21
CAESAREA

Persiapan Anestesi Blok Subarachnoid :


Informed consent (izin dari pasien)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium anjuran
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
22
CAESAREA

Peralatan Anestesi Blok Subarachnoid :


Peralatan monitor: Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut
dan EKG
Jarum spinal
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
23
CAESAREA

Teknik Anestesi Blok Subarachnoid :


1. Pasien diposisikan duduk atau tidur lateral dekubitus di
meja operasi
2. Setelah dimonitor, buat pasien membungkuk maksimal
agar processus spinosus mudah teraba
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
24
CAESAREA

Teknik Anestesi Blok Subarachnoid :


3. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua
garis krista iliaka, misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan
pada L1-L2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap
medulla spinalis.
4. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol
5. Cara tusukan median atau paramedian.
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO 25
CAESAREA
Teknik Anestesi Blok Subarachnoid :
6. Tusukkan jarum spinal berikut mandrin-nya sedalam kira-
kira 2 cm agak sedikit ke arah sefal. Setelah resensi
menghilang, mandrin jarum spinal dicabut dan keluar
likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat
dimasukkan pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi aspirasi
sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
26
CAESAREA

Obat-Obat Anestesi:
Dua jenis golongan obat anestesi regional yaitu: ester dan
amide
Hidrolisa golongan ester berjalan cepat sehingga daya
kerjanya singkat, sedangkan hidrolisa golongan amide
berjalan lebih lambat dan memiliki waktu paruh 1,6-8 jam
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
27
CAESAREA

Obat-Obat Anestesi :
Obat golongan amide dengan durasi kerja paling panjang
dan potensi tinggi adalah obat Bupivacaine.
Obat anestesi spinal yang sering dipergunakan ialah
Bupivacaine 0,5% dengan dosis 10-20 mg.
Bupivacaine berikatan dengan protein plasma lebih besar,
sehingga pemberian jumlah kecil pengaruhnya terhadap
bayi sangat kecil sekali
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
28
CAESAREA

Terapi Cairan Pembedahan:


Terapi cairan parenteral (kristaloid atau koloid) diperlukan
untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan
sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat
pembedahan, mengganti perdarahan yang terjadi dan
mengganti cairan yang pindah ke rongga peritoneum dan ke
luar tubuh
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
29
CAESAREA

Terapi Cairan Pembedahan:


Pre operatif : 500 cc berdasarkan studi oleh Lucas dkk
Penggantian cairan yang hilang selama operasi berdasarkan
jenis operasi, operasi besar: 6-8 ml/KgBB
Transfusi tidak diperlukan pada perdarahan di bawah 20%
dari volume darah total, cukup diganti dengan cairan
kristaloid dan koloid
ANESTESI BLOK SUBARACHNOID
PADA SECTIO
30
CAESAREA

Komplikasi:
Hipotensi: cegah dan atasi dengan cairan preopratif, tetesan
cairan dipercepat selama operasi dan injeksi efedrin 5-10 mg
intravena, diulang 3-5 menit hingga TD kembali normal
Bradikardi: diatasi dengan atropin 0,5 mg intravena dapat
diulangi sampai 2 mg.
Mual dan muntah: ondansentron dan ranitidin
31

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
32

Nama : Ny. N. A. M. N.
Umur : 37 tahun (17 April 1979)
Alamat : Jl. Etnabay, Abepura
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S1
IDENTITAS PASIEN
33

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil


Suku Bangsa : Ayamaru, Sorong
Status Maritas : Sudah Menikah
Ruangan : Ginekologi
Tanggal MRS : 20 Juni 2017
Tanggal Operasi : 22 Juni 2017
No. RM : 35 34 47
ANAMNESIS
34

Keluhan Utama:
Pasien dirujuk dengan hamil 9 bulan dan tekanan darah
tinggi

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien merupakan rujukan dari puskesmas Abepura dengan
G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan Preeklampsia Berat dan
bekas Sectio Caesarea satu kali
ANAMNESIS
35

Riwayat Penyakit Sekarang (lanjutan):


