Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
DESINTHA C. N. RITUNG
(406161022)
Sepsis berat : sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi
Yang termasuk di dalam hipoperfusi adalah asidosis laktat, oliguria atau penurunan kesadaran
Syok septik didefinisikan sebagai sepsis berat dengan hipotensi walaupun telah diberikan resusitasi
cairan yang adekuat
Etiologi
Di negara barat, penyebab paling sering dari sepsis :
infeksi bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan sepsis :
Bakteri gram positif Bakteri gram negatif
• Staphylococcus aureus • Escherichia coli
• Streptococcus pneumoniae • Klebsiella sp.
• Pseudomonas aeruginosa.
Lokasi yang umumnya menjadi sumber infeksi pada
pasien dengan sindroma sepsis :
• traktus respiratori
• traktus genitourinaria
• traktus gastrointestinal
• traktus hepatobilier.
• luka operasi
• pemakaian kateter jangka Panjang
• ulkus dekubitus
Patofisiologi
RESPON LOKAL DAN SISTEMIK TERHADAP INVASI MIKROBA
Pengenalan molekul mikroba oleh fagosit jaringan
mencetuskan terjadinya produksi dan/atau pelepasan dari
sejumlah molekul penjamu (seperti sitokin, kemokin,
prostanoid, leukotriene dan lainnya) menyebabkan
peningkatan aliran darah ke jaringan yang terinfeksi,
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah lokal,
mengerahkan neutrofil ke tempat infeksi
Sitokin dan Mediator lainnya
Sitokin dapat memiliki efek endokrin, parakrin dan autokrin.
TNF-α menstimulasi leukosit dan sel endotel pembuluh darah untuk
melepaskan sitokin lainnya, untuk mengeskpresikan molekul permukaan sel
yang memperbanyak adesi neutrofil-endotel pada tempat infeksi dan
meningkatkan produksi prostaglandin serta leukotriene. Level TNF-α di
pembuluh darah mengalami peningkatan pada pasien dengan sepsis berat
atau syok septik
TNF-α walaupun berfungsi sebagai mediator sentral, hanya merupakan
satu dari begitu banyak molekul proinflamatori yang berkontribusi dalam
pertahanan penjamu. Kemokin, terutama interleukin (IL)-8 dan IL-17,
menarik neutrofil sirkulasi ke tempat infeksi. IL-1β menunjukkan aktifitas
serupa dengan TNF-α. TNF-α, IL-1β, interferon (IFN)γ, IL-12, IL-17 dan
sitokin proinflamasi lainnya dan mungkin berinteraksi secara sinergis satu
dengan yang lainnya
Faktor Koagulasi
Hasil yang didapatkan adalah aktivasi dari jalur pembekuan ekstrinsik dan
intrinsic pemuncakan dari produksi fibrin
Respon prokoagulan pada sepsis
Mekanisme Kontrol Lokal
Pengenalan mikroba yang menginvasi oleh penjamu di dalam jaringan
subepitel mengaktifkan respon imun yang secara cepat membunuh
pathogen
Respon imun ini kemudian akan mereda untuk memberikan kesempatan
pemulihan jaringan
Proses anti-inflamasi yang membantu meredakan proses inflamasi mencakup
molekul yang menetralkan atau menginaktifasi signal mikrobial. Diantara
molekul-molekul ini adalah faktor intrasel contohnya :
penekan dari cytokine signaling 3 and IL-1 receptor–associated kinase 3 yang
menurunkan produksi mediator proinflamasi oleh neutrofil dan makrofag
sitokin anti-inflamasi (IL-10. IL-4) dan molekul yang berasal dari essential
polyunsaturated fatty acids (lipoxin, resolvin dan protektin) yang mendorong
terjadinya pemulihan jaringan.
Mekanisme Kontrol Sistemik
Respon pada fase akut peningkatan konsentrasi dari
begitu banyak molekul yang memiliki efek anti-inflamasi di
dalam darah.
Contoh : level reseptor antagonis IL-1 di dalam darah
sering kali melebihi level dari IL-1β sirkulasi dan kelebihan
ini dapat menginhibisi pengikatan IL-1β dengan
reseptornya. Level yang tinggi dari reseptor TNF terlarut
menetralkan TNF-α yang memasuki sirkulasi.
Protein fase akut lain adalah inhibitor protease atau
antioksidan yang dapat menetralkan molekul berbahaya
yang dilepaskan oleh neutrofil dan sel inflamasi lainnya.
Peningkatan produksi hepcidin oleh hati mendorong
terjadinya pelepasan zat besi di dalam hepatosit, sel epitel
intestinal dan eritrosit mengurangi pengambilan zat besi
oleh mikroba serta berkontribusi terhadap terjadinya anemia
normositik normokrom yang berhubungan dengan inflamasi
Kerusakan Endotel
kerusakan endotel yang menyebarluas mekanisme utama
terjadinya disfungsi multiorgan
Stimulus seperti TNF-α menginduksi sel endotelial vaskular
untuk memproduksi dan melepaskan sitokin, molekul
prokoagulan, faktor aktivasi platelet, nitrik oksida (NO) dan
mediator lainnya
molekul sel adhesi menyebabkan penempelan neutrofil
kepada sel endotel respon ini dapat menyebabkan
penarikan fagosit ke tempat infeksi dan aktivasi dari
komponen antimikrobial, aktivasi sel endotel peningkatan
permeabilitas vaskular, trombosis mikrovaskular, DIC dan
hipotensi
Fungsi organ juga akan kembali normal saat keadaan pasien
membaik
Respon inflamasi pada sepsis
Manifestasi Klinis
Manifetasi klinis dari sepsis biasanya tidak spesifik yang diawali gejala
konstitusional :
Demam
Menggigil
Malaise
Gelisah atau kebingungan
Manifestasi dari respon sepsis biasanya tumpang tindih dengan gejala dan
tanda dari penyakit yang mendahului atau infeksi primer penderita
Diagnosis
Sepsis adalah SIRS dengan bukti adanya infeksi
atau kecurigaan adanya infeksi secara klinis
sehingga diagnosis sepsis dapat ditegakkan
dengan ditemukannya dua atau lebih kriteria
SIRS dan bukti adanya infeksi melalui
Anamnesis
pemeriksaan fisik
uji laboratorium
Komplikasi
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Gagal ginjal akut
Perdarahan usus
Disfungsi sistem saraf pusat
Gagal jantung
Kematian
Penatalaksaan
Penatalaksanaan sepsis meliputi tiga terapi utama
1) stabilisasi pasien
3) terapi suportif
1. Stabilisasi pasien secara langsung
Sirkulasi, jalan nafas dan pernafasan perlu diperhatikan
pada pasien dengan sepsis
Pemeliharaan sirkulasi dan perfusi yang adekuat dapat
dilakukan dengan pemberian cairan intravena juga
agen inatropik dan vasopresor.
Pemberian cairan intravena sebagai resusitasi awal : dapat
diberikan cairan kristaloid atau koloid.
Penurunan bermakna dari tekanan darah memerlukan terapi
gabungan dengan cairan dan agen inatropik atau vasopresor
berupa dopamin, dobutamin, fenilefrin, epinefrin atau
norepinefrin
Nama Farmakologi Efek Dosis