You are on page 1of 30

BAHAYA RADIKALISME DAN

TERORISME
LATAR BELAKANG Lahirnya UU
Terorisme
• Rangkaian peristiwa pemboman yang terjadi
di wilayah Negara Republik Indonesia telah
menimbulkan rasa takut masyarakat secara
luas, mengakibatkan hilangnya nyawa serta
kerugian harta benda, sehingga menimbulkan
pengaruh yang tidak menguntungkan pada
kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan
hubungan Indonesia dengan dunia
internasional.
 Peledakan bom tersebut merupakan salah
satu modus pelaku terorisme yang telah
menjadi fenomena umum di beberapa
negara. Terorisme merupakan kejahatan
lintas negara, terorganisasi, dan bahkan
merupakan tindak pidana internasional yang
mempunyai jaringan luas, yang mengancam
perdamaian dan keamanan nasional
maupun internasional.
• Reaksi Cepat Atas Peristiwa Bom Bali tgl 12
Oktober 2002 maka dibentuk:
 Perpu No. 1/2002 ttg Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme (kemudian
Perpu ini dirubah menjadi UU No. 15 thn
2003), dan
 Perpu No. 2/2002 ttg Pemberlakuan
Perpu RI No. 1/2002 ttg Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme Pada Peristiwa
Peledakan Bom di Bali Tanggal 12
Oktober 2002 (kemudian Perpu ini
dirubah menjadi UU No 16 thn 2003)
Permohonan Uji Materil

Tgl 01 Juli 2003 diajukan Permohonan Uji


Materil ke MK dgn Register perkara No.
013/PUU-I/2003 pd tgl 15 Okt 2003.

Terkait dgn asas rektroaktif


dlm UU No. 16 Tahun 2003
Putusan MK
Nomor : 013/PUU-I/2003, Tgl. 23 Juli 2004

1. Mengabulkan permohonan Pemohon


2. Menyatakan bahwa UU No. 16/2003 Ttg
Penetapan Perpu No. 2/2002 Ttg Pemberlakuan
Perpu No.1/2002 Ttg Pemberantasan TP
Terorisme Pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali
Tanggal 12 Oktober 2002 Menjadi UU,
“bertentangan dgn UU Dasar 1945” dan “tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat”.
PENGERTIAN TERORISME
Pasal 1 angka 1 :
Tindak pidana terorisme adalah segala
perbuatan yg memenuhi unsur tindak pidana
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Pengganti UU ini.
LINGKUP TINDAK PIDANA TERORISME

• Terdapat dalam Bab III yaitu dari


pasal 6 s/d pasal 19 (sebanyak 14
pasal), dan

• Bab IV mengatur yg berkaitan dengan


tindak pidana terorisme yaitu pasal 20
s/d pasal 24 (sebanyak 5 pasal)
Pasal 6
• Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan
hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional,
dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun
Tindak pidana terorisme lainnya…
• Pasal 7 : “bermaksud” untuk menimbulkan
suasana teror atau rasa takut…… (penjara
seumur hidup)
• Pasal 8 : tindak pidana sebagaimana pasal 6
Dgn beberapa akibat yg berkaitan dengan lalu
lintas udara misalnya :
- Hancurnya bangunan untuk pengamanan
lalu lintas udara dstrsnya…
Lanjutan….

• Pasal 9 : tindak pidana terorisme yang


berkaitan dengan kegiatan memasukkan ke
Indonesia senjata dll sbgnya…
• Pasal 10: Tindak pidana terorisme spt yg
dimaksud Pasal 6 yg menggunakan senjata
kimia, biologis dll sbgnya…
• Pasal 11 : TP terorisme yg berkaitan dgn
pengumpulan dana utk terorisme (min 3thn,
maks 15)
Lanjutan tindak pidana lainnya…
• Pasal 12 : tindak pidana terorisme yg berkaitan dgn
pengumpulan harta kekayaan…
• Pasal 13 : memberikan bantuan (uang, barang,
menyembunyikan, dll) dalam tindak pidana terorisme
• Pasal 14 : Menggerakkan org lain.. (mati atau seumur
hidup)
• Pasal 15 : Permufakatan, percobaan, pembantuan
melakukan t.p terorisme
• Dll
TINDAK PIDANA LAIN YG BERKAITAN
DGN TP TERORISME

