You are on page 1of 35

REFERAT

MORBUS HANSEN

Disusun oleh :
Desintha C. N. Ritung
406161022

Pembimbing :
dr. Sri Ekawati, Sp.KK
dr. Erna Kristiani, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD RAA. SOEWONDO PATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 8 JANUARI – 10 FEBRUARI 2018
Morbus Hansen (Lepra/Kusta) : infeksi kronik yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae

Menyerang

Kulit dan Saraf


kuman Gram positif yang berbentuk basil

berkembang biak pada suhu 30 - 33°C dalam waktu 12 hari


Mycobacterium leprae

mempunyai komponen antigenik kompleks yang terdiri


dari lipid, karohidrat dan protein, sehingga kuman ini
tahan asam dan alkohol.
Klasifikasi :
Klasifikasi Zona spectrum kusta

Ridley & Jopling TT BT BB BL LL

Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa

WHO Pausibasilar (PB) Multibasilar (MB)

Puskesmas PB MB
Ridley dan Jopling memperkenalkan istilah spectrum determinate pada penyakit
lepra yang terdiri atas berbagai tipe, yaitu:
IL : Indeterminate leprosy
TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang stabil
BT : Borderline tuberculoid
BB : Mid borderline
BL : Borderline lepromatous bentuk yang labil bentuk yang labil
LLs : Lepromatous subpolar
LLp : lepromatosa polar, bentuk yang stabil
Gambaran Klinis MH Tipe PB
Sifat Indeterminate Tuberkuloid Leprosy (TT) Borderline Tuberculoid (BT)

Bentuk Lesi Hanya makula Makula saja atau makula dibatasi Makula dibatasi infiltrat atau
infiltrate infiltrat saja
Jumlah 1 atau beberapa 1 atau beberapa Beberapa atau 1 dengan lesi
satelit
Distribusi Bervariasi Asimetris Asimetris
Permukaan Halus agak berkilat Kering bersisik Kering bersisik
Batas Dapat jelas atau tidak jelas Jelas Jelas
Anesthesia Tak ada atau tak jelas Jelas Jelas
BTA (-) atau (+1) (-) (-)
Tes Lepromin (+) lemah (+) kuat (+3) Dapat (+) lemah atau (-)
Gambaran Klinis MH Tipe MB
Sifat Mid Borderline (BB) Borderline Lepromatosa (BL) Lepromatous Leprosy (LL)

Bentuk Lesi Plakat, dome-shaped (berbentuk Makula, plakat, papul Makula, infiltrat difus, papul,
kubah), punched-out lesion nodul
Jumlah Dapat dihitung, kulit sehat jelas Sukar dihitung, masih ada kulit Tak terhitung (tidak ada kulit
ada sehat yang sehat)
Distribusi Asimetris Hampir simetris Simetris
Permukaan Agak kasar, agak berkilat Halus berkilat Halus berkilat
Batas Agak jelas Agak jelas Tidak jelas
Anesthesia Lebih jelas Tidak jelas Tidak ada sampai tidak jelas
BTA
(Lesi kulit) Agak banyak Banyak Banyak (ada globus)
(sektret hidung) (-) Biasanya (-) Banyak (ada globus)
Tes Lepromin Biasanya (-) (-) (-)
PB MB

Bercak : Jumlah 1–5 Banyak

Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

Distribusi Unilateral atau bilateral simetris Bilateral simetris

Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

Batas Tegas Kurang tegas

Anestesia pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada : terjadi pada
pasien lansia
Kehilangan berkeringat dan bulu rontok Bercak tidak berkeringat, ada bulu rontok Bercak masih berkeringat, bulu tidak rontok
pada bercak pada bercak
Infiltrat : Kulit Ada Ada, kadang tidak ada

Membran mukosa (hidung tersumbat Tidak pernah ada Ada, kadang tidak ada
perdarahan di hidung)
Ciri-ciri khusus Central healing Punched-out lesion, madarosis, ginekomastia,
hidung pelana, suara sengau
Nodulus Tidak ada Kadang ada

