You are on page 1of 25

LAPORAN KASUS

“ SUPRA VENTRIKULAR
TAKIKARDI”

Disusun Oleh:
Ditinia Utami, S.Ked
NIM. FAB 116 017

Kepaniteraan Klinik
Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine
Fakultas Kedokteran UPR/RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
2017
Pendahuluan

 Prevalensi FA mencapai 1-2% dan akan terus


meningkat dalam 50 tahun mendatang.

 Selain itu, karena terjadi peningkatan signifikan


persentase populasi usia lanjut di Indonesia yaitu
7,74% (pada tahun 2000-2005) menjadi
28,68% (estimasi WHO tahun 2045-2050)
Laporan Kasus
Primary Survey Tatalaksana Awal:
Airway
(Ny . MS, 32 tahun) • Bersihkan jalan nafas, hindari sumbatan jalan nafas. Pada pasien ini tidak
ditemukan sumbatan jalan nafas.
Breathing
Vital Sign: • Nilai frekuensi pernafasan, tipe pernafasan, dan pola pernafasan. Pasien
bernafas spontan, 26 kali/menit, pernapasan torakoabdominal,
 TD : 130/80 mmHg pergerakan thoraks simetris kiri dan kanan. Pada pasien ini diberikan
oksigen karena pasien mengeluh sesak nafas dan jantung berdebar-
 HR : 200 kali/menit debar.
 RR : 26 kali/menit, Circulation
• Nilai frekuensi nadi, capilary refill time, tekanan darah. Denyut nadi 200
torako-abdominal kali/menit, ireguler, isi cukup, dan kuat angkat. Adanya palpitasi. CRT <
2 detik. Tekanan darah 130/80 mmHg.
 Suhu : 36,70C
Disability
• Penilaian neurologis cepat (apakah pasien sadar, member respon suara
terhadap rangsang nyeri, atau pasien tidak sadar). Pada pasien ini tidak
ada ditemukan kelainan neurologis. GCS (E4M6V5), pupil isokor +/+,
refleks cahaya +/+
....Primary Survey

 Evaluasi masalah : Berdasarkan survey


primer sistem triase, kasus ini merupakan kasus
yang termasuk dalam emergency sign karena pasien
datang dengan keluhan sesak nafas disertai jantung
berdebar dan takikardi ireguler.
Secondary Survey
Identitas
 Nama : Ny.MS
 Usia : 32 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Menteng 13
 Tgl Pemeriksaan : 08 Oktober 2017
pukul 18.00 WIB
Anamnesis
 Keluhan Utama : Sesak nafas
 Riwayat Penyakit Sekarang:
 Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu
yang lalu hilang timbul. Sesak nafas dirasakan bertambah
berat sejak 3 jam SMRS. Sesak bertambah berat saat
melakukan aktivitas. Sesak berkurang saat posisi duduk
ataupun tidur menggunakan 2 bantal. Keluhan sesak juga
disertai dengan jantung yang terasa semakin berdebar-
debar. Jantung berdebar-debar betambah berat sejak 2
jam SMRS. Jantung berdebar-debar dirasakan muncul
tiba-tiba. Keluhan ini merupakan keluhan pertama kali
yang dirasakan oleh pasien. Keluhan lain berupa badan
terasa lemas (+) dan mau pingsan, nyeri ulu hati (+),mual
(+), muntah (-), sakit kepala (-), tengkuk terasa berat (-),
nyeri dada (-).
....Anamnesis

 Riwayat Penyakit Dahulu:


 Keluhan serupa (-) stroke (-), diabetes mellitus (-),
hipertensi (-), asma (-).
 Riwayat Penyakit Keluarga:
 Keluhan serupa (-), stroke (-), hipertensi (-),
diabetes mellitus (-), asma (-)
Pemeriksaan fisik

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)

Vital sign :
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Denyut Nadi : 200 kali/menit (ireguler,
isi cukup, kuat angkat)
 Frekuensi Napas : 26 kali/menit
 Suhu : 36,70C
....Pemeriksaan Fisik
 Kepala
 Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
+/+, pupil isokor
 Leher
 Pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan JVP (-)
 Thoraks
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan
 Palpasi : Fremitus vokal normal kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
....Pemeriksaan Fisik
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas atas ICS II linea parasternal dextra dan sinistra
Batas kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Batas kanan ICS V linea parasternal dextra
 Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2), reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+)
 Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas
 Akral hangat, CRT < 2 detik, pitting edema (-/-), sianosis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
 Leukosit : 10.070/ul
 Eritrosit : 4.180.000/ul
 Trombosit : 168.000/ul
 Hb : 10,6 g/dl
 Hematokrit : 30,0%
Kimia Klinik
 Gula Darah Sewaktu : 139 mg/dl

 Creatinin : 0,59 mg/dl


...Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
 Palpitasi e.c Atrial Fibrilasi
Penatalaksanaan

