Professional Documents
Culture Documents
MATA
6 hari yang lalu SMRS tubuh pasien melepuh disertai pembengkakan pada
wajah. Keluhan tersebut timbul secara mendadak. Keluhan disertai kedua mata
merah, gatal, nerocos, anget, perih dan keluar lendir putih bening lengket
sehingga mata tidak bisa membuka. Pasien mengeluh kelopak mata bengkak,
ada luka. Keluhan pada pasien tidak disertai penurunan penglihatan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : diakui
- Riwayat alergi : tidak diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat Pribadi
- Riwayat pemakaian kacamata : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien berobat dengan biaya BPJS
PEMERIKSAAN FISIK
III. a. Kepala : kesan mesosefal
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal b. Hidung : sekret (-), deformitas (-),
12 Februari 2018 pukul 13.00 WIB di Poli hiperemis (-), massa (-)
Mata RSUD Tugurejo Semarang c. Mulut : mukosa kering (+), mukosa
1. Keadaan Umum : Baik hiperemis (+), Tonsil T1-1 tidak
2. Kesadaran : compos mentis hiperemesis, faring hiperemis (+), uvula
hiperemis (-).
3. Tanda Vital
d. Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan
a. Tekanan darah : 140/ 90 mmHg tragus (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-
b. Nadi : 86 x/ menit ),pembesaran nodilimfe preaurikula(-/-),
nyeri tekan preaurikula (-/-)
c. Respiratory rate : 22 x/ menit
e. Leher : pembesaran limfonodi
d. Suhu : 36,5 o C submandibula (-), servikalis anterior (-).
4. Status Gizi f. Kulit : UKK : hiperemis, makula
a. Berat badan : 61 kg hiperpigmentasi, makula eritema,
b. Tinggi badan : 155 cm vesikabulosa generalisata.
5. Status Generalis
Thorax Dextra Sinistra
Depan dan Belakang
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak Inspeksi Diameter Diameter
Palpasi : Ictus cordis teraba tak kuat angkat Lateral>Antero Lateral>Antero
posterior. posterior.
Perkusi :
Hemithorax Simetris Hemithorax Simetris
Batas atas jantung : ICS II Linea parasternal Statis Dinamis. Statis Dinamis.
sinistra
Palpasi Stem fremitus Stem fremitus
Pinggang jantung : ICS III Linea parasternal sinistra normal kanan sama normal kanan sama
Batas kiri bawah jantung: ICS V 1cm medial Linea mid dengan kiri. dengan kiri.
clavicula sinistra Nyeri tekan (-). Nyeri tekan (-).
Batas kanan bawah jantung : ICS V Linea sternalis Pelebaran SIC (-). Pelebaran SIC (-).
dextra Arcus costa normal. Arcus costa normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising Perkusi Sonor seluruh lapang Sonor seluruh lapang
(-), gallop (-) paru paru
Auskulta Suara dasar paru Suara dasar paru
si vesikuler (+), vesikuler (+),
wheezing (-), ronki wheezing (-), ronki
(-) (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan cembung tidak mengkilat, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (14x/menit) normal
Perkusi :Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-).
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill < 2 detik/<2 <2 detik/2
detik detik
Bintik merah +/+ +/+
di kulit
Status Oftalmologi
Histamin akan berikatan dengan reseptor H1 pada ujung saraf dan menyebabkan
gejala pada mata berupa gatal. Histamin juga akan akan berikatan dengan reseptor
H1 dan H2 pada pembuluh darah konjungtiva dan menyebabkan vasodlatasi. Sitokin
yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin, interleukin IL-8 terlibat dalam memicu
netrofil.Sitokin TH2 seperti IL-5 akan memicu eosinofil dan IL-4, IL-6,IL-13 yang
akan memicu peningkatan sensitivitas.5
F. Manifestasi Klinis
1. Hiperemi
2. Lakrimasi
3. Eksudasi
4. Pseudoptosis
5. Khemosis (Edema Konjungtiva)
6. Hipertrofi Papil
7. Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan
biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis,
chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication. Pada pemeriksaan,
vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
8. Pseudomembran dan Membran
Pseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas,
epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel
sehingga kalau dilepas akan berdarah.
9. Adenopati Preaurikuler
G.Klasifikasi Konjungtivitis Alergi
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti
konjungtivitis flikten
konjungtivitis vernal
Konjungtivitis
hay fever (konjungtivitis demam
jerami/konjungtivitis simpleks)
konjungtivitis atopi
konjungtivitis alergi bakteri
sindrom Stevens Johnson
pemfigoid okuli
dan sindrom Sjogren.1
H. Penatalaksanaan
1) Steroid topikal.
Kortikosteroid menghambat proses inflamasi (misalnya, edema, dilatasi kapiler, dan proliferasi fibroblast).
2) Vasokonstriktor topikal / antihistamin.
3) Antihistamin topikal.
4) Non-steroid anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) topikal.
5) Stabilisator sel mast topikal.
6) Antihistamin sistemik.
7) Pengganti air mata (artifisial).
I. Komplikasi
Sedangkan, komplikasi konjungtivitis dapat berupa pembentukan
jaringan sikratik, pembentukan jaringan parut, dan kekeringan berat
pada kornea yang dapat mengganggu penglihatan. Komplikasi yang lain
juga dapat menyebabkan infeksi Staphylococcus aureus.2,8
J. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus
dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga
dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.2,6
BAB III PEMBAHASAN
yang paling luar itulah sehingga konjungtiva sering terpapar
letaknya
terhadap banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang
mengganggu. Salah satu penyakit konjungtiva yang paling sering adalah
konjungtivitis.
Pemeriksaan oftalmologi ditemukan sekret silia (mukoid), edem
palpebra, palpebra hiperemis, krusta, injeksi konjungtiva, sekret
konjungtiva. Pada pemeriksaan visus didapatkan hasil lebih dari 5/60.
Hal tersebut dapat menjadi dasar diagnosa pada konjungtivitis alergi et
causa Steven Johnson Syndrome.
Penanganan yang diberikan berupa steroid dan antihistamin topikal serta
yang sistemik. Biasanya konjungtivitis alergi dapat sembuh sendiri,
namun bila terlalu berat perlu diberi pengobatan secara benar. Jika
penanganan tidak baik, maka akan timbul suatu komplikasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang
menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak
mata. Adapun, salah satu penyebab dari konjungtivitis
adalah alergi.
Pada kasus, Steven Johnson Syndrome merupakan penyebab
timbulnya konjungtivisis. Biasanya konjungtivitis alergi
dapat sembuh sendiri, namun bila terlalu berat perlu diberi
pengobatan secara benar agar tidak memicu komplikasi lain
yang dapat mengganggu.