Penebalan Saraf Lebih sering terjadi dini, asimetris Terjadipada yang lanjut, biasanya > 1 dan
simetris
Deformitas Biasanya asimetris terjadi dini Terjadi pada yag lanjut
(kecacatan)
Apusan BTA (-) BTA (+)
Lepromatous Leprosy (LL)

Borderline Leprosy
Indeterminate
Tuberculoid (BL)(TT)
Leprosy
Leprosy
Mid Borderline
Borderline (BB)
Tuberculoid (BT)
Hidung pelana dan infiltrasi pada lidah
• Disebabkan
Tipe 1 : oleh
Reversal hipersensitifitas
seluler

• Disebabkan
Tipe 2 : oleh
Reaksi Kusta ENL hipersensitifitas
humoral

• Merupakan
Fenomena
Lucio lanjutan dari Fenomena
Reaksi
ENL Lucio
tipe 1
reaksi tipe 2
Tanda dan Gejala Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2
Keadaan umum Umumnya baik, demam ringan Ringan sampai berat disertai
(sub febris) atau tanpa demam kelemahan umum dan demam tinggi
Peradangan di kulit Bercak kulit lama menjadi lebih Timbul nodul kemerahan, lunak dan
meradang (merah), dapat timbul nyeri tekan, biasanya pada lengan dan
bercak baru tungkai. Nodul dapat pecah (ulserasi)
Saraf Sering terjadi, umumnya berupa Dapat terjadi
nyeri tekan saraf dan/atau
gangguan fungsi saraf
Peradangan pada organ lain Hampir tidak ada Terjadi pada mata, KGB, sendi, ginjal,
testis
Waktu timbulnya Biasanya segera setelah Biasanya setelah mendapatkan
pengobatan pengobatan yang lama, umumnya > 6
bulan
Tipe MH Dapat terjadi pada tipe PB maupun Hanya pada tipe MB
MB
Deformitas dapat terjadi pada kusta :

Deformitas
Primer
Deformitas
Sekunder
N. auricularis magnus  anestesi daun telinga

Medianus  anestesi pada ujung jari bagian anterior


N. Fasialis
N. Trigeminus  anestesi kulit wajah, kornea &
•N.ulnaris
N. cabang
ibu
konjungtiva
Radialis anestesia
temporal
jari, telunjuk,
mata. jaripada
& dan
Kerusakan
anestesi ujung
zigomatik
tengah,
mata
dorsum 
jarilagoftalmus
tidak
pada
manus anterior
mampu
kusta kelingking
aduksi
dapat
& ujung ibu
proksimal
N. Tibialis
Peroneus
primer & posterior
communis
sekunder. adalah anestesi
anestesi telapak
tungkai kaki,
bawahclaw&
•jari,
&
jarijari
cabang manis,
clawingbukal,
telunjuk, clawing
ibu jari,
wrist kelingking
mandibular,
drop telunjuk &&
& tak mampu & jari manis,
jari servikal
tengah,
ekstensi  jari
ibuatrofi
jari-jari
•toesPrimer
dorsum mengakibatkan
danpedis,
paralisis
drop otot alopesia
foot, intrinsik
& kelemahan pada alis
kaki otot mata
dan peroneus.& bulu
kolaps arkus
hipotenar
kehilangan
kontraktur,
mata
atau &atrofi
ototekspresi
(madarosis),
pergelangan interoseus
otot
juga tenar
tangan. dapatserta
wajah kedua
& kedua
mendesak otot
& otot lumbrikalis
kegagalan
jaringan
pedis.
mata lainnya.
medial.
mengatupkan bibir.
lateral.
• Sekunder disebabkan oleh rusaknya N. Facialis.
Pemeriksaan
Bakterioskopik

Tes Lepromin
Pemeriksaan Pemeriksaan
Histopatologi
Penunjang

Pemeriksaan
Serologik
Bercak
Penebalan kulit yang
mati rasa
saraf
tepi
Ditemukan Diagnosis MH :
kuman
taman
asam
ditemukan minimal
1 cardinal sign