 Pasal 20 : melakukan kekerasan kpd


penyelidik, penyidik dstrsnya…
• Pasal 21 : memberikan kesaksian palsu..
• Pasal 22 : ..sengaja mencegah, merintangi
atau menggagalkan secara
langsung…
dstrsnya…
Kekhususan dalam Hukum Pidana
Materil
Antara lain:
Mengenai siapa yang dpt
dipertanggungjawabkan dlm tindak pidana
terorisme…
Mengenai permufakatan, percobaan dan
pembantuan dlm tindak pidana terorisme….
Mengenai perumusan pemidanaan t.p
terorisme…
Dasar Penyidikan
KUHAP UU No. 15/2003

• Dalam Pasal 7, dijelaskan • Dalam Pasal 25 ayat (1) :


mengenai wewenang dari Penyidikan, penuntutan,
penyidik yang antara lain dan pemeriksaan di sidang
melakukan serangkaian pengadilan dalam perkara
upaya paksa yang berupa tindak pidana terorisme,
penangkapan, penahanan, dilakukan berdasarkan
penggeledahan dan hukum acara yang berlaku,
penyitaan serta melakukan kecuali ditentukan lain
pemeriksaan dan penyitaan dalam Peraturan
surat Pemerintah Pengganti
Undang-undang ini.
Penyidikan
Serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yg diatur dalam
undang-undang utk mencari serta
mengumpulkan bukti yg dgn bukti itu
membuat terang ttg TP yg terjadi dan
guna menemukan tersangkanya. (Pasal 1
butir 2 KUHAP)
Penangkapan
KUHAP UU No. 15/2003

• Pasal 19 ayat (1) • Pasal 28


Penangkapan sebagaimana penyidik dapat melakukan
dimaksud dlm pasal 17, penangkapan terhadap
dapat dilakukan untuk setiap orang yang diduga
paling lama satu hari (1 x 24 keras melakukan TP
jam) Terorisme berdasarkan
bukti permulaan yg cukup
sbgmn dimaksud dlm psl 26
ayat (2) utk paling lama
7x24 jam
Bukti Permulaan Yg Cukup
• Pasal 17 KUHAP • Menurut Surat Keputusan Kapolri SK
No. Pol. SKEEP / 04 / I / 1982.
perintah penangkapan tanggal 18 Februari 1982,
dilakukan thd seorang yg menentukan bahwa bukti permulaan
yang cukup itu adalah bukti yg
diduga keras melakukan TP, merupakan keterangan dan data yg
berdasarkan bukti terkandung di dalam dua di antara :
permulaan yang cukup. - Laporan Polisi dan BAP di TKP;
• UU No. 15 Thn 2003 : - Laporan Hasil Penyelidikan
- Keterangan Saksi/ahli
Untuk memperoleh bukti - Barang Bukti.
permulaan yg cukup, • Menurut Rapat Kerja MAKEHJAPOL
Penyidik dapat tanggal 21 Maret 1984
menggunakan setiap Bukti permulaan yg cukup
seyogyanya minimal: Laporan Polisi
laporan Intelijen (Psl 26 ditambah salah satu alat bukti
ayat (1) lainnya.
Penahanan
KUHAP UU No. 15/2003
• Pasal 24 ayat 1, 2, 3, 4 • Pasal 25 ayat (2)
• Perintah penahanan yang • Utk kepentingan penyidikan
diberikan sesuai psl 20 dan penuntutan, penyidik
hanya berlaku paling lama diberi wewenang untuk
20 hari melakukan penahanan thd
Tsk paling lama 6 bulan.
• Dpt diperpanjang oleh PU
paling lama 40 hari • Jangka waktu 6 (enam) bulan
yang dimaksud terdiri dari 4
• Setelah waktu 60 hari bulan untuk kepentingan
penyidik harus sudah penyidikan dan 2 bulan untuk
mengeluarkan Tsk dari kepentingan penuntutan
tahanan demi hukum
Psl 31 UU No. 15/2003
Menyangkut upaya paksa pemeriksaan surat,
penyitaan dan penyadapan
Berdasarkan bukti permulaan yg cukup sbgmn
dimaksud dlm psl 26 ayat (4), penyidik berhak:
a. Membuka, memeriksa dan menyita srt dan
kiriman melalui pos atau jasa pengiriman
lainnya yg mempunyai hub dgn perkara TP
Terorisme yg sedang diperiksa.
b. Menyadap komunikasi pembicaraan melalui
telephone atau alat komunikasi lain yg diduga
digunakan utk mempersiapkan, merencanakan
dan melakukan TP Terorisme.
Alat Bukti
KUHAP UU No. 15/2003
Dalam Pasal 27
• Pasal 184 a. alat bukti sbgmn dimaksud dlm KUHAP;
a. Ket saksi b. alat bukti lain berupa informasi yg diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan scr
b. Ket Ahli elektronik dgn alat optik atau yg serupa dgn
itu;
c. Surat c. data, rekaman, atau informasi yg dapat
dilihat, dibaca, dan/atau didengar, yg dapat
d. Petunjuk dikeluarkan dgn atau tanpa bantuan suatu
sarana, baik yg tertuang di atas kertas, benda
e. Ket Terdakwa fisik apapun selain kertas, atau yg terekam
scr elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pada:
1) tulisan, suara, atau gambar;
2) peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;
3) huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi
yg memiliki makna atau dapat dipahami oleh
orang yg mampu membaca atau
memahaminya
 Pemeriksaan saksi secara
teleconference