 Oksigen Nasal Kanul 4 lpm


 Infus NaCl 0,9% 20 tpm
 Inj. Fargoxin 1 amp diencerkan 10 cc di bolus dalam 5 menit
 Observasi KU dan TTV
Prognosis
 Quo ad vitam : Ad bonam
 Quo ad functionam : Ad bonam
 Quo ad sanationam : Ad bonam
Pembahasan

 Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang


perempuan usia 32 tahun dengan diagnosa atrial
fibrilasi. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, didapatkan keluhan sesak dan jantung
berdebar debar disertai takikardi (200x/menit)
ireguler. Hasil pemeriksaan EKG didapatkan
gambaran takikardia dengan pola interval RR yang
ireguler. Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas
pada EKG.
.....Pembahasan
 Atrial fibrilasi (AF) adalah aritmia jantung menetap
yang paling umum didapatkan. Ditandai dengan
ketidakteraturan irama dan peningkatan frekuensi
atrium sebesar 350-650 x/menit sehingga atrium
menghantarkan implus terus menerus ke nodus AV.
Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh periode
refrakter dari nodus AV dan terjadi tanpa diduga
sehingga menimbulkan respon ventrikel yang sangat
ireguler.
.....Pembahasan
 Pada dasarnya mekanisme atrial fibriasi terdiri dari 2
proses, yaitu proses aktivasi fokal dan multiple wavelet
reentry. Pada proses aktivasi fokal bisa melibatkan
proses depolarisasi tunggal atau depolarisasi berulang.
Pada proses aktivasi fokal, fokus ektopik yang dominan
adalah berasal dari vena pulmonalis superior. Selain
itu, fokus ektopik bisa juga berasal dari atrium kanan,
vena cava superior dan sinus coronarius. Fokus ektopik
ini menimbulkan sinyal elektrik yang dapat
mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan
menggangupotensial aksi yang dicetuskan oleh nodus
sinoatrial (SA). 3
.....Pembahasan
 Sedangkan multiple wavelet reentry, merupakan proses
potensial aksi yang berulang dan melibatkan sirkuit
atau jalur depolarisasi. Mekanisme multiple wavelet
reentry tidak tergantung pada adanya fokus ektopik
seperti pada proses aktivasi fokal, tetapi lebih
tergantung pada sedikit banyaknya sinyal elektrik yang
mempengaruhi depolarisasi. Timbulnya gelombang
yang menetap dari depolarisasi atrial atau wavelet
yang dipicu oleh depolarisasi atrial prematur atau
aktivas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara
cepat.
.....Pembahasan
Ciri-ciri FA pada gambaran EKG umumnya sebagai
berikut:
 EKG permukaan menunjukkan pola interval RR yang
ireguler
 Tidak dijumpainya gelombang P yang jelas pada EKG
permukaan. Kadang-kadang dapat terlihat aktivitas
atrium yang ireguler pada beberapa sadapan EKG,
paling sering pada sadapan V1.
 Interval antara dua gelombang aktivasi atrium tersebut
biasanya bervariasi, umumnya kecepatannya melebihi
450x/menit.
.....Pembahasan
.....Pembahasan
Tatalaksana umum pada pasien AF mempunyai 5
tujuan:
 1. Pencegahan kejadian tromboemboli

 2. Mengatasi simtom terkait AF

 3. Tata laksana optimal terhadap penyakit


kardiovaskular yang menyertai
 4. Mengontrol laju jantung

 5. Memperbaiki gangguan irama.


Kesimpulan
 Ny. MS, 32 tahun datang dengan keluhan jantung berdebar
disertai sesak nafas, dan takikardi ireguler (200x/menit).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, didapatkan diagnosis atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi
(AF) adalah aritmia jantung menetap yang paling umum
didapatkan. Ditandai dengan ketidakteraturan irama dan
peningkatan frekuensi atrium sebesar 350-650 x/menit
sehingga atrium menghantarkan implus terus menerus ke nodus
AV.
 Penatalaksanaan awal yang diberikan kepada pasien adalah
pemberian oksigen, pemasangan infus NaCl 0,9% 20 tpm,
Inj.Fargoxin 1 amp diencerkan dalam 10 cc dibolus IV dalam
5 menit. Observasi keadaan umum dan tanda vital. Konsul ke
spesialis jantung dan pembuluh darah.
Daftar Pustaka
 Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta: Kemenkes RI. 2014.
 Aru S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
Interna Publishing. 2014;3.
 Alwi I. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Praktik Klinis. Jakarta: PAPDI. 2015.
 Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
6th ed. Jakarta: EGC. 2012;2.
 Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.
Panduan Praktik Klinis dan Clinical Pathway Penyakit
Jantung dan Pembuluh Darah. 1th ed. Jakarta: PERKI. 2016.
THANK YOU

You might also like