You are on page 1of 28

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT

MATA

Seorang perempuan 54 tahun dengan Konjungtivitis


Alergi Akut et causa Steven Johnson Syndrome
Pembimbing Klinik
dr. Sudarti, Sp.M
Disusun oleh :
Saina Abas
BAB I PENDAHULUAN
Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakit mata yang
paling umum didunia.
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat
reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat
seperti alergi biasanya dan reaksi lambat sesudah beberapa hari
kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Di
negara-negara maju, 20-30% populasi mempunyai riwayat alergi,
dan 50% individual tersebut mengidap konjungtivitis alergi.
Steven Johnson Syndrome adalah suatu penyakit eritema
multifome berat. Penyakit ini diyakini akibat pengendapan imun
didermis dan stroma konjungtiva. Akibatnya SSJ dapat
menyebabkan konjungtivitis. Jika diperburuk, konjungtivitis akibat
SSJ dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada mata.
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Welas
Usia : 54
TTL : Kendal, 21-10-1964
Alamat : Mijen
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
No. CM :
Tanggal datang : 7 Februari 2018
II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Mata merah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien perempuan datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan


melepuh diseluruh bagian tubuh.

6 hari yang lalu SMRS tubuh pasien melepuh disertai pembengkakan pada
wajah. Keluhan tersebut timbul secara mendadak. Keluhan disertai kedua mata
merah, gatal, nerocos, anget, perih dan keluar lendir putih bening lengket
sehingga mata tidak bisa membuka. Pasien mengeluh kelopak mata bengkak,
ada luka. Keluhan pada pasien tidak disertai penurunan penglihatan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : diakui
- Riwayat alergi : tidak diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat Pribadi
- Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien berobat dengan biaya BPJS
PEMERIKSAAN FISIK
III. a. Kepala : kesan mesosefal
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal b. Hidung : sekret (-), deformitas (-),
12 Februari 2018 pukul 13.00 WIB di Poli hiperemis (-), massa (-)
Mata RSUD Tugurejo Semarang c. Mulut : mukosa kering (+), mukosa
1. Keadaan Umum : Baik hiperemis (+), Tonsil T1-1 tidak
2. Kesadaran : compos mentis hiperemesis, faring hiperemis (+), uvula
hiperemis (-).
3. Tanda Vital
d. Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan
a. Tekanan darah : 140/ 90 mmHg tragus (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-
b. Nadi : 86 x/ menit ),pembesaran nodilimfe preaurikula(-/-),
nyeri tekan preaurikula (-/-)
c. Respiratory rate : 22 x/ menit
e. Leher : pembesaran limfonodi
d. Suhu : 36,5 o C submandibula (-), servikalis anterior (-).
4. Status Gizi f. Kulit : UKK : hiperemis, makula
a. Berat badan : 61 kg hiperpigmentasi, makula eritema,
b. Tinggi badan : 155 cm vesikabulosa generalisata.
5. Status Generalis
 Thorax Dextra Sinistra
Depan dan Belakang
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Inspeksi Diameter Diameter
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat Lateral>Antero Lateral>Antero
posterior. posterior.
Perkusi :
Hemithorax Simetris Hemithorax Simetris
 Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal Statis Dinamis. Statis Dinamis.
sinistra
Palpasi Stem fremitus Stem fremitus
 Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra normal kanan sama normal kanan sama
 Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid dengan kiri. dengan kiri.
clavicula sinistra Nyeri tekan (-). Nyeri tekan (-).
 Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis Pelebaran SIC (-). Pelebaran SIC (-).
dextra Arcus costa normal. Arcus costa normal.
 Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
(-), gallop (-) paru paru
Auskulta Suara dasar paru Suara dasar paru
si vesikuler (+), vesikuler (+),
wheezing (-), ronki wheezing (-), ronki
(-) (-)
 Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (14x/menit) normal
Perkusi :Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-).
 Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik/<2 <2 detik/2
detik detik
Bintik merah +/+ +/+
di kulit
 Status Oftalmologi