Untuk mewujudkan perlindungan saksi,


maka berdasarkan Pasal 34 (1) c UU
No. 15/2003 jo. Pasal 9 (3) UU No.
13/2006, maka dimungkinkan untuk
melakukan pemeriksaan secara
teleconference
Pasal 29 UU No. 15/2003
• Penyidik, PU atau hakim berwenang memerintahkan
kpd Bank dan lembaga jasa keuangan utk melakukan
pemblokiran thd harta kekayaan setiap orang yg
diketahui atau patut diduga merupakan hasil TP
terorisme dan/atau TP yg berkaitan dgn terorisme.
• Perintah penyidik, PU atau Hakim sbgmn dimaksud dlm
ayat (1) hrs dilakukan scr tertulis dgn menyebutkan scr
jelas mengenai : nama dan jabatan penyidik, PU atau
hakim; identitas setiap orang yg telah dilaporkan oleh
bank dan lembaga jasa keuangan kpd penyidik, Tsk atau
terdakwa; alasan pemblokiran; TP yg disangkakan dan
tempat harta kekayaan berada
Pasal 29 UU No. 15/2003
• Bank dan lembaga jasa keuangan setelah menerima
perintah penyidik, PU atau Hakim sbgmn dimaksud dlm
ayat (2) wajib melaks pemblokiran sesaat setelah srt
printah pemblokiran diterima.
• Bank dan lembaga jasa keuangan wajib menyerahkan BA
pelaksanaan pemblokiran kpd penyidik, PU atau Hakim
paling lambat 1 hari kerja terhitung sejak tgl pelaksanaan
pemblokiran.
• Harta kekayaan yg diblokir hrs tetap berada pd bank dan
lembaga jasa keuangan yg bersangkutan.
• Bank dan lembaga jasa keuangan yg melanggar ketentuan
sbgmn dimaksud dlm ayat (3) dan ayat (4) dikenai sanksi
adm sesuai dgn ketentuan Perpu yg berlaku.
Psl 30 UU No. 15/2003
• Utk kepentingan Pemeriksaan, maka penyidik, PU dan
Hakim berwenang utk meminta ket dari Bank dan lembaga
jasa keuangan mengenai harta kekayaan setiap orang yg
diketahui atau patut diduga melakukan TP Terorisme.
• Dlm meminta ket sbgmn dimaksud dlm ayat (1) thd
penyidik, PU atau Hakim, tdk berlaku ketentuan UU yg
mengatur ttg rahasia bank dan kerahasian transaksi
keuangan lainnya.
• Permintaan ket harus diajukan scr tertulis dgn
menyebutkan scr jelas mengenai : nama dan jab penyidik,
PU atau hakim; identitas setiap orang yg diketahui atau
patut diduga melakukan TP Terorisme; TP yg disangkakan
atau didakwakan dan tempat harta kekayaan berada.
Psl 30 UU No. 15/2003
• Surat permintaan utk memperoleh ket sbgmn
dimaksud dlm ayat (1) dan (2) harus ditanda
tangani oleh :
a. Kepala kepolisian daerah atau pejabat
setingkat pd tingkat pusat dlm hal permintaan
diajukan oleh penyidik.
b. Kepala kejaksaan tinggi dlm hal permintaan
diajukan oleh PU
c. Hakim ketua Majelis yang memeriksa perkara
yg bersangkutan.

