You are on page 1of 15

RENCANA

PEMBENTUKAN
KAWASAN HUTAN
agroforestry
SISTEM
SILVOPASTORAL

KUD BUMI PARIRI


PENDAHULUAN
 Peningkatan luas lahan kritis merupakan kesatuan yang bersifat
simultan antara kondisi biofisik, sosial ekonomi dan budaya yang
berkaitan dengan pemanfatan lahan sebagai faktor produksi utama,
serta penerapan kebijakan yang kurang mempertimbangkan
kelestarian. Karena itu dalam menentukan tindakan pengendalian dan
model pendekatan, perlu mempertimbangkan keterwakilan aspek
sosial budaya beserta keinginan masyarakat setempat. Kecamatan
Brang Rea dan Brang Ene mempakan salah satu kecamatan yang ada
di Kabupaten Sumbawa Barat. Permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolahan lahan kritis dan tata air diwilaya ini adalah
menyeimbangkan perlindungan dan pelestarian sumberdaya tanah
dan air yang terbatas dengan semakin meningkatnya, kebutuhan
manusia. Penggunaan atau penerapan teknologi Agrovorestry system
silvopastoral selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia juga
untuk merehabilitasi lahan kritis sehingga kelestarian hutan tetap
terjaga.
 Guna mendukung keberhasilan rehabilitasi lahan, diperlukan
terciptanya model pengelolaan yang dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat sehingga, masyarakat secara aktif dalam analisis masalah
dan pengambilan keputusan.

 Untuk itu dalam mengembangkan pola agroforestry, perlu


dipertimbangkan pola pendekatan yang tepat, yaitu sesuai dengan
kemampuan sumberdaya manusia, lingkungan, social budaya serta
pemilihan jenis komoditi yang akan dikembangkan. Dengan berbagai
pertimbangan factor kondisi lahan dan masyarakat yang sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian dan
peternakan, maka tipe agroforestry yang dapat dikebangkan didaerah
ini antara lain:agrosilviculture, Sylvopasture.
 Kawasan hutan Kabupaten Sumbawa Barat 126.261,45 Ha atau 12,0249
% dari total luas kawasan hutan di Provinsi NTB (1.050.000 Ha). Dengan
posisi demikian kawasan hutan pulau Sumbawa memiliki nilai strategis
dalam menjaga ekosistem Nusa Tenggara Barat.
Kabupaten Sumbawa Barat memiliki luas 1.849,02 km² atau 184.902 ha
dengan luas kawasan hutan 125.355,76 Ha, berdasarkan fungsi hutan di
kabupaten terdapat + 67 % dari luas wilayah, dilihat dari status fungsi
relatif lengkap meliputi :

No Kawasan Hutan Luas (Ha)


1 Hutan Lindung 66.230,71
2 Hutan Produksi Terbatas 35.391,94
3 Hutan Produksi Tetap 18.651,11
4 Cagar Alam 524
5 Hutan Taman Wisala Alam 819,20
6 Hutan Konservasi Sumberdaya Alam 3.718,80
Jumlah Total 125.335,76

 Hal ini memberi peran besar kepada semua pihak untuk turut memikirkan
agar kawasan-kawasan tersebut tetap lestari dan masyarakat disekitar
dapat memetik manfaat dari keberadaan kawasan-kawasan tersebut tetap
lestari dan masyarakat sekitar dapat memetik manfaat dari keberadaan
kawasan-kawasan diatas.
MAKSUD DAN TUJUAN
 Maksud disusunnya proposal Rencana Usulan Lokasi Kegiatan
Agroforestry Sistem Silvopastoral ini adalah untuk mendukung
keberhasilan rehabilitasi lahan, diperlukan terciptanya
model engelolaan yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
sehingga, masyarakat secara aktif dalam analisis masalah dan
pengambilan keputusan.