Visus Lebih dari 5/60 Lebih dari 5/60


Visus koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensus Coloris Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pergerakan bola mata Bebas segala arah Bebas segala arah
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Supersilia Madarosis (-) Madarosis (-)
Tumbuh penuh normal Tumbuh penuh normal
Sekret (+) Sekret (+)
Silia Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distrikiasis (-) Distrikiasis (-)
Sekret (+) Sekret (+)
Palpebra superior Oedem (+) Oedem (+)
Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Sekret (+), mukoid Sekret (+), mukoid
Ulkus (-) Ulkus (-)
Vesikel (-) Vesikel (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Krusta (+) Krusta (+)
Fisura Palpebra Normal Normal
Palpebra inferior Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Spasme (-) Spasme (-)
Massa (-) Massa (-)
Konjungtiva palpebra Sekret (+), mukoid Sekret (+), mukoid
superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Konjungtiva palpebra Sekret (+) Sekret (+)
inferior Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Folikel (-) Folikel (-)
Cobble stone (-) Cobble stone (-)
Giant papil (-) Giant papil (-)
Udem (-) Udem (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)
Folikel(-) Folikel (-)
Konjungtiva forniks Injeksi konjungtiva (+), Bulbi Injeksi konjungtiva (+),
dan bulbi Injeksi silier (-), Bulbi
Sekret (+) Injeksi silier (-)
Corpus alienum (-) Sekret (+)
Corpus alienum (-)
Sklera Ikterik (-) Ikterik (-)
Kornea Jernih Jernih
Infilrat (-) Infilrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sensibilitas kornea (+) Sensibilitas kornea (+)
Udem (-) Udem (-)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
COA Jernih Jernih
Tindal efek (-) Tindal efek (-)
Kedalaman ¼ bagian bayangan Kedalaman ¼ bagian bayangan
pada iris pada iris
Iris Kripte tidak melebar Kripte tidak melebar
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (-)
Sinekia anterior (-) Sinekia anterior (-)
Udem (-) Udem (-)
Pupil Bulat, Sentral, Reguler Bulat, Sentral, Reguler
Isokor Isokor
Diameter 3 mm Diameter 3 mm
Refleks direk/indirek (+) N Refleks direk/indirek (+) N
Lensa Jernih Jernih
Fundus Refleks Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan bolamata digital Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tambahan Pemeriksaan Belum dilakukan Belum dilakukan
Slit lamp
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, usulan yang dapat dilakukan yaitu kultur
sekret pewarnaan Giemsa dan Gram.
V. RESUME
Seorang pasien perempuan datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan
melepuh diseluruh bagian tubuh.
6 hari yang lalu SMRS tubuh pasien melepuh disertai pembengkakan pada wajah.
Keluhan tersebut timbul secara mendadak. Keluhan disertai kedua mata merah,
gatal, nerocos, anget, perih dan keluar lendir putih bening lengket sehingga mata
tidak bisa membuka. Pasien mengeluh kelopak mata bengkak, ada luka. Keluhan pada
pasien tidak disertai penurunan penglihatan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital : tekanan 140/ 90 mmHg, nadi 86
x/menit, respiratory rate 22 x/ menit, suhu 36,5 o C. Pemeriksaan status
dermatologis didapat UKK: hiperemis, makula hiperpigmentasi, makula eritema,
vesikabulosa generalisata.Pemeriksaan oftalmologi ditemukan sekret silia (mukoid),
edem palpebra, palpebra hiperemis, krusta, injeksi konjungtiva, sekret konjungtiva.
Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil lebih dari 5/60.
VI. DAFTAR MASALAH
N Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
o Penunjang
1. Mata merah Sekret silia (mukoid)
2. Lendir putih bening Edem palpebra
lengket Hiperemis
Krusta