Satu hari SMRS, pasien kontrol kehamilan di Puskesmas
Abepura, didapatkan tekanan darah pasien 170/90 mmHg,
sehingga pasien dirujuk ke Rumah Sakit Dok 2. Pasien
mengaku hamil 9 bulan, HPHT: 24-09-2016, TP 31 Juni
2017, selama kontrol hamil sebelum usia kehamilan 9 bulan,
tekanan darah pasien normal.
ANAMNESIS
36

Riwayat Penyakit Sekarang (lanjutan):


Saat ini pasien tidak mengeluh mules-mules, tidak keluar
air-air dan lendir bercampur darah dari jalan lahir. Menurut
pengakuan pasien gerak janin aktif. Pasien tidak mengeluh
sakit kepala, pandangan kabur 2 hari yang lalu namun saat
ini tidak ada keluhan, keluhan bengkak di kaki (+), tapi
tidak bengkak pada daerah tangan dan muka, nyeri perut
tidak ada, mual-muntah dan demam juga disangkal.
ANAMNESIS
37

Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi (-), DM (-).


Riwayat Pengobatan dan Alergi:
Selama hamil pasien tidak minum obat-obatan atau jamu.
Riwayat alergi obat (-).
Riwayat Anestesi dan Pembedahan Sebelumnya:
Pasien memiliki riwayat Sectio Caesarea tahun 2013 dengan
dibius di tulang belakang.
ANAMNESIS
38

Riwayat Obstetri:
PEMERIKSAAN FISIK
39
Status Generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6
Berat badan : 60 Kg; Tinggi badan : 150 cm
IMT : 26,6 Kg/m2
Tekanan darah : 170/110 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler, kuat angkat,
terisi penuh
Respirasi : 20 x/menit; Suhu Badan : 36,7 0C
PEMERIKSAAN FISIK
40

Kepala : Mata : Konjungtiva anemis (-/-),


Sklera ikterik (-/-),
Pupil: bulat, isokor, diameter ODS: 3mm,
refleks cahaya (+/+).
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-).

Telinga : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-).

Mulut : Deformitas (-).


PEMERIKSAAN FISIK
41

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),


peningkatan JVP (-).
PEMERIKSAAN FISIK
42

Thorax : Inspeksi : Gerak dinding dada simetris,


(Paru) retraksi dinding dada (-), jejas (-).
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra.

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+),


suara rhonki (-/-), suara wheezing (-/-).
PEMERIKSAAN FISIK
43
Thorax : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
(Jantung) Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm medial dari linea
midklavikular sinistra.
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS V 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II, reguler, murmur (-),
gallop (-).
PEMERIKSAAN FISIK
44

Abdomen : Inspeksi : Tampak cembung,


striae gravidarum (+),
Sikatriks (+) di suprapubik.
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan epigastrium (-),
nyeri tekan hipokondrium kanan (-).
Perkusi : Tidak dievaluasi.

Auskultasi : Bising usus (+), 2-4 kali/menit.


PEMERIKSAAN FISIK
45

Ekstremitas : Akral teraba hangat, kering dan merah,


Capillary Refill Time < 2,
Edema (+) di ekstremitas bawah,
Kekuatan otot di ekstremitas sup et inf: 5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
46
Darah 20 Juni 2017 Urin 21 Juni 2017
Lengkap Lengkap
Hemoglobin 11,6 g/dl Warna Kuning

Leukosit 8.420 /mm3 Protein + 3 (300 mg/dl)

Trombosit 163.000/mm3 Glukosa Negatif


21 Juni 2017
CT 700
BT 330
47

Konsultasi Bagian Anestesi, 21 Juni 2017


Advice : Inform consent
Pasien mulai puasa jam 24.00 WIT
Siap Whole Blood 2 kantong
Jam 06.00: ukur TD dan pasang Infus RL 20 tpm
makro.
Penentuan PS ASA: PS ASA 3 (Pasien dengan gangguan
sistemik berat berupa hipertensi akibat kehamilan).
PERSIAPAN ANESTESI
48

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Juni 2017.