Cardinal Sign MH
Tatalaksana
• Regimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang
direkomendasikan oleh WHO/DEPKES RI (1981). Untuk itu klasifikasi
kusta disederhanakan menjadi:
• 1. Pausi Basiler (PB)
• 2. Multi Basiler (MB)
Regimen pengobatan kusta dengan lesi tunggal (ROM) menurut WHO/DEPKES RI

Rifampicin Ofloxacin Minocyclin


Dewasa 600 mg 400 mg 100 mg

(50-70 kg)
Anak 300 mg 200 mg 50 mg

(5-14 th)
Regimen MDT pada kusta Pausibasiler (PB)

Rifampicin Dapson
Dewasa 600 mg/bulan 100 mg/hr diminum di

Diminum di depan petugas kesehatan rumah

Anak-anak 450 mg/bulan 50 mg/hari diminum di


(10-14 th) Diminum di depan petugas kesehatan rumah
Regimen MDT pada kusta Multibasiler (MB)

Rifampicin Dapson Lamprene


Dewasa 600 mg/bulan 100 mg/hari 300 mg/bulan diminum di depan
diminum di depan diminum di rumah petugas kesehatan dilanjutkan dgn
petugas kesehatan 50 mg/hari diminum di rumah

Anak-anak 450 mg/bulan 50 mg/hari diminum 150 mg/bulan diminum di depan


(10-14 th) diminum di depan di rumah petugas kesehatan dilanjutkan dgn
petugas 50 mg selang sehari diminum di
rumah
Obat MH Baru
• obat-obat baru yang memenuhi syarat antara lain : bersifat
bakterisidal kuat terhadap M. leprae, tidak antagonis terhadap obat
yang sudah ada, aman, dan akseptabilitas penderita baik, dapat
diberikan per oral, dan sebaiknya diberikan tidak lebih dari sehari
sekali
• Obat-obat MH yang baru :