3 Mata gatal Injeksi Konjungtiva


Sekret konjungtiva
4. Nerocos Hiperemis, makula
hiperpigmentasi,
makula eritema,
vesikabulosa
generalisata
5. Hangat
VII. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. ODS Konjungtivitis Alergi Akut
2. ODS Konjungtivitis Kataralis Akut
3. SSJ
VIII. DIAGNOSIS KERJA
ODS Konjungtivitis Alergi Akut et causa Steven Johnson Syndrome
IX. INISIAL PLAN
1. Ip. Dx
ODS Konjungtivitis Alergi Akut et causa Steven Johnson Syndrome
2. Ip. Tx
a. C. Vernacel tetes mata 3 x 1 tetes / hari
b. C. XItrol tetes mata 3 x 1 tetes / hari
c. C. Lyteers tetes mata 3x1 tetes/hari
d. KIE, bed rest, kompres dingin, menjaga higiene mata, nutrisi cukup, menghindari faktor alergen.
3. Ip. Mx 4. Perlunakan dan perforasi kornea
Monitoring gejala klinis1 bulan. 5. Sikatriks kornea
4. Ip. Ex 6. Dakrioadenitis
a. Menjelaskan penyebab penyakit mata 7. Dry Eyes
yang diderita pasien. 8. Infeksi sekunder Staphylococcus aureus
b. Menjelaskan tentang penyakit yang PROGNOSIS
diderita pasien.
OD OS
c. Menjelaskan pengobatan yang telah Quo ad vitam Ad bonam Ad bonam
diberikan serta efek samping pengobatan. Quo ad Dubia Dubia
sanam
d. Menjelaskan komplikasi penyakit.
Quo ad Bonam Bonam
X. KOMPLIKASI fungsionam

1. Simblefaron Quo ad Ad bonam Ad bonam


cosmeticam
2. Enteropion
3. Keratokonjungtivitis Sikatrikans
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan
dan tipis yang membungkus permukaan posterior
kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi
kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea limbus.2
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus,
konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.
2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah
digerakkan dari sklera di bawahnya.
3. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva
yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal
dengan konjungtiva bulbi.
B. Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva.
Salah satu bentuk konjungtivitis adalah konjungtivitis alergi. Konjungtivitis alergi
adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau
hipersensitivitas tipe humoral ataupun sellular. Konjungtiva sepuluh kali lebih
sensitif terhadap alergen dibandingkan dengan kulit.5
C. Epidemiologi
Konjungtivitis alergi dijumpai paling sering di daerah dengan alergen musiman
yang tinggi. Biasanya onset pada dekade pertama dan menetap selama 2 dekade.
Gejala paling jelas dijumpai sebelum onset pubertas dan kemudian berkurang.
Keratokonjungtivitis atopik umumnya lebih banyak pada dewasa muda.6
D. Etiologi
Radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat
berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah
beberapa hari kontak seperti reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik.
Merupakan reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Biasanya dengan
riwayat atopi.
Konjungtivitis alergi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti :1
1. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
2. Iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi udara
3. Pemakaian lensa kontak terutama dalam jangka panjang
E. Patofisiologi Konjungtivitis Alergi
Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi mediator-mediator kimiawi yakni:
1. Histamin
Dilepaskan oleh sel merangsang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler.
2. Lekotrin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos mendorong
kemotaksis untuk netrofil.
3. Prostaglandin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas vaskuler mendorong kemotaksis untuk neutrofil.
4. Platelet aggregating factors
Menyebabkan agregasi platelet mendorong kemotaksis untuk neutrofil.
5. Kemokin
Dihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi inflamasi) beberapa macam kemokin: IL-8 (interleukin-8),
RANTES (regulated upon activation normal T cell expressed and secreted), MCP (monocyte chemoattractant protein).
6. Sitokin
Dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi pirogen endogen yang memicu demam melalui hipotalamus, memicu
produksi protein fase akut oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang leukositosis beberapa
macam sitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1), IL-6 (interleukin-6), TNF-a (tumor necrosis factor alpha).
7. Mediator lain (dihasilkan akibat proses fagositosis).
Beberapa mediator lain: nitrat oksida, peroksida dan oksigen radikal. Oksigen dan nitrogen merupakan intermediat yang
sangat toksik untuk mikroorganisme.
konjungtivitis alergi dapat berupa reaksi hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat) yang
berlaku apabila individu yang sudah tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan
antigen yang spesifik. Respon alergi pada mata merupakan suatu rangkaian
peristiwa yang dikoordinasi oleh sel mast. Beta chemokins seperti eotaxin dan MIP-
alpha diduga memulai aktifasi sel mast pada permukaan mata.