Persiapan Operasi : Inform consent (+), SIO (+), puasa (+).
Makan/Minum Terakhir : 8 jam sebelum operasi.
BB/TB : 60 Kg/150 cm.
TD: 180/92 mmHg; Nadi: 86 x/m, reguler,
TTV di Ruang Operasi
: kuat angkat, terisi penuh;
(22-06-2017, 08.30 WIT)
Respirasi: 24x/menit; Suhu Badan: 36,7oC.
SpO2 : 99%.
PERSIAPAN ANESTESI
49

Diagnosa Pra Bedah Preeklampsia Berat Pada G2P1A0 hamil


: 37-38 minggu dan Bekas Sectio
Caesarea
Preeklampsia Berat + Bekas Sectio
Indikasi Pra Bedah :
Caesarea
PERSIAPAN ANESTESI
50

B1 : Airway:
Look : Jalan napas bebas, terpasang O2 nasal 2-3 lpm,
Mallampati score : 1.
Feel : Terasa hembusan nafas pasien di pipi
pemeriksa
Listen : Terdengar hembusan napas pasien,
Pasien bicara dengan spontan
PERSIAPAN ANESTESI
51

B1 Breathing:
Inspeksi : Gerak dinding dada simetris,
retraksi sela iga (-), frekuensi napas: 20 x/m
Palpasi : Vocal fremitus dextra = sinistra.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+),
suara rhonki (-/-), suara wheezing (-/-).
PERSIAPAN ANESTESI
52

B2 : Perfusi:
Akral: teraba hangat dan kering, warna merah muda,
Capillary Refill Time < 2, TD: 180/92 mmHg,
Nadi: 86 x/m, reguler, kuat angkat, terisi penuh.
PERSIAPAN ANESTESI
B2 : Jantung: 53

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


Palpasi : Ictus cordis teraba 2 cm medial dari linea
midklavikular sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kiri : ICS V 2 cm ke medial linea
midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II, reguler, murmur (-),
gallop (-)
PERSIAPAN ANESTESI
54

B3 : Kesadaran : Compos Mentis, GCS: E4V5M6 = 15,


Riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-),
Nyeri kepala (-), pandangan kabur (-),
Pupil: bulat, isokor, ODS 3 mm,
refleks cahaya (+/+)
B4 : Terpasang DC, produksi urin pre operasi 100 cc, warna
kuning
PERSIAPAN ANESTESI
55

B5 : Inspeksi : Perut tampak cembung,


Striae gravidarum (+),
Sikatriks (+) di suprapubik
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan epigastrium (-),
nyeri tekan hipokondrium kanan (-)
Perkusi : Tidak dilakukan evaluasi

Auskultasi : Bising usus (+), 2-4 kali/menit


PERSIAPAN ANESTESI
56

B6 : Edema (+) di ekstremitas inferior, Fraktur (-),


kekuatan otot ekstremitas superior et inferior: 5

Mediksi Pra Bedah : (-)


LAPORAN DURANTE OPERASI
57

Laporan Anestesi:
Ahli Anestesiologi : dr. D.S., Sp.An KIC
Ahli bedah : dr. D.H.U., Sp.OG
Jenis Pembedahan : Sectio Caesarea
Lama operasi : 08.42 - 09.17 WIT (35 menit)
Jenis anestesi : Blok subarachnoid (blok spinal)
Anestesi dengan : Bupivacaine HCl 0,5 % 10 mg
LAPORAN DURANTE OPERASI
58

Laporan Anestesi:
Teknik Anestesi:
Pasien duduk tegak di meja operasi dan kepala menunduk,
dilakukan desinfeksi di daerah lumbal dengan betadine
lalu alkohol, identifikasi vertebra lumbal 3-4, kemudian
jarum spinocain No. 27 ditusukkan diantara L3-L4, cairan
serebrospinal (+), darah (-), kemudian dilakukan blok
subarachnoid (injeksi Bupivacaine HCL 0,5% 10 mg),
kemudian pasien dibaringkan.
LAPORAN DURANTE OPERASI
59

Laporan Anestesi:
Pernafasan : Spontan respirasi dengan O2 nasal 2-3 lpm
Posisi : Tidur terlentang (Supine)
Infus : Pada tangan kanan terpasang IV line
abocath 18 G dengan cairan RL 500 cc
Penyulit Pembedahan : (-)
LAPORAN DURANTE OPERASI
60