 Sedangkan tujuan dari proposal ini adalah :


• Terciptanya suatu areal Agroforestry system Silvopastoral dimana
tujuan utama dari kegiatan ini selain sebagai langkah kepedulian
masyarakat terhadap kelestarian hutan juga untuk menggalangkan
dan memberdayakan potensi Agroforestry system silvopastoral
sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi rakyat,
• Merubah pandangan dan sikap petani tentang lahan yang belum
menerapkan konsep system silvopastoral.
• Merubah system pemanfaatan lahan yang bersifat Monokultur
(tradisional) menjadi Multikultur (Moderen).Agroforestry adalah pola
pengelolaan lahan yang dapat mempertahankan dan meningkatkan
produktifitas lahan secara keseluruhan yang merupakan kombinasi
kegiatan kehutanan, pertanian, petemakan dan perikanan, baik
secara bersama maupun bermitra dengan menggunakan
manajemen silvikultur yang disesuaikan dengan pola budaya
penduduk setempat. Agroforestry mempunyai beberapa bentuk
diantaranya adalah sistem silvopastural (hutan ternak) yaitu suatu
bentuk agoforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan
dan petemakan,dimana dibawah tegakan hutan ditanami rumput-
rumputan dan jenis hijauan makanan temak laitnya secara bersama-
sama tanpa merusak tegakan hutan
LOKASI USULAN
 Kegiatan ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Produksi Kelompok Hutan Selalu
Legini RTK.72 seluas 283 Ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 156 Ha diman
kondisi kawasan hutan tersebut merupakan kawasan hutan yang kritis yang perlu
dikembangkan dan direhabilitasi secara sistimatik.
USULAN LOKASI DI KPH-L BRANG REA
USULAN LOKASI DI KPH-L BRANG MATAIYANG
RENCANA KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN
 Kegiatan Agroforestry Sistem Silvopastoral dialokasikan di dua
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yaitu KPH-L Brang Rea seluas 283
Ha terletak di Kawasan Hutan Produksi Kelompok Hutan Selalu Legini
RTK.72 dan KPHL Mataiyang dengan luas 156 Ha terletak di Kawasan
Hutan Produksi Terbatas Kelompok Hutan Selalu Legini RTK.72
dimana lokasi tersebut dalam keadaan kritis yang perlu
pengelolaannya secara sistematis.
 Adapun kegiatan yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :
• Tahap perijinan
• Tahap pengukuran dan penataan batas areal usulan
• Tahap inventarisasi tegakan yang berada di dalam areal usulan
• Tahap penyusunan RKT dan RKL
• Tahap pembersihan lahan
• Tahap pembuatan persemaian
• Tahap penanaman (tanaman kehutanan, tanaman pakan ternak dan
tanaman dibawah tegakan)
• Tahap pemeliharaan tanaman
• Tahap penjarangan
• Tahap pemanfaatan tanaman dibawah tegakan

 Rencana Pembiayaan
Dalam rencana usulan lokasi kegiatan agroforestry system silvopasoral ini
Koperasi Bumi Pariri mengalokasikan Draf Rencana Anggaran Biaya sebesar Rp.
7.387.750.000,- (Tujuh Milyar Tiga Ratus Delapan Puluh Juta Tujuh ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah) dengan rincian sebagai berikut :
DRAF RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN INVESTASI
KEGIATAN AGROFORESTRY SISTEM SILVOPASTORAL
KELEMBAGAAN

STRUKTUR ORGANISASI KOPERASI BUMI BARIRI


DESA DESA TEPAS KECAMATAN BRANG REA
KAB. SUMBAWA BARAT
PENUTUP
• Melihat dari luasnya lahan kritis yang ada di Kecamatan Brang Rea dan
Kecamatan Brang Ene khususnya dan Kabupaten Sumbawa Barat pada
umumnya, dengan niat perubahan Koperasi Bumi Pariri mencoba membangun
kembali lokasi-lokasi yang kritis baik dalam kawasan hutan maupun diluar
kawasan hutan serta mengajak kepada anggota koperasi dan masyarakat sekitar
hutan untuk mau dan ikut merehab kawasan hutan dengan cara rehabilitasi
lahan tersebut dengan sistim silvopastoral.
• Hutan mempunyai manfaat sebagai pelindung lingkungan yang berfungsi
mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah, mencegah erosi dan lain-lain. Air
merupakan produk penting dari hutan dimana masyarakat sekitar hutan pada
umumnya merupakan masyarakat yang tertinggal, kondisi sosial ekonomi
golongan masyarakat pada umumnya rendah untuk itu solusi untuk merubah
taraf hidup masyarakat tersebut, Agroforestry system silvopastoral merupakan
teknologi kombinasi agrikultur/pertanian/peternakan dan kehutanan untuk
menciptakan lahan secara integral, produktif dan menggunakan sistem yang
berbeda.
• Agroforestry mempunyai kemampuan untuk menyediakan manfaat ekonomi
jangka pendek; dan Silvopastoral adalah merupakan area penggembalaan ternak
yang baik pada saat petani menunggu hasil kehutanan tradisional yang jangka
waktunya relatif panjang.

You might also like