Histamin akan berikatan dengan reseptor H1 pada ujung saraf dan menyebabkan
gejala pada mata berupa gatal. Histamin juga akan akan berikatan dengan reseptor
H1 dan H2 pada pembuluh darah konjungtiva dan menyebabkan vasodlatasi. Sitokin
yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin, interleukin IL-8 terlibat dalam memicu
netrofil.Sitokin TH2 seperti IL-5 akan memicu eosinofil dan IL-4, IL-6,IL-13 yang
akan memicu peningkatan sensitivitas.5
F. Manifestasi Klinis
1. Hiperemi
2. Lakrimasi
3. Eksudasi
4. Pseudoptosis
5. Khemosis (Edema Konjungtiva)
6. Hipertrofi Papil
7. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan
biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis,
chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan,
vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
8. Pseudomembran dan Membran
Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas,
epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel
sehingga kalau dilepas akan berdarah.
9. Adenopati Preaurikuler
G.Klasifikasi Konjungtivitis Alergi
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti
 konjungtivitis flikten
 konjungtivitis vernal
 Konjungtivitis
hay fever (konjungtivitis demam
jerami/konjungtivitis simpleks)
 konjungtivitis atopi
 konjungtivitis alergi bakteri
 sindrom Stevens Johnson
 pemfigoid okuli
 dan sindrom Sjogren.1
H. Penatalaksanaan
1) Steroid topikal.
Kortikosteroid menghambat proses inflamasi (misalnya, edema, dilatasi kapiler, dan proliferasi fibroblast).
2) Vasokonstriktor topikal / antihistamin.
3) Antihistamin topikal.
4) Non-steroid anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) topikal.
5) Stabilisator sel mast topikal.
6) Antihistamin sistemik.
7) Pengganti air mata (artifisial).
I. Komplikasi
Sedangkan, komplikasi konjungtivitis dapat berupa pembentukan
jaringan sikratik, pembentukan jaringan parut, dan kekeringan berat
pada kornea yang dapat mengganggu penglihatan. Komplikasi yang lain
juga dapat menyebabkan infeksi Staphylococcus aureus.2,8
J. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus
dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga
dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.2,6
BAB III PEMBAHASAN
 yang paling luar itulah sehingga konjungtiva sering terpapar
letaknya
terhadap banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang
mengganggu. Salah satu penyakit konjungtiva yang paling sering adalah
konjungtivitis.
 Pemeriksaan oftalmologi ditemukan sekret silia (mukoid), edem
palpebra, palpebra hiperemis, krusta, injeksi konjungtiva, sekret
konjungtiva. Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil lebih dari 5/60.
Hal tersebut dapat menjadi dasar diagnosa pada konjungtivitis alergi et
causa Steven Johnson Syndrome.
 Penanganan yang diberikan berupa steroid dan antihistamin topikal serta
yang sistemik. Biasanya konjungtivitis alergi dapat sembuh sendiri,
namun bila terlalu berat perlu diberi pengobatan secara benar. Jika
penanganan tidak baik, maka akan timbul suatu komplikasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang
menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak
mata. Adapun, salah satu penyebab dari konjungtivitis
adalah alergi.
Pada kasus, Steven Johnson Syndrome merupakan penyebab
timbulnya konjungtivisis. Biasanya konjungtivitis alergi
dapat sembuh sendiri, namun bila terlalu berat perlu diberi
pengobatan secara benar agar tidak memicu komplikasi lain
yang dapat mengganggu.

You might also like