Laporan Anestesi: Obat yang digunakan


Premedikasi : (-)
Induksi dan Maintenance: Bupivacaine HCL 0,5% (10 mg)
Pengakhiran Anestesi: (-)
Medikasi Durante Operasi :
1. Efedrin 10 mg 5. Ranitidin 50 mg
2. Sulfas Atropin 0,5 mg 6. Ondansentron 4 mg
3. Oxytocin 10 IU 7. Petidine 30 mg
4. Metergin 0,2 mg 8. Natrium Metamizole 1 gram
LAPORAN DURANTE OPERASI
61
LAPORAN DURANTE OPERASI
62

Tanda-tanda vital pada akhir pembedahan:


Tekanan darah : 131/77 mmHg,
Nadi : 75 x/m, reguler, kuat angkat, terisi penuh
Suhu badan : 36,7 0C ,
Frekuensi napas : 22 x/m
SpO2 : 99%
TERAPI CAIRAN
63
Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Pre BB: 60 Kg Input:


Operasi Kebutuhan cairan harian: RL: 500 cc
40-50 cc / KgBB / hari Output:
= 40 cc x 60 Kg = 2400 cc / hari - IWL : 600 cc
50 cc x 60 Kg = 3000 cc / hari Urine : 100 cc

Kebutuhan cairan per jam:


= 2400 cc : 24 jam = 100 cc / jam -
3000 cc : 24 jam = 125 cc / jam
TERAPI CAIRAN
64

Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Pre Operasi Kebutuhan cairan untuk Input:


pengganti puasa 8 jam: RL: 500 cc
= 8 jam x (100-125 cc/jam) = Output:
800-1000 cc / 8 jam IWL : 600 cc
Urine : 100 cc
TERAPI CAIRAN
65

Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Durante Kebutuhan cairan per jam: Input:


Operasi 100 - 125 cc/jam RL: 500 cc
Kebutuhan cairan durante Gelofusal: 500 cc
operasi selama 35 menit: Output:
100-125 cc / jam x 0,58 jam Urin: 250 cc
= 58 - 72,5 cc / 35 menit Perdarahan: 400 cc
TERAPI CAIRAN
66

Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Durante Estimated Blood Volume (EBV): Input:


Operasi 65 cc / KgBB x BB = RL: 500 cc
65 cc/KgBB x 60 Kg = 3900 cc Gelofusal: 500 cc
Estimated Blood Loss (EBL): Output:
Volume perdarahan : EBV x 100% Urin: 250 cc
= (400 cc : 3900 cc) x 100% Perdarahan:
= 10,2% (10-15 %) 400 cc
TERAPI CAIRAN
67
Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Durante Lama operasi: 35 menit Input:


Operasi prediksi cairan yang hilang RL: 500 cc
selama operasi dihitung dari: Gelofusal: 500 cc
Jenis operasi x KgBB = Output:
(6-8 cc/KgBB/jam) x 60 Kg Urin: 250 cc
= 360 - 480 cc/jam Perdarahan:
untuk 35 menit: 400 cc
(360 - 480 cc / jam) x 0,58 jam
= 208,8 - 278,4 cc / 35 menit
TERAPI CAIRAN
68
Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Durante Replacement Perdarahan : Input:


Operasi Kristaloid 2-4 x EBL: RL: 500 cc
(2-4) x 400 cc = 800-1600 cc Gelofusal: 500 cc
Koloid: Gelatin: 2 x EBL: Output:
2 x 400 cc = 800 cc Urin: 250 cc
Perdarahan:
400 cc
TERAPI CAIRAN
69

Balance Cairan: Input - Ouput Selama Pre Operasi hingga


Durante Operasi:
Input: 1000 cc (RL) + 500 cc (Gelofusal)
Output: 350 cc (Urin) + 400 cc (Perdarahan) + 600 cc (IWL)
= 1500 - 1350 = + 150 cc
TERAPI CAIRAN
70
Cairan yang Dibutuhkan Aktual

Post Kebutuhan cairan: RL: 1500 cc/24 jam


Operasi 09.17 WIT tanggal 22 Juni 2017
s/d 09.17 WIT tanggal 23 Juni
2017:
40-50 cc/KgBB/24 jam x BB (Kg)
= (40-50 cc) x 60 Kg
= 2400-3000 cc/24 jam
71

DIAGNOSA PASCA BEDAH:


P2A0 Post Sectio Caesarea atas indikasi Preeklampsia
Berat dan Bekas Sectio Caesarea
INSTRUKSI POST OPERATIF
72

a. Observasi tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu


badan, kontraksi tiap 30 menit selama 2 jam
b. Cek Hb post operasi
c. Mobilisasi bertahap, pasien boleh miring kanan dan kiri
tapi belum diperbolehkan duduk ataupun berjalan selama
24 jam post operasi
d. Puasa selama 6 jam sejak setelah operasi
e. Ganti perban pada hari kedua post operasi
INSTRUKSI POST OPERATIF
73

f. Terapi Medikamentosa Post Operasi:


IVFD RL 500 cc + 1 ampul Neurobion, 20 tpm makro
Drip Metronidazole 500 mg / 8 jam (IV)
Injeksi Cefotaxime 2 gr / 24 jam (IV)
Injeksi Ranitidin 50 mg / 12 jam (IV)
Injeksi Vitamin C 1 ampul / 8 jam (IV)
Nifedipin 10 mg / 8 jam (PO)
Dopamet 250 mg / 8 jam (PO)
74

PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
75

Penegakkan diagnosa pada pasien ini berdasarkan anamnesa,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
Temuan pada Pasien Diagnosis PEB
Usia ibu 37 tahun Faktor resiko: usia ibu
Riw. PEB sebelumnya lebih dari 35 tahun &
TD 170/110 mmHg riwayat PEB sebelumnya
Proteinuria TD 160/110 mmHg
Proteinuria
PEMBAHASAN
76

Penatalaksanaan Medikamentosa, yaitu:


Antihipertensi: Nifedipin 3 x 10 mg per oral dan metildopa 3 x 250 mg per oral.
Nifedipin dan metildopa tidak menyebabkan malformasi janin dan aman
untuk ibu pilihan utama
Pasien pada laporan kasus ini awalnya hanya mendapat terapi Nifedipin, namun
karena TD meningkat 5-6 jam setelah minum Nifedipin diberikan
kombinasi terapi dengan metildopa. Scholars Research Library tahun 2011:
Kombinasi kedua obat ini efektif untuk hipertensi pada kehamilan dengan
derajat sedang sampai berat
PEMBAHASAN
77

Penatalaksanaan berupa Tindakan, yaitu:


Melahirkan janin: hal ini karena usia kehamilan pasien > 37 minggu,
terapi medikamentosa tidak efektif (tekanan darah pasien meningkat
kembali setelah 5-6 jam setelah terapi antihipertensi).

Cara melahirkan janin pada pasien ini ialah dengan cara Sectio
Caesarea, karena pasien dengan preeklampsia berat ini memiliki
riwayat Sectio Caesarea
PEMBAHASAN
78

Pemilihan jenis anestesi:


Pemilihan anestesi regional pada pasien ini karena Sectio Caesarea
merupakan indikasi untuk anestesi regional, dan intubasi
endotrakeal pada anestesi umum meningkatkan keparahan
hipertensi pada Ibu dengan PEB.

Anestesi spinal direkomendasikan untuk tindakan Sectio Caesarea


karena memiliki angka kegagalan paling rendah dibanding anestesi
epidural atau anestesi kombinasi spinal-epidural.
PEMBAHASAN
79

Pemilihan Bupivacaine HCL 0,5% sebagai obat anestesi


subarachnoid karena ikatan bupivacaine dengan protein
plasma lebih besar, sehingga reaksi toksik dan transfer
melalui plasenta jarang dijumpai.

Dosis anestesi yang diberikan 10 mg - 20 mg.


PEMBAHASAN
80

Kebutuhan cairan pengganti puasa 8 jam pada pasien ini ialah 800 cc -
1000 cc. Dan cairan pre operatif pada pasien ini sebanyak 500 cc. Hal
ini karena pasien dengan PEB beresiko mengalami edema paru
sehingga dengan cairan preoperatif 500 cc menurut suatu penelitian
oleh Lukas dkk tidak menimbulkan edema paru.