Ofloksasin Minosiklin
Klaritromisin
• Ofloksasin  turunan • Termasuk dalam kelompok
• Merupakan kelompok
fluorokuinolon yang paling tetrasiklin.
antibiotic makrolid dan
aktif terhadap M. leprae in • Efek bakterisidal lebih tinggi
mempunyai aktivitas
vitro. daripada klarirotmisin, tetapi
bakterisidal terhadap M.
• Dosis optimal harian : 400 mg. lebih rendah daripada
leprae.
• Efek samping : mual, diare, rifampisin.
• Pada penderita kusta
dan gangguan saluran cerna • Dosis standar harian : 100 mg.
lepromatosa  dosis harian :
lainnya, berbagai gangguan • Efek samping : pewarnaan gigi
500 mg dapat membunuh
SSP termasuk insomnia, nyeri bayi dan anak-anak, kadang
99% kuman hidup dalam 28
kepala, dizziness. dapat menyebabkan
hari dan lebih dari 99,9%
• Penggunaan pada anak, hiperpigmentasi kulit dan
dalam 56 hari.
remaja, wanita hamil dan membrane mukosa, berbagai
• Efek samping : nausea,
menyusui harus hati-hati. simtom saluran cerna dan SSP
vomitus, dan diare yang
• Selain ofloksasin dapat pula termasuk dizziness dan
terbukti sering ditemukan bila
digunakan levofloksasin (dosis unsteadiness  tidak
obat ini diberikan dengan
500 mg sehari)  lebih baru, dianjurkan untuk anak-anak
dosis 2000 mg.
jadi lebih efektif. atau selama kehamilan.
Tatalaksana reaksi reversal
• perhatikan : reaksi reversal disertai neuritis atau tidak
• Jika tidak disertai neuritis akut : tidak perlu diberi pengobatan tambahan
• Jika disertai neuritis akut : kortikosteroid (obat pilihan pertama)  dosisnya
disesuaikan dengab berat ringannya neuritis.
• Prednisone 40-60 mg sehari  lalu diturunkan secara perlahan
• Anggota gerak yang terkena neuritis harus diistirahatkan.
• Dapat diberikan analgetik bila perlu
• Klofazimin untuk reaksi reversal kurang efektif  jarang dipakai atau tidak
pernah dipakai
Tatalaksana ENL
• Prednisone (kortikosteroid) : 15-30 mg sehari, kadang lebih
(tergantung berat ringannya penyakit)  dosisnya diturunkan secara
bertahap sampai berhenti sama sekali (sesuai dengan perbaikan
reaksi)
• Klofazimin juga sebagai anti-reaksi ENL (dosis yang lebih tinggi) 
bergantung pada berat ringannya reaksi, makin berat makin tinggi
dosisnya (biasanya antara 200-300 mg sehari)
• Keuntungan klofazimin dapat dipakai sebagai usaha untuk lepas dari
ketergantungan kortikosteroid
• Salah satu efek samping yang tidak diinginkan adalah kulit menjadi berwarna
merah kecoklatan terutama pada pemberian dosis tinggi.
Rehabilitasi Medik
• Bila kasus dini : upaya rehabilitasi medis lebih bersifat pencegahan
kecacatan
• Bila kasus lanjut : upaya rehabilitasi difokuskan pada pencegahan
handicap dan mempertahankan kemampuan fungsi yang tersisa
Latihan Fisioterapi
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh pasien adalah:
Pemeliharaan
Proteksi tangan
kulit&harian
kaki
Tujuannya adalah : cegah kontraktur, peningkatan
fungsi gerak, peningkatan kekuatan otot, peningkatan
daya tahan (endurance).
• Tangan:
• Latihan lingkup gerak sendi
• Cuci tangan dan kaki: setiap
secaramalam
pasif
Pemeliharaan meluruskan • jari-jari
Pakai sarung tangan waktu
menggunakan tangan bekerja
yang
sesudah bekerja dengan sedikit sabun
sehat atau •dengan
Stop merokok
bantuan orang lain. Pertahankan
kulit harian (jangan
• Jangan
detergen)
sentuh gelas/barang panas
10 detik, lakukan
• Rendam 5-10
kaki kali per
sekitar 20hari
menituntuk mencegah
dengan air
kekakuan. secara langsung
Frekuensi dapat ditingkatkan untuk
dingin
mencegah • kontraktur.
Lapisi gagang
Latihanalat-alat
lingkup rumah
gerak
• Kalau kulit sudah lembut, gosok kakisendi
juga dikerjakan tangga
padadengan bahan
jari-jari kekulitlembutarah gerak.
seluruh
dengan karet busa agar kering
Proteksi • Kaki
• Latihan terlepas.
aktif meluruskan jari-jari tangan dengan
Latihan tenaga • sendiri.
Selalu pakai alas kaki
tangan & • otot
Kulit digosok dengan minyak
fisioterapi • Untuk • Batasi jalanperegangan
kaki, sedapatnya jarak
kaki • tungkai
Secara lakukan
teratur kulit diperiksaotot-otot
(adakahtungkai
bagian belakang dekat dan perlahan.
dengan cara nyeri,
berdiriluka,
menghadap
kemerahan, hot spot, dan
• Meninggikan
tembok,lain-lain) kaki
ayunkan tubuh mendekati tembok,bila berbaring
sementara kaki tetap berpijak.
• Program latihan dapat ditingkatkan secara umum
untuk mempertahankan elastisitas otot, mobilitas,
kekuatan otot, dan daya tahan.
Komplikasi
• Lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. Trauma dan
infeksi kronik sekunder dapat menyebabkan hilangnya jari jemari
ataupun ekstremitas bagian distal
• Juga sering terjadi kebutaan. fenomena lucio yang ditandai dengan
artritis, terbatas pada pasien lepromatosus difus, infiltrative dan non
noduler
• kasus klinik yang berat lainnya adalah vaskulitis nekrotikus dan
menyebabkan meningkatnya mortalitas
• amyloidosis sekunder merupakan penyulit pada penyakit leprosa
berat terutama pada ENL kronik
Prognosis
• Bergantung pada seberapa luas lesi dan tingkat stadium penyakit
• Kesembuhan bergantung pula pada kepatuhan pasien terhadap
pengobatan
• Terkadang pasien dapat mengalami kelumpuhan serta kualitas hidup
pasien menurun

You might also like