You might also like

  • ISOLASI MIKROBA
    ISOLASI MIKROBA
    Document9 pages
    ISOLASI MIKROBA
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • JUDUL
    JUDUL
    Document6 pages
    JUDUL
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Asam Nukleat
    Asam Nukleat
    Document25 pages
    Asam Nukleat
    PangeranAndareasPanggabean
    No ratings yet
  • Enzim
    Enzim
    Document28 pages
    Enzim
    HurufMati
    No ratings yet
  • Tartib Mikro
    Tartib Mikro
    Document1 page
    Tartib Mikro
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document2 pages
    Cover
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Daftar Nama AET 1-A
    Daftar Nama AET 1-A
    Document1 page
    Daftar Nama AET 1-A
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Laporan Praktikum Mikrobiologi-Pengenala
    Laporan Praktikum Mikrobiologi-Pengenala
    Document29 pages
    Laporan Praktikum Mikrobiologi-Pengenala
    MAbiUbaidillah
    No ratings yet
  • Artikel Ekonomi Syariah
    Artikel Ekonomi Syariah
    Document7 pages
    Artikel Ekonomi Syariah
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Document2 pages
    Lembar Pengesahan
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document1 page
    Kata Pengantar
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Uas Tekban Paper Fly Ash
    Uas Tekban Paper Fly Ash
    Document9 pages
    Uas Tekban Paper Fly Ash
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • JUDUL
    JUDUL
    Document6 pages
    JUDUL
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document1 page
    Daftar Isi
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • CV Fistum
    CV Fistum
    Document1 page
    CV Fistum
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Hukum Mendel I
    Hukum Mendel I
    Document12 pages
    Hukum Mendel I
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • CV DPT
    CV DPT
    Document1 page
    CV DPT
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • CV Fajar
    CV Fajar
    Document1 page
    CV Fajar
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • CV Fistum
    CV Fistum
    Document1 page
    CV Fistum
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Document1 page
    Surat Pernyataan
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Tata Tertib Dpt-Sub Penyakit
    Tata Tertib Dpt-Sub Penyakit
    Document1 page
    Tata Tertib Dpt-Sub Penyakit
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Beton Ringan
    Beton Ringan
    Document10 pages
    Beton Ringan
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • CV Dasgro
    CV Dasgro
    Document1 page
    CV Dasgro
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Document1 page
    Surat Pernyataan
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • SIMULASI MENDEL
    SIMULASI MENDEL
    Document14 pages
    SIMULASI MENDEL
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Genetika 1 Hukum Mendel 2
    Genetika 1 Hukum Mendel 2
    Document36 pages
    Genetika 1 Hukum Mendel 2
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Hukum Mendel I
    Hukum Mendel I
    Document12 pages
    Hukum Mendel I
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Document1 page
    Surat Pernyataan
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • CV DPT
    CV DPT
    Document1 page
    CV DPT
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet
  • Tata Tertib Dpt-Sub Penyakit
    Tata Tertib Dpt-Sub Penyakit
    Document1 page
    Tata Tertib Dpt-Sub Penyakit
    Muhammad Fajar Al Amin
    No ratings yet