Kebutuhan cairan preoperatif pada pasien ini telah tercukupi dinilai


berdasarkan klinis pasien
PEMBAHASAN
81

Penggantian perdarahan selama operasi ialah dengan:


Kristaloid 2-4 x EBL: (2-4) x 400 cc = 800-1600 cc atau
Koloid: Gelatin: 2 x EBL: 2 x 400 cc = 800 cc.
Pasien ini mendapat cairan RL 1000 cc (preoperatif s/d durante
operatif) dan gelofusal 500 cc (durante operatif) = 1500 cc
Pemberian cairan untuk mengganti perdarahan pada pasien ini sudah
mencukupi
PEMBAHASAN
82

Kebutuhan cairan post operatif pasien ialah:


2400 cc - 3000 cc/24 jam.
Pasien ini menerima terapi cairan RL: 1500 cc/24 jam, terapi
cairan ini belum termasuk cairan dari makanan dan minum.
Sehingga dengan tambahan dari asupan makan dan minum
diharapkan kebutuhan cairan pasien terpenuhi
PEMBAHASAN
83

Komplikasi akibat anestesi spinal, yaitu:


1. Hipotensi: Cairan pre operatif 500 -1000 cc, namun pada
PEB cairan pre operatif hanya 500 cc, dan diberi efedrin
5 - 10 mg intravena diulang tiap 3-5 menit hingga
tekanan darah yang diinginkan tercapai.

2. Bradikardia: sulfas atropin 0,5 mg intravena. Obat ini


diberikan intravena saat nadi pasien 56.
PEMBAHASAN
84

Komplikasi akibat anestesi spinal, yaitu:


3. Mual-muntah: keluhan ini timbul akibat hipoperfusi ke batang
otak, sehingga diatasi dengan pemberian oksigen selama durante
operasi.
Ondansentron sebagai anti mual-muntah pasca operasi. Ranitidin
digunakan untuk mengurangi produski asam lambung

4. Menggigil pasca operasi: Petidine intravena

Natrium Metamizole untuk meringankan rasa nyeri post operasi


85

PENUTUP
Kesimpulan
86

1. Anestesi spinal merupakan tindakan penyuntikan obat anestetik


lokal ke dalam cairan serebrospinalis di dalam ruang subarachnoid
melalui tindakan pungsi lumbal untuk menimbulkan hilangnya
sensasi dan blok motorik setinggi dermatom tertentu sesuai yang
diinginkan. Anestesi spinal (blok subarachnoid) merupakan pilihan
teknik anestesi yang sering dipilih pada tindakan Sectio Caesarea.
Kesimpulan
87

2. Obat pilihan yang digunakan untuk induksi dan maintenance pada


anestesi spinal ialah Bupivacaine yang merupakan obat golongan
amide yang durasi kerjanya panjang. Obat ini juga dipilih karena
reaksi toksik dan transfer melalui plasenta jarang dijumpai.

3. Pasien pada laporan kasus ini diklasifikasikan sebagai PS ASA 3


karena pasien mengalami gangguan sistemik berat berupa
hipertensi akibat kehamilannya.
Kesimpulan
88

4. Pasien pada laporan kasus ini, dengan diagnosa PEB pada G2P1A0
dan Bekas Sectio Caesarea dilakukan tindakan anestesi blok
subarachnoid dengan menggunakan Bupivacaine HCl 0,5% dengan
dosis 10 mg.

5. Tindakan anestesi blok subarachnoid menimbulkan komplikasi


seperti hipoventilasi, hipotensi, bradikardi, mual dan muntah,
trauma saraf, gangguan pendengaran, blok spinal tinggi atau spinal
total.
Kesimpulan
89

6. Pasien mengalami beberapa komplikasi akibat tindakan anestesi blok


subarachnoid seperti hipotensi, bradikardi dan mual.

7. Penanganan komplikasi hipotensi pada pasien dilakukan dengan pemberian


cairan preoperatif, mempercepat tetesan infus selama durante operasi dan
injeksi Efedrin 10 mg intravena. Komplikasi bradikardi pada pasien ini
ditatalaksana dengan injeksi Sulfas Atropin 0,5 mg intravena. Terakhir,
penanganan komplikasi mual selama operasi pada pasien ialah dengan
pemberian oksigen nasal 2-3 lpm.
Saran
90

Penatalaksanaan anestesi perlu dilakukan dengan baik


mulai dari pre anestesi, tindakan anestesi hingga observasi
post operasi.
91

TERIMA KASIH

You might also like